Kebencian Suporter Atletico sebagai Motivasi Courtois

9 Februari 2019 14:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Thibaut Courtois melakukan penyelamatan dalamm laga Real Madrid vs Atletico Madrid. Foto: Curto De La Torre/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Thibaut Courtois melakukan penyelamatan dalamm laga Real Madrid vs Atletico Madrid. Foto: Curto De La Torre/AFP
ADVERTISEMENT
Tersemat predikat pengkhianat dalam diri Alvaro Morata dan Thibaut Courtois menjelang derbi Madrid yang berlangsung pada Sabtu (9/2/2019) malam WIB. Morata bisa merasa lebih tenang karena Atletico Madrid mentas di kandangnya, Stadion Wanda Metropolitano, tetapi tidak dengan Courtois.
ADVERTISEMENT
Ya, untuk kali pertama sejak bergabung dengan Madrid pada musim panas 2018, Courtois akan melawat ke markas klub yang pernah dibelanya selama tiga tahun. Dia turun menyumbangkan masing-masing satu gelar juara Copa del Rey, La Liga, dan Liga Europa dalam kurun tersebut.
Mengingat tensi panas rivalitas kedua klub, keputusan Courtois untuk menyeberang ke Bernabeu lantas mengundang antipati dari suporter Atletico. Bahkan, mereka meminta manajemen agar mencopot foto penjaga gawang Belgia tersebut dari Walk of Legends --area di mana Atletico memberikan penghormatan untuk pemain yang mencatatkan 100 penampilan atau lebih-- di Wanda Metropolitano.
Sudah tentu kebencian suporter Atletico akan disalurkan saat Courtois berkunjung dalam laga derbi nanti. Meski demikian, sosok 26 tahun itu mengaku telah siap mental untuk menghadapi tekanan dari orang-orang yang pernah mendukungnya, baik itu sekadar suara maupun aksi anarki.
ADVERTISEMENT
"Pertandingan ini merupakan derbi dan selalu berlangsung panas. Suporter tuan rumah akan bersiul dan berteriak. Dan kini, saya bermain untuk kubu seberang," tutur Courtois sebagaimana dilansir oleh AS.
Suporter Atletico di final Liga Europa 2018. Foto: REUTERS/Juan Medina
"Mungkin ada sejumlah benda yang dilemparkan kepada saya sepanjang pertandingan. Namun, saya sudah merasakan pengalaman serupa di Belgia (ketika membela Genk). Suporter Anderlecht pernah melemparkan pemantik api, sedangkan pendukung Eupen membuang kendi bir.
"Itulah bagian dari sepak bola. Jika mereka (suporter Atletico) ingin melemparkan sesuatu ke kepala saya, itu tidak akan memengaruhi permainan saya. Malah menjadi motivasi tambahan buat saya," katanya.
Courtois memang berkomentar seolah-olah menantang pendukung tuan rumah. Namun, pada dasarnya, dia masih memberikan respek kepada Atletico dan suporternya. Karena tanpa Atletico, Courtois belum tentu mencapai karier seperti sekarang.
ADVERTISEMENT
Musim panas 2011 lalu, dia hanya berstatus sebagai kiper muda potensial yang direkrut Chelsea. Adalah Atletico yang bersedia meminjamnya, kemudian memberikan kesempatan mentas secara reguler hingga bakatnya terasah.
Thibaut Courtois membela Atletico Madrid. Foto: Adrian Dennis/AFP
"Klub inilah yang memberikan kesempatan bermain saat saya masih berumur 19 tahun. Hanya ada kenangan manis di sana," ucap Courtois.
Sikap serupa ditunjukkan pelatih Atletico, Diego Simeone, kepada Courtois. Pemilik nama terakhir enggan meninggikan suhu persaingan menjelang pertandingan dengan menyerang Courtois. Dia justru enggan melupakan bagaimana kiprah apik sang penjaga gawang berujung berbagai prestasi untuk Los Rojiblancos.
"Saya tidak bisa menempatikan diri di posisi mereka (suporter Atletico) untuk memahami perasaannya. Courtois sendiri merupakan penjaga gawang hebat yang telah tampil baik bersama kami dan kini tengah menikmati periode hebat dalam kariernya," ujar Simeone.
ADVERTISEMENT