Karena Jepang vs Senegal Bukan Sekadar Otak Melawan Otot

24 Juni 2018 14:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemain Senegal merayakan kemenangan. (Foto: REUTERS/Christian Hartmann)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Senegal merayakan kemenangan. (Foto: REUTERS/Christian Hartmann)
ADVERTISEMENT
Duel antara Tim Nasional (Timnas) Jepang dan Senegal bisa dibilang menjadi laga seru di Piala Dunia 218 Grup H. Sama-sama menorehkan kemenangan pada laga perdana saat melawan tim-tim yang lebih diunggulkan, kedua tim barang pasti berada di level kepercayaan diri tinggi.
ADVERTISEMENT
Namun, pertemuan kedua tim di Ekaterinburg Arena, Minggu (24/6/2018) pukul 22:00 malam WIB, disebut bakal menjadi pertunjukan dua gaya permainan yang berbeda. Jepang dianggap lebih berteknik, sementara Senegal dinilai lebih mengandalkan kemampuan fisik mereka.
Seperti yang sudah kami bahas sebelumnya, Pelatih Senegal, Aliou Cisse, laga nanti tak hanya soal teknik (otak) Jepang melawan fisik (otot) Senegal saja karena sosok berusia 42 tahun itu menganggap timnya punya kualitas teknik dan 'Samurai Biru' pun punya keunggulan lain.
"Kemampuan fisik dari Senegal melawan kualitas teknik Jepang... Saya tidak mau menggambarkan laga ini seperti itu. Jepang tahu bagaimana cara menekan pemain yang memegang bola dan untuk melakukannya, Anda perlu kekuatan. Kami juga punya pemain dengan kualitas teknik di atas rata-rata dan kami akan buktikan itu," ujar Cisse seperti dilansir Reuters.
ADVERTISEMENT
Pandangan Cisse juga diamini oleh Pelatih Jepang, Akira Nishino. Pria berusia 63 tahun itu juga heran melihat anak-anak buahnya sekadar diidentikkan dengan kecerdasan dan digambarkan punya kemampuan fisik yang tidak seberapa.
Namun, alih-alih menentang pandangan tersebut dan membuktikan sebaliknya, Nishino memilih menerimanya.
"Citra yang ada di benak kita semua adalah, tim-tim Afrika pasti mengandalkan fisik. Kita tidak bisa mengelak dari itu. Dalam beberapa hari terakhir saya sudah meminta (Takashi) Inui dan (Ryota) Oshima (dua pemain terpendek di Jepang) untuk menambah berat 5 kg dan menambah tinggi 5 cm. Namun, itu gagal. Jadi, kami harus melakukan cara lain," kata Nishino di The Guardian.
Keyakinan Cisse soal kualitas permainan timnya sudah dibuktian saat mengandaskan Polandia dengan mengkombinasikan kecepatan dan keunggulan fisik mereka untuk melancarkan serangan tak terduga dari lini kedua, menyisir sisi sayap, dan serangan balik cepat. Lewat kecepatan dan skill individu ini pula, mereka bisa mencuri dua gol.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini bisa menjadi ancaman Jepang, terutama buat kedua bek sayap timnya, Hiroki Sakai dan Yuto Nagatomo. Pasalnya, kedua pemain ini bakal dihadapkan pada kecepatan Sadio Mane dan Ismaila Saar, serta Mbaye Niang yang sering bergerak ke sayap.
Kubu Jepang meryakan kemenangan. (Foto: REUTERS/Jason Cairnduff)
zoom-in-whitePerbesar
Kubu Jepang meryakan kemenangan. (Foto: REUTERS/Jason Cairnduff)
Masalah lain adalah ketahanan stamina Senegal yang tentu saja berbeda dengan Kolombia. Jepang memang unggul soal faktor ini, tapi dengan catatan Radamel Falcao dan kolega bermain dengan 10 orang sejak menit ketiga. Maka adu ketahanan stamina bakal jadi faktor penentu selanjutnya.
Faktor lain yang bisa mengancam Jepang adalah ambisi Senegal yang ingin mengulang kejayaan mereka. Pada Piala Dunia edisi 2002, mereka mampu melaju ke babak perempat final. Dengan Cisse yang juga tergabung dalam skuat Senegal saat itu, kepercayaan diri mereka kian meningkat.
ADVERTISEMENT
"Para pemain yang ada di skuat ini sudah tumbuh dewasa. Mereka sudah berada dalam tim nasional ini begitu lama dan mereka juga bermain untuk klub-klub besar. Mereka ingin mengukir sejarah mereka sendiri. Mereka tahu bahwa Piala Dunia ini bisa saja jadi Piala Dunia terakhir mereka," kata Cisse.