Kemenangan Spanyol atas Kroasia Milik Madrid, Bukan Barcelona

12 September 2018 15:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemain Spanyol merayakan gol ke gawang Kroasia pada laga UEFA Nations League. (Foto: Jose Jordan/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Spanyol merayakan gol ke gawang Kroasia pada laga UEFA Nations League. (Foto: Jose Jordan/AFP)
ADVERTISEMENT
Marco Asensio tampil gemilang saat Spanyol melumat Kroasia 6-0 UEFA Nations League, Rabu (12/9/2018) dini hari WIB. Bayangkan saja, pemain berusia 22 tahun itu berkontribusi langsung atas lima gol yang dicetak La Furia Roja -- dengan rincian sebiji gol dan tiga assist yang diukirnya untuk Rodrigo, Sergio Ramos, dan Isco. Gol bunuh diri Lovre Kalinic pun berawal dari tendangan kaki kirinya.
ADVERTISEMENT
Bakat Asensio seakan sulit terekspose secara konstan bersama Real Madrid. Terang saja, konstelasi pemain bintang El Real terhampar luas --dengan atau tanpa Cristiano Ronaldo sekalipun. Di skuat Madrid saat ini, masih ada Gareth Bale dan Karim Benzema di garda terdepan. Jangan lupakan juga Isco yang mahir sebagai kreator sekaligus penyelesai peluang.
Itulah mengapa beberapa klub raksasa berusaha membujuk Asensio untuk angkat kaki dari Santiago Bernabeu. Liverpool sempat dikabarkan ingin meminangnya sejak musim panas lalu. Namun, Asensio buru-buru menegaskan loyalitasnya bersama Madrid. Pemain yang digaet dari Real Mallorca di musim 2014/15 tersebut belum berniat untuk ke mana-mana.
"Aku tidak pernah punya niat untuk pergi ke mana pun," kata Asensio sebagaimana dilansir Goal.
ADVERTISEMENT
Dua tahun bersama Madrid, Asensio sukses mengemas 21 gol dalam 95 pertandingan. Wajar, eks pelatih Madrid, Zinedine Zidane, memang tak rutin mendaftarkannya dalam starting line-up.
Namun, Asensio terbukti sanggup menjawab kepercayaannya lewat gol-gol penting. Salah satunya, ya, dua gol yang dicetaknya ke gawang Barcelona dalam dua pertemuan Piala Super Spanyol 2017.
"Ini adalah musim ketiga saya, dalam hal ini saya pikir saya memiliki kontinuitas dan ingin lebih menonjol, dan saya sudah merasakan sendiri apa yang saya inginkan," ucap Asensio.
Asensio pantas untuk memupukkan harapan lebih di musim ini. Pelatih Madrid saat ini, Julen Lopetegui, adalah sosok yang familier dengan pemain muda. Latar belakang sebagai pelatih Spanyol di level U-19 hingga U-21 membuat arsitek berusia 52 tahun itu mafhum bagaimana mengembangkan skuat mudanya. Nyatanya Asensio selalu diturunkan dalam tiga laga awal di La Liga. Ia mengisi slot winger kiri dalam format 4-2-3-1 atapun 4-3-3 yang diusung Lopetegui.
ADVERTISEMENT
Tak hanya Asensio, Dani Ceballos juga kebagian untung karena pangkatnya naik menjadi penggawa reguler sejauh ini. Sudah 83 menit eks pemain Real Betis itu turun. Sebagai perbandingan, jumlah tersebut masih lebih banyak ketimbang menit bermainnya di Liga Champions musim lalu.
Oh, ya, Ceballos juga turut diturunkan Luis Enrique saat Spanyol menenggelamkan Kroasia di Estadio Martinez Valero. Ini menjadi representasi betapa kuatnya penggawa muda Madrid di level internasional. Dalam hal ini, Madrid boleh mengangkat dagunya tinggi-tinggi di hadapan rival abadinya, Barcelona.
Perayaan Marco Asensio setelah mencetak gol dalam laga Spanyol vs Kroasia. (Foto: Jose Jordan/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Perayaan Marco Asensio setelah mencetak gol dalam laga Spanyol vs Kroasia. (Foto: Jose Jordan/AFP)
Bila dilihat lebih jauh, hanya satu utusan Barcelona dalam starting line-up 'Tim Matador': Sergio Busquets seorang. Bandingkan dengan Madrid yang diwakili enam pemain: Sergio Ramos, Dani Carvajal, Nacho, Asensio, dan juga Ceballos.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak peduli jika ada enam pemain Real Madrid di susunan pemain inti yang saya turunkan. Yang saya tahu, mereka semua bermain untuk Timnas Spanyol. Itu saja," tegas Enrique sebagaimana dilansir oleh Football Espana.
Kendati pernah berseragam Madrid, Enrique mekar dan besar bersama Barcelona. Tak hanya sebagai pemain, tetapi juga pelatih. Dengan latar belakang demikian, praktis keputusannya meminoritaskan penggawa Blaugrana di skuat Spanyol memicu pertanyaan.
Oke, Asensio dan Ceballos bukan produk asli Madrid. Dan bila alumnus akademi yang jadi ukuran, Los Blancos juga masih unggul ketimbang Barcelona. Madrid diwakili Carvajal dan Nacho --dua jebolan La Fabrica.
Sementara itu, Barcelona, suka tidak suka, memang tak punya apa-apa lagi --selain Lionel Messi dan Luis Suarez. Dalam perspektif lebih jauh, alumnus La Masia saja sudah mulai langka dalam skuat asuhan Ernesto Valverde tersebut. Selain Messi, hanya Gerard Pique, Jordi Alba, Sergi Roberto, dan Busquets lulusan akademi mereka yang tersisa di daftar skuat reguler musim ini.
ADVERTISEMENT
Dengan pensiunnya Pique di level internasional, praktis hanya tiga pemain yang membawa panji kebanggaan Barcelona. Sialnya, Sergi Roberto sulit untuk menggeser Carvajal yang tampil konsisten. Sementara dibanding Alba, Enrique lebih memilih Jose Gaya dan Marcos Alonso di pos full-back kiri.
Busquets bersama Puyol dan Del Bosque. (Foto: AFP/Manuel Lorenzo)
zoom-in-whitePerbesar
Busquets bersama Puyol dan Del Bosque. (Foto: AFP/Manuel Lorenzo)
Minimnya regenerasi La Masia berkaitan erat dengan pola konsumtif Barcelona. Perekrutan pemain bintang menghambat bakat muda mereka. Di sisi lain, dalih belanja jor-joran klub asal Catalan juga didasari atas minimnya pemuda potensial yang mereka punya. Dalam tiga musim ke belakang Barcelona sudah merogoh 600 juta euro, tiga kali lipat dari jumlah yang dikeluarkan Madrid dalam durasi yang sama (216,25 juta euro).
Hedonisme El Barca ini cepat atau lambat bakal mengikis identitas mereka sebagai penghasil pemain berbakat --yang juga berdampak dengan distribusi pemain ke Tim Nasional Spanyol. Jadi jangan salahkan bila kemenangan besar Spanyol atas Kroasia sang runner-up Piala Dunia 2018 itu lebih layak diklaim oleh Madrid, ketimbang Barcelona itu sendiri.
ADVERTISEMENT