Kepada Klub Premier League: Mari Berkaca pada Julian Nagelsmann

7 Januari 2017 7:36 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Julian Nagelsmann saat melatih Hoffenheim. (Foto: Instagram @tsg1899hoffenheim)
Kiprah pelatih lokal dalam sebuah liga top Eropa kini semakin sulit dijumpai. Banyak klub lebih memilih untuk menunjuk pelatih asing berpengalaman dibanding mengorbitkan pelatih dalam negeri. Inggris salah satu contohnya. Alih-alih memproduksi dan mewadahi karier pelatih dalam negeri, Premier League justru semakin diinvasi oleh para arsitek asing.
ADVERTISEMENT
Sebut saja nama Jose Mourinho, Pep Guardiola dan Antonio Conte sebagai pelatih asing yang kini “menjajah” Premier League. Hal tersebut membuat para pelatih lokal Inggris kini sangat langka, hanya 20 persen populasinya. Tercatat hanya tinggal Eddie Howie, Sam Allardyce, Sean Dyche, dan Paul Clement yang berasal dari Negeri Ratu Elizabeth itu. Padahal, tak seluruh pelatih asing di Premier League mendapat kesuksesan. Bob Bradley bersama Swansea jadi bukti teranyar.
Fenomena tersebut cukup jauh berbeda dengan yang terjadi Jerman. Bundesliga saat ini hanya memiliki tujuh pelatih asing. Para arsitek lokal lebih mendominasi di liganya sendiri. Beberapa di antaranya bahkan telah mencuat ke permukaan sebagai peramu taktik yang handal. Nama-nama seperti Thomas Tuchel dan Roger Schmidt merupakan dua contoh juru taktik asli Jerman yang mampu menunjukan kualitasnya di liganya sendiri.
ADVERTISEMENT
Selain kedua nama tersebut salah satu yang menarik perhatian adalah Julian Nagelsmann yang kini menukangi 1899 Hoffenheim. Ia berhasil membawa Die Kraichgauer menjadi satu-satunya tim yang tak terkalahkan di Bundesliga! Pencapaian yang tentu luar biasa, mengungguli catatan Bayern Muenchen serta Borussia Dormund yang notabene merupakan kekuatan terkuat di Jerman dalam beberapa tahun terakhir. Terlebih lagi Nagelsmann mencatatkan pencapaian itu di usia yang baru menginjak 29 tahun,  jauh di bawah rata-rata usia pelatih di Bundesliga lainnya.
Umumnya, usia 29 tahun masih merupakan masa yang produktif bagi seorang pemain sepak bola. Beberapa nama seperti Lionel Messi, Luis Suarez, Karim Benzema, Edinson Cavani, Marek Hamsik merupakan deretan pemain yang lahir di tahun yang sama dengan Nagelsmann.
ADVERTISEMENT
Negelsmann sendiri bukan tak pernah merasakan sebagai seorang pemain. Ia pernah menimba ilmu di TSV 1860 Munchen bersama Christian Trasch dan Fabian Johnson. Sialnya, Negelsmann mengalami cedera lutut berkepanjangan ketika ia bergabung dengan FC Augsburg hingga akhirnya memutuskan untuk gantung sepatu.
Namun tak seperti para pemain lainnya, keputusan untuk pensiun dini justru menjadi titik balik bagi dirinya di dunia sepakbola. Usai gantung sepatu Nagelsmann keluar sejenak dari dunia sepak bola. Ia sempat terdaftar sebagai mahasiswa jurusan administrasi bisnis selama empat semester. Baru kemudian, ia memilih untuk pindah ke jurusan Sport Science, ilmu yang tak jauh dari habitatnya dulu.
Berbekal ilmu tersebut akhirnya ia kembali ke dunia sepak bola, sebagai seorang pelatih. Karier pertamanya di dunia kepelatihan adalah sebagai asisten pelatih tim U-17 TSV 1860 Munchen pada tahun 2008. Baru dua tahun kemudian ia mengabdi kepada Hoffenheim sebagai asisten pelatih U-17 mereka. Pihak klub yang melihat potensinya  kemudian mulai mengangkatnya sebagai pelatih  setahun kemudian.
ADVERTISEMENT
Kariernya semakin menanjak setelah sukses membawa  tim junior Hoeffenheim meraih trofi U-19 Bundesliga di musim 2013/2014. Dengan kesuksesan tersebut kemudian pihak klub merekomendasikan namanya untuk menggantikan Huub Stevens yang mundur dari kursi pelatih di tim utama akibat masalah pada jantungnya. Akhirnya Nagelsmann secara resmi menjadi pelatih Hoffenheim pada 10 Februari tahun lalu.
Kala itu Nagelsmann mengemban misi yang tak mudah, ia wajib membawa Hoffenheim keluar dari zona degradasi. Tugas itu semakin dipersulit dengan Bundesliga yang tinggal menyisakan 14 laga. Namun pada akhirnya ia berhasil menyelamatkan Hoffenheim secara dramatis, unggul satu angka di atas Eitracht Frankfurt yang berada di batas zona degradasi
Kini dengan persiapan yang lebih panjang Nagelsmann sukses membawa Hoffenheim bertengger di peringkat kelima klasemen sementara. Tim yang dikapteni oleh Eugen Polanski itu mencatatkan enam kemenangan dan 10 kali seri. Termasuk kala berhasil menahan imbang Bayern 1-1 di Allianz Arena.
ADVERTISEMENT
Soal taktik dalam melatih, Nagelsmann merupakan pelatih yang tidak begitu mengagungkan pengusaan bola meski ia mengaku menjadikan Thomas Tuschel dan Pep Guadiola sebagai role model-nya. Ia lebih mengandalkan agresivitas dan kecepatan. Hal itu terbukti lewat 28 gol yang telah dilesakkan Hoffenhaim dalam 16 laga. Jumlah tersebu merupakan terbanyak keempat di bawah Bayern, RasenBallsport Leipzig serta Dortmund.
Selain itu, transformasi skuat yang dilakukannya juga menjadi penyebab lain kesuksesan Hoffenhaim sejauh ini. Keputusan untuk melepas Kevin Volland dan Tobias Strobl yang merupakan dua pilar utamanya di musim lalu cukup mengejutkan. Namun kepergian mereka tertutup dengan kejelian transfer yang dilakukan di awal musim ini. Sandro Wagner yang direkrut dari SV Darmstadt 98, Karim Demirbay yang sebelumnya membela Hamburger SV, dan Benjamin Hübner dari FC Ingolstadt 04 terbukti memberikan kontribusi bagi tim.
ADVERTISEMENT
Sandro Wagner sukses menjadi pemain tersubur tim dengan torehan sembilan golnya. Demirbay juga berhasil mencatatkan tiga gol dan empat asis sejauh ini. Sementara Hübner yang beroperasi sebagai bek tengah juga telah menyumbangkan dua asis. Selain ketiga nama di atas, Niklas Süle juga menjadi salah satu pemain penting di sektor belakang. Penampilan apiknya bahkan membuat Chelsea, Manchester United, Liverpool bahkan Bayern tertarik meminangnya.
Nagelsmann kini masih berusia 29 tahun dan belum genap setahun menjadi pelatih di Bundesliga. Namun  keberhasilan dalam mempertahankan Hoffenheim di musim lalu serta membuat mereka menjadi satu-satunya tim di Bundesliga yang tak terkalahkan sejauh ini menjadi sebuah fenomena tersendiri. Sekaligus juga, pembuktian bahwa pelatih muda juga bisa dicintai, dibanding dengan para pelatih tua apalagi pelatih asing.
ADVERTISEMENT