Ketiadaan Playmaker? Bukan Masalah, Prancis

29 Juni 2018 19:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sesi latihan Timnas Prancis. (Foto: REUTERS/Toru Hanai)
zoom-in-whitePerbesar
Sesi latihan Timnas Prancis. (Foto: REUTERS/Toru Hanai)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Timnas Prancis sukses lolos ke babak 16 besar Piala Dunia 2018. Namun, bukan berarti tidak ada masalah yang menaungi mereka. Salah satunya adalah soal ketiadaan pemain yang bisa berperan sebagai playmaker.
ADVERTISEMENT
Prancis menjadi satu dari 16 tim yang berhasil menjejakkan kaki ke fase gugur Piala Dunia 2018. Bersaing dengan Denmark, Peru, dan Australia di Grup C, Les Bleus sukses keluar sebagai juara grup dengan raihan tujuh poin, mengungguli Denmark yang berada di posisi kedua yang meraih lima poin.
Lolos sebagai juara grup, Prancis akan bersua runner-up Grup D, Argentina, dalam babak 16 besar yang dihelat di Kazan Arena, Sabtu (30/6/2018) malam WIB. Tidak seperti lawan-lawan di fase grup, tim Tango akan menyajikan perlawanan yang lebih hebat, apalagi mereka sedang berada dalam kondisi mental bagus usai lolos dramatis dari Grup D.
Menghadapi Argentina yang memiliki kekuatan skuat lebih baik, Prancis harus segera membenahi kekurangan-kekurangan yang ada di dalam skuat mereka. Salah satu kelemahan tersebut adalah ketiadaan pemain dengan peran playmaker. Pertanyaannya, bagaimana cara Prancis menyiasati ketiadaan playmaker tersebut?
ADVERTISEMENT
***
Pemain dengan peran playmaker, di tengah keadaan sepak bola modern yang sekarang serba cepat, sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Justru, saat ini yang dibutuhkan adalah pemain dengan kecepatan dan respons cepat. Pemain jenis ini dapat berperan penting dalam transisi tim dari bertahan ke menyerang, atau sebaliknya.
Namun, tetap saja pemain dengan peran playmaker ini dirindukan, bahkan terkadang dibutuhkan. Ketika sebuah tim sedang mengalami kebuntuan, pemain dengan peran playmaker, berbekal fantasi-fantasi yang mereka miliki di kepala, acap menemukan jalan menembus lini pertahanan lawan. Hal inilah yang tidak dimiliki skuat Prancis sekarang ini.
Pada ajang Piala Eropa 2016, Prancis memiliki sosok Dimitri Payet. Payet, dengan kemampuan "playmaking"-nya yang apik, kerap menjadi sosok pemecah kebuntuan Prancis dalam beberapa laga. Umpan-umpannya yang unik dan penuh visi, membuat Prancis acap lepas dari situasi buruk. Dia juga menjadi salah satu sosok yang berjasa membawa Prancis menjadi "runner-up" Piala Eropa 2016.
ADVERTISEMENT
Sekarang, keadaan sudah berubah. Prancis tidak lagi diperkuat Payet, yang mengalami cedera dalam partai final Liga Europa 2017/2018 kala Olympique Marseille melawan Atletico Madrid. Cederanya Payet membuat namanya dicoret dari skuat Prancis untuk Piala Dunia 2018. Keberadaannya kini mulai dirindukan. Apalagi dalam beberapa laga, Prancis kerap kesulitan menembus pertahanan lawan.
Payet menangis. (Foto: REUTERS / Vincent Kessler)
zoom-in-whitePerbesar
Payet menangis. (Foto: REUTERS / Vincent Kessler)
Payet memang tak ada. Namun, bukan berarti Prancis harus bermuram durja. Dengan skuat yang ada sekarang, sebenarnya opsi bagi Prancis untuk bermain apik tetap ada, walau tidak adanya pemain dengan peran playmaker. Berikut adalah opsinya.
Bermain a la Monaco
AS Monaco pernah menggemparkan sepak bola Eropa di musim 2016/2017. Menggunakan pakem dasar 4-4-2, mereka menjadi tim yang atraktif di Eropa saat itu. Gelar Ligue 1 berhasil direngkuh, tempat di semifinal Liga Champions berhasil mereka dapat. Semua karena pakem apik yang diterapkan Leonardo Jardim, pelatih Monaco, mengakomodir kekuatan skuatnya.
ADVERTISEMENT
Tanpa kehadiran playmaker, Monaco tampil apik sepanjang musim 2016/2017. Ketika itu, mereka menerapkan skema dasar 4-4-2, mengandalkan kekuatan dari sayap. Dua full-back Monaco, Benjamin Mendy dan Djibril Sidibe, menjadi sosok kunci kekuatan sayap Monaco. Meski berposisi sebagai full-back, dalam praktiknya, mereka kerap menjadi wide defender.
Tidak hanya full-back, para winger Monaco (Thomas Lemar dan Bernardo Silva) juga menyajikan banyak opsi ketika menyerang, seperti cut-inside ataupun umpan silang. Pergerakan mereka selaras dengan Radamel Falcao dan Kylian Mbappe yang saling mengisi di lini depan. Peran Tiemoue Bakayoko dan Fabinho di lini tengah juga apik dalam mengisi ruang kosong yang ditinggalkan pemain ketika menyerang.
Hal inilah yang bisa diterapkan di skuat Prancis saat ini. Untuk memanfaatkan kekuatan lini serang Prancis sampai tingkat yang paling ekstrim, mereka bisa menerapkan apa yang diterapkan Monaco. Menggunakan skema dasar 4-4-2, mereka bisa memanfaatkan kekuatan sayap-sayap mereka. Asal, Mbappe dan Dembele mesti rela masuk sebagai gelandang sayap.
ADVERTISEMENT
Monaco merayakan kemenangan atas Dortmund (Foto: Eric Gaillard/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Monaco merayakan kemenangan atas Dortmund (Foto: Eric Gaillard/Reuters)
Meski berposisi sebagai gelandang sayap, bukan berarti Mbappe dan Dembele hanya asal sisir sayap saja. Sama seperti Lemar dan Silva di Monaco, Mbappe dan Dembele mesti diberikan peran yang lebih. Mereka harus dibiarkan melakukan dua hal ini: cut-inside dan umpan silang. Mereka juga harus berkolaborasi dengan dua penyerang Prancis (lazimnya Antoine Griezmann dan Olivier Giroud).
Dua full-back mereka juga harus dibiarkan merangsek ke depan untuk menambah tekanan. Sidibe dan Hernandez mesti dibiarkan maju, menambah opsi lain di lini serang. Namun, dengan formasi ini, salah satu pemain di tengah akan menjadi korban.
Blaise Matuidi dan Paul Pogba tampaknya akan saling bergantian mengisi lini tengah, mengingat tempat N'Golo Kante, dengan kemampuan tekel dan intersepnya yang apik, sulit tergantikan pemain lain. Dua pemain tengah ini, akan menjadi pihak yang menolong dua bek tengah ketika para full-back maju. Dua bek, selain menggalang pertahanan, juga bisa menjadi pengalir bola.
ADVERTISEMENT
Meski ada risiko, setidaknya, dengan formasi seperti ini, Prancis akan menjadi tim dengan daya serang yang kuat di ajang Piala Dunia 2018.
Tetap Pakai 4-3-3, tapi...
Sejauh ini, Prancis kerap menggunakan formasi dasar 4-3-3. Dengan formasi ini, Prancis sempat terlihat kebingungan, karena tidak ada keseragaman yang pas antara para pemain di lini tengah.
Kante menjalankan perannya dengan apik sejauh ini, dengan menjadi penyaring serangan sebelum memasuki lini pertahanan Prancis. Namun, yang jadi masalah adalah kehadiran Pogba dan Matuidi. Keduanya memiliki tipikal yang tidak jauh beda, yaitu senang menembus pertahanan lawan lewat dribel, bukan lewat umpan matang. Hal inilah yang menjadikan Prancis tak memiliki pengumpan ulung sejauh ini.
Maka, untuk mengakomodir hal tersebut, Prancis boleh tetap menggunakan formasi 4-3-3, tapi dengan pendekatan peran yang berbeda. Matuidi dan Pogba, harus diberikan peran yang sama, yaitu pendobrak pertahanan lawan. Kante tetap menjadi penyaring serangan di tengah.
ADVERTISEMENT
Agar lebih maksimal, pergerakan Pogba dan Matuidi ini harus bersinergi dengan tiga pemain depan. Lebih baik, jika penyerang tengahnya adalah Olivier Giroud yang dapat memantulkan bola. Dembele dan Mbappe harus bersinergi untuk memberikan ruang bagi Pogba dan Matuidi untuk berkreasi. Griezmann juga bisa masuk, asal dia juga bisa memantulkan bola dengan baik.
Trio Mbappe, Dembele, dan Griezmann. (Foto: Franck Fife/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Trio Mbappe, Dembele, dan Griezmann. (Foto: Franck Fife/AFP)
Untuk tugas pengalir bola, sama dengan pakem 4-4-2, bisa dibebankan kepada dua bek di belakang. Pada dasarnya, skema ini dimaksudkan agar kemampuan Pogba dan Matuidi bisa termaksimalkan dengan baik, karena pada dasarnya mereka bukan pengalir bola atau pemberi umpan yang apik.
***
Prancis sebenarnya tim yang penuh talenta. Namun, pelatih Prancis, Didier Deschamps, acap mendapat kritik karena dinilai tidak mampu memaksimalkan talenta yang ada di tubuh skuat Prancis saat ini. Prancis yang sekarang, dianggap tampil tidak sesuai dengan ekspektasi.
ADVERTISEMENT
Sekarang, Prancis sudah sukses masuk babak 16 besar Piala Dunia 2018. Belum terlambat bagi Deschamps untuk memaksimalkan kekuatan para pemain Prancis dengan beberapa perubahan skema dan peran. Hal-hal yang sudah disebutkan di atas hanya beberapa kemungkinan dari perubahan yang mungkin dilakukan Deschamps.
Pada akhirnya, semua akan kembali kepada kebijakan Deschamps sendiri. Satu hal yang harus dia pikirkan, bahwa ketiadaan pemain dengan peran playmaker di Prancis saat ini bukan sesuatu yang mesti dikhawatirkan.