Kazan, Seribu Tahun Kemudian

29 Juni 2018 19:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemandangan Kota Kazan. (Foto: AFP/Franck Fife)
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan Kota Kazan. (Foto: AFP/Franck Fife)
ADVERTISEMENT
Kisah tentang Kazan adalah kisah tentang kebangkitan spektakuler. Usia kota ini sudah lebih dari seribu tahun dan dalam perjalanannya itu, ia sudah melewati berbagai pertumpahan darah serta perebutan kekuasaan. Namun, sekuat apa pun zaman coba menggilas, kota ini tetap bertahan. Bahkan, tak cuma bertahan, Kazan juga berhasil melesat jadi salah satu yang terdepan.
ADVERTISEMENT
Orang-orang Kazan memang berbeda dari orang Rusia kebanyakan. Dari kurang lebih 1,1 juta manusia yang tinggal di sana, hampir 50 persen di antaranya beretnis Tatar. Mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda dan punya kultur yang berbeda pula. Tak heran, memang, karena Kazan sendiri merupakan ibu kota dari sebuah daerah semi-otonom bernama Republik Tatarstan.
Secara historis, istilah 'Tatar' disematkan kepada orang-orang yang berasal dari Asia Tengah dan Utara. Oleh karenanya, secara kultural Tatarstan memang lebih dekat dengan negara-negara macam Turkmenistan, Kazakhstan, atau Uzbekistan, daripada dengan Rusia yang lebih kental budaya Slavia-nya.
Meskipun begitu, Kazan dan Tatarstan ini sudah jatuh dalam cengkeraman Rusia sejak pertengahan abad ke-16. Pada masa ini, terjadilah salah satu pertempuran paling berdarah dalam sejarah Rusia. Di bawah komando Ivan the Terrible, serdadu Rusia menyerbu dan menghabisi sebagian besar penduduk kota Kazan. Peristiwa ini nantinya dikenal dengan nama Pertempuran Kazan.
ADVERTISEMENT
Kazan jatuh ke tangan Rusia pada 1552. Namun, mereka tak sendiri. Penaklukan Kazan itu merupakan bagian dari upaya Ivan the Terrible untuk memperluas wilayah kekuasaan kekaisarannya. Selain Kazan, wilayah-wilayah seperti Novgorod juga menjadi korban kekejaman tsar pertama Rusia tersebut.
Awalnya, Kazan adalah kota yang didominasi oleh orang-orang Islam. Namun, setelah ditaklukkan oleh Ivan the Terrible, Kristen Ortodoks mulai masuk. Kristen Ortodoks sendiri pada akhirnya menjadi agama terbesar kedua di sana dan dari Kazan, salah satu artefak bersejarah agama tersebut lahir. Artefak yang dimaksud adalah sebuah lukisan Bunda Maria bernama 'Our Lady of Kazan'.
Penaklukan Kazan tadi menjadi pertumpahan darah besar pertama di kota tersebut dan ia tidak menjadi yang terakhir. Sejarah kelam Kazan ini sebenarnya agak ironis karena kota ini terletak di tepian Sungai Volga yang merupakan sumber dari banyak sekali folklor Rusia.
ADVERTISEMENT
Selain peperangan, bencana juga kerap jadi musuh Kazan. Banjir dan kebakaran adalah dua bencana yang sering meluluhlantakkan kota ini di masa silam. Namun, segala derita itu akhirnya berakhir pada pengujung abad ke-18.
Ketika Rusia dipimpin Catherine the Great, Kazan mulai berkembang. Pada masa itu, masjid-masjid mulai boleh didirikan kembali. Tak berapa lama kemudian, pada awal abad ke-19, Universitas Negeri Kazan dan sebuah lembaga percetakan didirikan. Berkat kehadiran universitas itu, Kazan pun menjadi pusat studi kultural, khususnya yang menyangkut agama Islam.
Setelah itu, Kazan tinggal landas. Sejak Revolusi Bolshevik, kota ini semakin pesat berkembang, khususnya setelah orang-orang Tatar diberi kesempatan untuk lebih terlibat dalam berbagai aktivitas. Di bawah rezim komunis Uni Soviet, Kazan akhirnya menjadi salah satu pusat industri militer dan riset ilmu pengetahuan terbesar.
ADVERTISEMENT
Jasa-jasa pemerintah Uni Soviet kepada Kazan ini masih terasa impaknya sampai sekarang. Saat ini, Kazan adalah kota terbesar ketiga di Rusia dan dari sisi industri, ia jadi salah satu yang terdepan. Tak sampai di situ, ketika kapitalisme kembali ke wilayah ini, industri perbankan Kazan juga berkembang pesat. Tak heran jika kini populasi penduduk di kota ini sudah mencapai lebih dari satu juta jiwa.
Penampakan fanzone di tepi Sungai Volga. (Foto: AFP/Luis Acosta)
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan fanzone di tepi Sungai Volga. (Foto: AFP/Luis Acosta)
Kemajuan di Kazan ini membuat pemerintah setempat berani melakukan renovasi besar-besaran pada 2000 silam. Renovasi ini sendiri merupakan bagian dari upaya menyambut seribu tahun Kazan yang jatuh pada 2005. Akhirnya, ketika perayaan itu tiba, Kazan benar-benar sudah bersalin rupa.
Gedung-gedung tua banyak yang dirobohkan dan digantikan dengan bangunan macam Masjid Qolshaerif -- masjid terbesar Rusia -- yang didirikan di lingkungan Kremlin Kazan. Selain itu, lukisan 'Our Lady of Kazan' pun akhirnya dikembalikan ke tempatnya yang asli. Pada 2005 itu, Kazan benar-benar memasuki era baru seraya berdamai dengan masa lalunya yang kelam.
ADVERTISEMENT
***
Peristiwa bersejarah seakan memang tidak pernah bosan mampir ke Kazan. Sebagai salah satu kota tuan rumah Piala Dunia 2018, Kazan Arena jadi saksi bisu tersingkirnya Jerman dari turnamen. Menghadapi Korea Selatan yang sebelumnya sudah kalah dua kali, Jerman justru harus pulang dengan kekalahan 0-2. Bagi Die Mannschaft, itu adalah kegagalan mereka lolos dari babak pertama sejak 1938.
Di Kazan sendiri, sepak bola bermula pada 1958 seiring dengan dibentuknya Rubin Kazan. Namun, meski merupakan pusat industri besar di Rusia, Rubin sama sekali tidak pernah merasakan kerasnya kompetisi Soviet Top League. Ketika akhirnya Uni Soviet bubar, Rubin mendaftarkan diri ke Federasi Sepak Bola Rusia untuk jadi peserta Divisi Satu yang merupakan kompetisi level kedua di bawah Liga Primer.
ADVERTISEMENT
Masa-masa awal Rubin di Liga Rusia itu dijalani dengan kondisi keuangan yang cekak. Bahkan, mereka sampai terdegradasi ke Divisi Dua karenanya.
Keberhasilan sebuah klub sepak bola terkadang memang ditentukan oleh sejauh mana kemajuan kota tersebut. Kazan di era modern ini mulai bangkit pada dekade 1990-an dan secara bersamaan, kebangkitan Rubin juga dimulai pada era tersebut, persisnya setelah dibeli oleh wali kota Kamil Ishkakov.
Korsel vs Jerman di Kazan Arena. (Foto: Reuter/Dylan Martinez)
zoom-in-whitePerbesar
Korsel vs Jerman di Kazan Arena. (Foto: Reuter/Dylan Martinez)
Dari Divisi Dua, Rubin merangkak ke Divisi Satu. Sampai akhirnya, mereka mendapat promosi ke Liga Primer usai menjuarai Divisi Satu pada 2002. Sejak itu, Rubin selalu jadi penghuni tetap Liga Primer dan menjuarainya dua kali pada 2008 dan 2009.
Keberhasilan Rubin di tingkat nasional ini memang berpengaruh pada animo masyarakat. Prestasi apik Rubin ini tentu saja diraih karena mereka tak pernah punya masalah soal dana sehingga bisa mendatangkan pemain-pemain berkualitas macam Alejandro Dominguez dan Salvatore Bocchetti. Puncaknya, Kazan Arena pun dibangun pada 2010 dengan biaya mencapai 450 juta dolar. Dengan dilengkapi layar raksasa terbesar di dunia, Kazan Arena resmi dibuka pada 2013.
ADVERTISEMENT
Rubin tidaklah sendirian. Selain sepak bola, olahraga-olahraga lain juga berkembang pesat di Kazan. Mereka memiliki tim level teratas dalam olahraga hoki es, basket, voli, polo air, sampai bandy. Adapun, bandy sendiri merupakan olahraga menyerupai hoki lapangan tetapi dimainkan di permukaan berlapis es.
Semaraknya perolahragaan di Kazan membuat kota ini mendapat julukan 'Ibu Kota Olahraga Rusia'. Faktanya, ini memang tidak berlebihan karena selain memiliki tim-tim olahraga berkualitas, terhitung sampai Piala Dunia 2018 ini Kazan sudah menggelar lima kejuaraan olahraga berskala internasional. Kejuaraan dunia anggar dan akuatik pernah dihelat di kota seluas 425,3 km2 ini.
Pada akhirnya, sudah menjadi hal yang wajar apabila Kazan dipercaya untuk menjadi salah satu tuan rumah Piala Dunia 2018. Mereka sudah siap sejak jauh-jauh hari dan tidak pernah menjadi sasaran kritik dari mana pun. Lewat pergelaran ini, Kazan menunjukkan kepada dunia bahwa mereka sudah lepas dari belenggu masa lalunya.
ADVERTISEMENT
=====
Kazan Arena akan menjadi venue pertandingan 16 besar Piala Dunia 2018 antara Prancis dan Argentina yang digelar pada Sabtu (30/6/2018) malam pukul 21:00 WIB.