Jalan Panjang Bek Persebaya, Otavio Dutra, Menjadi WNI

25 Juli 2019 16:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Persebaya Surabaya, Otavio Dutra (tengah), ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya, di ruang rapat Komisi X DPR RI. Foto: Alan Kusuma/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Persebaya Surabaya, Otavio Dutra (tengah), ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya, di ruang rapat Komisi X DPR RI. Foto: Alan Kusuma/kumparan
ADVERTISEMENT
Proses naturalisasi bek Persebaya Surabaya, Otavio Dutra, akhirnya sampai ke meja Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Per Rabu (24/7/2019), Dutra selangkah lagi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).
ADVERTISEMENT
Sebelum resmi menjadi WNI, ada beberapa prosedur yang sudah dilalui oleh pemain berpaspor Brasil ini. Pada 28 Februari lalu, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mengirim surat kepada Kementerian Hukum dan Ham (Kemenkumham) yang berisi rekomendasi untuk Dutra. Rekomendasi tersebut berupa apresiasi atas kontribusi Dutra dalam pengembangan sepak bola Indonesia.
Jauh sebelum Kemenpora mengirim surat pada Kemenkumham, Persebaya, selaku klub yang menaungi Dutra, sudah lebih dulu sudah menyurati PSSI pada 18 Desember 2018. Pada surat tersebut, manajemen 'Bajul Ijo' melampirkan curriculum vitae yang berisikan perjalanan karier sepak bola Dutra, lengkap dengan prestasi yang sudah dicapai oleh pemain 32 tahun tersebut.
PSSI kemudian menerbitkan surat rekomendasi yang ditandatangani oleh Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria, pada 6 Januari 2019. PSSI menilai Dutra memiliki sikap yang baik selama berkompetisi di sepak bola nasional, terhitung sejak 2010 hingga 2019.
ADVERTISEMENT
Pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy, juga memberikan dukungan melalui surat keterangan resmi yang ia berikan pada tanggal 13 Februari 2019. McMenemy berharap Dutra bisa berkontribusi bagi skuat 'Garuda' yang akan mentas pada ajang Pra-Piala Dunia 2022.
Pada 28 Februari 2019 lalu, Surat Rekomendasi Naturalisasi dari Presiden RI, Joko Widodo, pun turun. Surat tersebut meminta, sesuai rekomendasi Kemenpora, DPR RI untuk memberikan pertimbangan terhadap usulan perpindahan kewarganegaraan Dutra.
Setelah seluruh administrasi rampung, DPR akhirnya menggelar rapat melalui Komisi X. Rapat itu turut dihadiri Menpora Imam Nahrawi dan Sesmenpora Gatot S. Dewa Broto. Ketua Komisi X, Djoko Ujianto, memimpin langsung rapat tersebut.
Comvalius (kiri) berduel dengan Dutra (kanan). Pada saat ini, Dutra masih memperkuat Bhayangkara FC. Foto: ANTARA/Nyoman Budhiana
''Kita harus sepakat bahwa pemberian penghargaan berupa kewarganegaraan (naturalisasi) bagi atlet merupakan bentuk apresiasi pemerintah atas kontribusi yang telah diberikan alam pengembangan cabang olahraga,'' ujar Imam dalam salah satu poin rekomendasi.
ADVERTISEMENT
Dutra sendiri hadir dalam rapat itu. Ia sempat menjalani serangkaian 'tes' dari para anggota sidang yang berasal dari berbagai fraksi. Mulai dari pertanyaan mengapa ia ingin menjadi WNI, kemampuan berbicara bahasa Indonesia hingga menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Pancasila.
kumparanBOLA turut hadir dalam rapat yang berlangsung selama kurang lebih 60 menit tersebut. Kami melihat Dutra dengan apik menjalani serangkaian tes dadakan yang diminta oleh para peserta sidang.
''Sebelum saya berkarier di sini, ada banyak masukan dari teman-teman saya di Brasil soal sepak bola Indonesia. Saya tak hanya mencari tahu soal sepak bolanya saja tetapi soal kultur negara ini,'' ujar Dutra ketika ditanya mengapa ia ingin menjadi WNI.
''Setibanya saya di sini, saya menjalani musim-musim sepak bola yang luar biasa. Saya mempelajari budaya, bagaimana orang Indonesia dan saya belajar banyak ketika saya di Surabaya,'' lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Pada 2010, Dutra mendarat di Surabaya untuk bermain bersama Persebaya 1927. Dari situ, dimulailah perjalanannya mengenal sepak bola Indonesia.
Dutra menjadi journeyman, seorang pejalan jauh. Setahun bermain di Surabaya, ia pindah ke Jayapura untuk memperkuat Persipura. Bersama tim 'Mutiara Hitam', Dutra sukses meraih gelar juara.
Pada suatu titik dalam perjalanannya, pria kelahiran 22 November 1983 itu sempat mampir dan bermain untuk Gresik United selama satu musim, sebelum akhirnya kembali ke Surabaya dan bermain untuk Persebaya sekali lagi.
Otavio Dutra berlatih dengan mengenakan topeng. Foto: Situs Resmi Persebaya.
Akibat sanksi FIFA, Dutra sempat vakum berkompetisi selama dua tahun. Pada 2017, ketika sanksi tersebut diangkat, ia bergabung dengan Bhayangkara FC.
Ia kemudian menjadi bagian dari skuat The Guardian yang tampil sebagai juara pada tahun itu. Sebuah awal yang indah untuk mengakhiri masa vakum berkompetisi yang rasanya seperti pengasingan.
ADVERTISEMENT
Namun, sebagaimana seorang journeyman, Dutra ingin pulang juga. Baginya, "rumah" itu adalah titik awalnya mendarat di Indonesia: Surabaya. Semusim bermain untuk Bhayangkara FC, Dutra akhirnya memilih kembali ke Persebaya.
Jalan panjang inilah yang mengantarkannya ke ruang rapat dengan atmosfer cukup menegangkan itu. Di hadapan para anggota dewan yang bermuka serius, Dutra menyampaikan secara mendetail prestasi-prestasi yang pernah ia raih.
Sayangnya, itu belum cukup. Beberapa peserta rapat tampak belum puas. Salah satunya kemudian meminta Dutra untuk menyanyikan 'Indoesia Raya'.
Dutra, yang hadir dengan mengenakan setelan batik, menjawab tantangan itu dengan berani. Dutra langsung berdiri dan mengambil tempat untuk menyanyikan lagu Indonesia. Dari sependengaran kami, tak ada lafal yang meleset, kalau soal logat tentu boleh-boleh saja dimaklumi.
ADVERTISEMENT
Pemain Persebaya Surabaya, Otavio Dutra (tengah), ketika menjalani rapat di Komisi X DPR RI terkait proses naturalisasi Foto: Alan Kusuma/kumparan
Tak puas dengan lagu 'Indonesia Raya', para anggota rapat meminta Dutra membacakan Pancasila. lagi-lagi, Dutra yang kami prediksi sudah memelajari Pancasila dengan lancar mengucapkannya.
Kecakapan Dutra kemudian mendapatkan apresiasi dari seluruh peserta sidang. Tak sedikit yang memberikan tepuk tangan dan dengan santun Dutra membungkuk dan menunjukkan gestur terima kasih.
Di akhir rapat, Djoko memberikan 'kode' bahwa tak lama lagi Dutra akan menjadi WNI. Beberapa wejangan diberikan agar Dutra bisa berkontribusi untuk kemajuan sepak bola Indonesia.
Palu diketuk. Seketika itu juga Dutra menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Cukup lama ia menutupnya dan seketika itu juga tangisnya pecah.
Dutra, pada malam itu, memang tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.