Kesalahan demi Kesalahan yang Terus Diulang Timnas Indonesia

4 Mei 2018 6:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timnas Indonesia vs Bahrain. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Indonesia vs Bahrain. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
ADVERTISEMENT
Gelaran PSSI Anniversary Cup 2018 usai sudah. Akhirnya buruk bagi Tim Nasional (Timnas) Indonesia. Itu karena kesalahan demi kesalahan yang kerap diulangi oleh anak-anak asuh Luis Milla.
ADVERTISEMENT
Pada pertandingan ketiga gelaran PSSI Anniversary Cup 2018, Timnas Indonesia menjamu Uzbekistan di Stadion Pakansari, Bogor, Kamis (3/5/2018) malam WIB. Hasil imbang 0-0 menghiasi laga kali ini, seperti ketika Indonesia melawan Korea Utara di pertandingan kedua.
Menilik statistik pertandingan dari Labbola, Indonesia dan Uzbekistan memang bermain seimbang dalam hal penguasan bola (52% berbanding 48%). Namun, dari segi peluang serta akurasi, Indonesia masih kalah dari Uzbekistan (9 berbanding 13).
Menyoal permainan kurang ciamik dari Indonesia ini, ada beragam faktor yang menjadi latar belakangnya. Berikut ini adalah hasil temuan kumparan (kumparan.com):
Serangan Kurang Variatif
Dari tiga laga yang sudah Indonesia jalani, ada satu hal yang kerap terjadi di skuat Indonesia: serangan yang kurang variatif. Di setiap pertandingan, pola serangan yang dipertontonkan oleh Indonesia kerap itu-itu saja.
ADVERTISEMENT
Pada pertandingan melawan Uzbekistan ini, pola serangan Indonesia terpatok kepada sisi sayap saja. Bola-bola baik dari lini tengah maupun belakang acap langsung diberikan kepada dua pemain sayap, lebih banyak ke Febri Haryadi di sisi kiri. Dengan pola serangan yang tidak variatif ini, serangan-serangan Indonesia pun mudah dihentikan.
Timnas Indonesia vs Timnas Korea Utara. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Indonesia vs Timnas Korea Utara. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Kurang variatifnya serangan Indonesia ini ditambah dengan minimnya nisiatif dari para pemain Indonesia. Para pemain sayap dan Lerby Eliandry, alih-alih melakukan kombinasi untuk membongkar pertahanan Uzbekistan, justru malah bekerja sendiri-sendiri. Hal yang sama juga acap terjadi ketika laga melawan Korea Utara dan Bahrain.
Dengan variasi dan inisiatif yang kurang, tak heran Indonesia sama sekali tidak bisa mencetak gol di ajang PSSI Anniversary Cup 2018.
ADVERTISEMENT
Transisi Tak Apik
Transisi menyoal kinerja kolektif, bukan individu. Tak seorang pun pemain dapat mengubah mode dari bertahan ke menyerang atau sebaliknya seorang diri. Namun, itu seolah tidak disadari oleh para penggawa 'Garuda', setidaknya melihat apa yang terjadi di lapangan.
Saat melawan Korea Utara, transisi Indonesia tidak terlalu apik. Pemain yang memimpin serangan, bukannya dibantu, malah kerap dibiarkan bekerja sendiri.
Tidak hanya transisi dari menyerang ke bertahan, mode bertahan ke menyerang Indonesia pun tidak bagus. Hal ini membuat Indonesia kerap dicecar oleh serangan balik para pemain Korea. Beruntung bagi Indonesia, serangan-serangan balik tersebut tak ada yang berbuah menjadi gol.
ADVERTISEMENT
Transisi yang buruk turut melatarbelakangi kegagalan Indonesia mencetak gol. Kerap ada momen ketika Septian David Maulana seharusnya bisa menekan balik Uzbekistan, tetapi gagal menyengat karena kehilangan momentum.
Sialnya, itu terjadi karena hal sederhana, seperti ketika hendak mengubah arah serangan atau mengalirkan bola dari belakang ke tengah. Sederhana, tetapi dampaknya besar terhadap permainan Indonesia.
Timnas Indonesia vs Bahrain. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Indonesia vs Bahrain. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Keputusan Keliru
Momen pengambilan keputusan, sama halnya seperti momen transisi, dapat menjadi penentu terhadap permainan sebuah tim. Dalam ulasan kami setelah laga melawan Bahrain, aspek ini juga membuat Indonesia gagal mencetak gol dan menelan kekalahan 0-1.
Pada laga melawan Uzbekistan, Indonesia mengulang kesalahan serupa. Kerap terjadi beberapa momen ketika keputusan-keputusan yang diambil keliru. Ujungnya bisa ditebak, yaitu tidak terjadinya gol atau malah serangan yang terhenti.
ADVERTISEMENT
Pada beberapa kesempatan, bola yang seharusnya ditembak malah diumpan atau sebaliknya. Kesalahan dalam pengambilan keputusan inilah yang membuat Indonesia kehilangan momentum untuk membangun serangan atau memanfaatkan ruang kosong di pertahanan lawan.
***
Selain kesalahan-kesalahan di atas, sebenarnya ada sejumlah aspek positif yang bisa dilihat dari permainan Indonesia. Pertahanan yang kuat serta poros lini tengah dalam menyaring serangan lawan membuat jala gawang Indonesia hanya bergetar satu kali dalam tiga laga PSSI Anniversary Cup 2018 ini.
Tidak hanya itu, para pemain Indonesia juga cukup baik dalam menerapkan tekanan di zona tertentu. Begitu pula dalam menyesuaikan diri dengan lawan yang beragam gaya dalam turnamen ini.
Itu tentu tidak cukup. Sebab, laga dimenangi dengan memasukkan bola ke gawang, bukan menghindari kemasukan. Sebuah tugas mutlak bagi Milla membenahi segala aspek minus sehingga di Asian Games 2018 nanti, keran gol Indonesia bisa kembali mengalir.
ADVERTISEMENT