Kaki-kaki Lelah Penggawa Timnas Indonesia di Piala AFF 2018

22 November 2018 19:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alberto 'Beto' Goncalves mendapatkan penjagaan ketat dari pemain bertahan Timor Leste. (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Alberto 'Beto' Goncalves mendapatkan penjagaan ketat dari pemain bertahan Timor Leste. (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)
ADVERTISEMENT
Kalau pecinta sepak bola Tanah Air ingin mencari terdakwa atas kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2018, mungkin bisa menyoroti jadwal turnamen pra musim, kompetisi, dan pemusatan latihan yang begitu padat.
ADVERTISEMENT
Performa Timnas Indonesia memang jauh dari kata memuaskan di Piala AFF 2018, bahkan skuat asuhan Bima Sakti itu mencatatkan hikayat tak menyenangkan lantaran gugur saat fase grup menyisakan masih satu pertandingan. Pergantian kursi kepelatihan dari Luis Milla ke Bima Sakti dianggap banyak pihak sebagai salah satu faktor penyebab kegagalan skuat 'Garuda'.
Namun, dari kacamata Alberto 'Beto' Goncalves, bukan itu yang menjadi persoalan Timnas Indonesia. Menurut striker milik Sriwijaya FC ini Milla dan Bima adalah dua orang yang memiliki pandangan dan pendekatan yang nyaris serupa, baik di dalam (taktikal) maupun luar lapangan (personal).
Lalu, apa yang membuat kiprah Timnas Indonesia meredup di Piala AFF 2018? Padahal, sentuhan Milla cukup tampak di skuat Timnas Indonesia di bawah kepemimpinan Bima. Mulai dari komposisi tim, menu latihan, sampai taktik yang diterapkan pria asal Balikpapan itu mirip dengan apa yang dituangkan Milla.
ADVERTISEMENT
Pelatih Timnas Indonesia Bima Sakti. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Timnas Indonesia Bima Sakti. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
Untuk pertanyaan tersebut, Beto memang tak mempunyai jawaban pasti, tetapi pemilik nomor kostum 9 itu mengatakan bahwa faktor kebugaran membuat performa Timnas Indonesia menurun dan tak lebih baik dari Timnas U-23 saat berlaga Asian Games 2018.
Latar belakang pernyataan pesepakbola berusia 37 tahun itu adalah padatnya agenda sepanjang 2018, baik sebelum dan saat kompetisi bergulir. Oleh karena itu, banyak kaki-kaki lelah yang tetap menjadi tumpuan Timnas Indonesia di Piala AFF 2018. Apakah pernyataan tersebut bisa dibenarkan? Mari menelaahnya.
Ada dua turnamen pra musim yang dihelat sebelum sepak mula Liga 1 2018 ditetapkan, yakni Piala Presiden dan Piala Gubernur Kaltim. Kedua turnamen tersebut digelar dalam waktu yang berdekatan. Piala Presiden pada 16 Januari- 17 Februari. Sedangkan, Piala Gubernur Kaltim dilaksanakan pada 23 Februari- 4 Maret.
ADVERTISEMENT
Waktu pelaksanaan yang berdekatan tak menjadi perkara. Pasalnya, tim-tim yang akan berlaga di kompetisi teratas sepak bola Indonesia memang membutuhkan banyak pertandingan untuk mencari komposisi tim, meracik strategi, dan menambah jam terbang bagi pemain-pemain muda.
Masalah lahir manakala PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi beberapa kali menunda jadwal sepak mula Liga 1. Awalnya, PT LIB menetapkan 3 Maret. Namun, pada akhirnya, Liga 1 2018 baru dihelat pada 23 Maret. Penundaan membuat kompetisi terus bergulir, meskipun gelaran Piala AFF 2018 berlangsung.
Duel Sriwijaya FC vs Bali United. (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
zoom-in-whitePerbesar
Duel Sriwijaya FC vs Bali United. (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
Kendati kompetisi molor, agenda Timnas Indonesia tak terganggu. Per Januari 2018, Milla sudah menggelar pemusatan latihan Timnas U-23 untuk Asian Games. Juru taktik asal Spanyol tersebut merencanakan pemusatan latihan sebulan sekali. Tercatat skuat 'Garuda Muda' menjalani tujuh kali pemusatan latihan sampai Asian Games digelar.
ADVERTISEMENT
Banyak profit yang didapatkan dari pemusatan latihan tersebut. Timnas U-23 semakin solid. Meski gagal menapaki semifinal, performa Hansamu Yama Pranata dan kolega memuaskan. Tak heran apabila banyak kalangan yang menaruh harapan kepada mereka.
Di samping itu, pemain langganan pemanggilan Milla harus benar-benar harus menjaga kebugaran. Karena pemusatan latihan digelar dan kompetisi tetap bergulir, sehingga waktu relaksasi demi memulihkan kaki-kaki yang lelah terpangkas.
Belum lagi liga baru diliburkan ketika skuat Timnas U-23 tengah berjuang di Asian Games 2018. Tak ada waktu istirahat bagi Timnas U-23, apalagi untuk pemain-pemain yang menjadi tumpuan Milla dan klubnya seperti Beto, Febri Hariyadi, Hansamu, dan Ricky Fajrin. Setelah Asian Games 2018, mereka langsung berlaga di liga.
ADVERTISEMENT
Timnas Indonesia menyalami suporter di Stadion Rajamangala, Thailand. (Foto: ANTARAFOTO/Akbar Nugroho Gumay)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Indonesia menyalami suporter di Stadion Rajamangala, Thailand. (Foto: ANTARAFOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Tak lama kemudian mereka menjadi tumpuan Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2018. Waktu persiapan yang mempet menjadi latar belakang mengapa cita rasa Milla menjadi pekat. Dengan begitu, mereka tak membutuhkan waktu lama untuk mengintegrasikan diri dengan tim. Akan tetapi, waktu istirahat mereka menjadi pendek.
Berangkat dari padatnya jadwal tersebut, khususnya bagi pemain yang menjadi tumpuan Timnas U-23 sekaligus Timnas Indonesia, kaki lelah adalah persoalan. Tak heran apabila Beto menyatakan bahwa pesepakbola bukan robot.
Ya, benar, pesepakbola bukan robot, kaki lelah mereka mesti dipulihkan agar bisa tampil dalam performa terbaik. Bukan begitu?
Tak boleh dilupa pula seusai Piala AFF 2018, pemain Timnas Indonesia akan kembali bermain untuk klubnya masing-masing, mengingat Liga 1 2018 baru tuntas pada 9 Desember mendatang, apalagi persaingan tengah ketat-ketatnya.
ADVERTISEMENT