Kekecewaan dan Optimisme Guendogan Setelah Kalah dari Liverpool

15 Januari 2018 15:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Guendogan dalam laga lawan Liverpool. (Foto:  Reuters/Carl Recine )
zoom-in-whitePerbesar
Guendogan dalam laga lawan Liverpool. (Foto: Reuters/Carl Recine )
ADVERTISEMENT
"Ya, kami di sana (dan menelan kekalahan). Kami begitu sedih dan stres pada akhirnya. Sialnya, itu tak cukup,” ujar Ilkay Guendogan dalam wawancara bersama pihak Manchester City. Wajar kalau ia sedih, City akhirnya menelan kekalahan perdananya di Inggris. Klub yang membuat City harus tahu bagaimana rasanya kalah kembali adalah Liverpool.
ADVERTISEMENT
Minggu (14/1), sebenarnya City punya kans untuk mencuri tiga poin, atau sekadar imbang di Anfield. Setelah gol Alex Oxlade-Chamberlain di menit sembilan, City terus mendominasi penguasaan bola. Serangan demi serangan berhasil membuat lini belakang Liverpool, yang dipimpin oleh Dejan Lovren, kerepotan.
Mereka menguasai 57% penguasaan bola di babak pertama.Untungnya, serangan demi serangan itu berbuah satu gol bagi City lewat tendangan keras Leroy Sane yang terlampau sulit untuk dibendung Loris Karius.
Sayangnya, tren ini tak berlangsung lama di babak kedua. Setelah Roberto Firmino mencetak gol di menit 59, dengan memanfaatkan umpan dari Oxlade-Chamberlain, City seakan lupa caranya menjadi City. Gol kedua Liverpool dari Sadio Mane dan ketiga dari Mohamed Salah terjadi dalam rentang waktu 10 menit.
ADVERTISEMENT
Setelah empat gol dilesakkan Liverpool, City kembali mendominasi permainan. Di menit akhir, mereka sampai memiliki penguasaan bola mencapai angka 75% dan berhasil mencetak gol. Sayangnya, gol Bernardo Silva dan Guendogan di menit akhir tak cukup. City harus kalah 3-4.
“Ini memalukan. Saya tidak berpikir kami sedang bermain buruk. Di babak pertama, kami mendominasi dan begitu pula di babak kedua. Lalu kami kebobolan gol kedua. Mungkin, dari sanalah momentum kami berubah,” sesal Guendogan.
Uniknya, Pep Guardiola sendiri tak memperkarakan hal ini sebagai masalah besar di ruang ganti. Ia memang berkali-kali menegaskan bahwa hampir mustahil untuk mengikuti rekor Arsenal pada musim 2003/2004 – yang tak terkalahkan di 49 laga. Premier League telah berubah. Sepak bola telah berubah. Kompetisi di Inggris begitu ketat, dan begitu juga di Eropa. Dengan masih menjejakkan kaki di empat kompetisi, Pep tahu bahwa hanya persoalan waktu sampai timnya kalah.
ADVERTISEMENT
Pep sendiri justru bangga dengan anak-anak asuhnya. Mengingat tak banyak tim yang bisa tetap bermain sepak bola saat tertinggal 1-4.
“Tentu saja, ini tentang mentalitas,” aku Guendogan. “Kami masih berlari di lapangan. Masih menekan diri kami hingga ke batasnya. Bahkan saya hampir mencetak dua gol.”
Guendogan memuji Guardiola (Foto: PAUL ELLIS / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Guendogan memuji Guardiola (Foto: PAUL ELLIS / AFP)
Berita baiknya, kekalahan ini tak mengubah fakta apa pun perihal nasib City di Premier League. Kini, mereka masih menjadi pemimpin klasmen dengan 62 poin – unggul 15 poin dari Manchester United, yang kini ada di peringkat kedua.
Namun, lengah memang bukan tabiat City. Guendogan menyatakan bahwa timnya akan menjadikan kekalahan melawan Liverpool sebagai sebuah pelajaran agar timnya tak terjerembab dalam lubang yang sama.
“Memang masih ada jarak, jarak yang begitu nyaman (dengan tim-tim lain). Namun, masih ada banyak pertandingan yang harus dimainkan. Dan kami perlu belajar saat ini – terutama soal 10 menit awal (laga kontra Liverpool) di mana kami tidak merasa siap. Jadi, kami perlu belajar dan saya rasa, kami akan belajar dari itu semua,” ujar Guendogan.
ADVERTISEMENT
“Kami akan bertarung lagi dengan upaya yang 100%. Kali ini, tidak ada yang bisa menghentikan kami,” kata Guendogan dengan rasa optimis.