Kendala Bahasa yang Bikin Bale Jadi Sosok Antisosial di Madrid

13 Februari 2019 7:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gareth Bale menunjukkan gesture kecewa ketika Real Madrid menghadapi SD Huesca. Foto: Ander Gillenea/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Gareth Bale menunjukkan gesture kecewa ketika Real Madrid menghadapi SD Huesca. Foto: Ander Gillenea/AFP
ADVERTISEMENT
Persoalan Gareth Bale di Real Madrid tidak cuma menyangkut rangkaian cedera yang mengganggu performa, tetapi juga komunikasi karena keterbatasan bahasa.
ADVERTISEMENT
Adalah Marcelo yang berani blak-blakan mengeluhkan hubungan dengan winger berkebangsaan Wales tersebut. Diakui Marcelo, yang beroperasi sebagai full-back kiri, bahwa dirinya merasakan kehampaan sejauh musim 2018/19 bergulir.
Alasan pertamanya yakni kepergian Cristiano Ronaldo ke Juventus pada musim panas 2018. Koneksi keduanya begitu kuat baik ketika melakukan kombinasi di sisi kiri lapangan maupun di luar lapangan. Karena Ronaldo dan Marcelo memang sama-sama berbicara dengan Bahasa Portugal.
"Saya memiliki hubungan baik dengan Ronaldo, keluarga, dan kekasihnya. Kami bermain bersama selama sembilan tahun sehingga wajar jika saya merasa sedih," tutur Marcelo sebagaimana dilansir oleh Esporte Interativo.
Marcelo (kiri) dan Gareth Bale merayakan gol Real Madrid ke gawang Barcelona. Foto: Lluis Gene/AFP
Kedua, Marcelo mengaku kehilangan sahabat di ruang ganti. Dia biasanya duduk dengan diapit oleh Gareth Bale dan Kiko Casilla. Pemilik nama terakhir telah hijrah ke Leeds United seiring surplus penjaga gawang akibat kedatangan Thibaut Courtois pada musim panas tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Nah, tinggal Bale sebagai rekan yang duduk di sebelah Marcelo untuk musim ini. Sama sekali tak terjalin persahabatan di antara keduanya gara-gara kendala bahasa.
"Bale tidak bisa berbicara dengan Bahasa Spanyol, hanya Bahasa Inggris. Kami sekadar berkomunikasi dengan bahasa tubuh. Saya pun cuma bisa mengatakan, 'Hi, halo, dan anggur yang nikmat'," ucap Marcelo.
Agak keterlaluan sebetulnya karena sudah enam tahun berlalu sejak Bale mendarat di Santiago Bernabeu. Dia memecahkan rekor transfer dunia lewat mahar sebesar 101 juta euro ketika itu.
Harga mahal tak berbanding dengan kontribusi Bale di lapangan. Dia tak pernah menjadi protagonis utama Los Blancos dan selalu berada di bawah bayang-bayang Ronaldo.
Selepas Ronaldo hengkang, Bale justru kerap menghangatkan bangku cadangan Madrid. Bisa dilihat dari tiga laga terakhir yang hanya satu di antaranya dilalui eks penggawa Tottenham Hotspur itu sebagai starter.
ADVERTISEMENT
Gareth Bale dan Karim Benzema tengah lakukan pemanasan. Foto: REUTERS/Ints Kalnins
Kegagalan Bale bersinar juga dikaitkan dengan kendala bahasa. Hal tersebut diutarakan eks pelatih Timnas Wales, John Toshack, ketika memberikan masukan kepada Aaron Ramsey. Nama yang disebut terakhir akan menjalani karier di luar Britania untuk kali pertama dengan membela Juventus pada musim mendatang.
"Tak mudah ketika pemain Britania merumput ke luar. Jadi, penting buat Ramsey agar tak mengulangi kesalahan Bale di Madrid. Dia harus segera belajar Bahasa Italia," kata Toshack kepada La Gazzzetta dello Sport, awal Januari 2018.
Gareth Bale memang bukan referensi bagus untuk pemain Britania yang hendak mencoba peruntungan di negeri orang. Lebih baik belajar kepada Liam Brady yang sudah menguasai Bahasa Italia enam bulan setelah bergabung dengan Juventus.
ADVERTISEMENT
Adaptasi Brady pun berbuah manis. Dia menjadi protagonis Juventus ketika memenangi dua gelar juara Serie A pada musim 1980-81 dan 1981-82. Hanya kebesaran Michel Platini yang membuat Brady memilih angkat kaki dari Turin pada musim panas 1982.