Ketika Telur dan Guling Menyambut Kepulangan Korea Selatan

30 Juni 2018 1:33 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Doa pemain Korea Selatan seusai laga. (Foto: John Sibley/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Doa pemain Korea Selatan seusai laga. (Foto: John Sibley/Reuters)
ADVERTISEMENT
Korea Selatan menutup Piala Dunia 2018 dengan hasil yang tak terlalu mengecewakan. Tergabung di grup yang sama dengan Meksiko, Jerman, dan Swedia, mereka berhasil memetik satu kemenangan.
ADVERTISEMENT
Hasil tersebut ternyata tak cukup membuat beberapa suporter mereka senang. Dalam penyambutan kepulangan Taeguk Warriors dari Piala Dunia 2018, sedikitnya ada dua telur dan enam guling yang dilemparkan ke kerumunan pemain.
Di Incheon International Airport, Jumat (29/6/2018) waktu setempat, Korea Selatan tiba dari Piala Dunia 2018. Mereka disambut beberapa perwakilan Federasi Sepak Bola Korea Selatan (KFA) dan sekitar 500 suporter.
Awalnya, penyambutan ini terasa khidmat. Keberhasilan Korea Selatan mengalahkan Jerman pada laga terakhir Grup F Piala Dunia 2018 jadi alasannya. Hal tersebut semakin jadi kenyataan saat beberapa suporter datang membawa bunga dan scarf.
Apa daya, belum juga pidato dilakukan oleh Son Heung-min yang menjadi perwakilan pemain dan pelatih Shin Tae-Yong, suasana penyambutan berubah. Beberapa suporter yang merasa kesal dengan penampilan Korea Selatan melemparkan sebuah telur.
ADVERTISEMENT
Tak berhenti sampai di sana. Satu buah telur dan enam buah guling ikut menjadi alat suporter Korea Selatan melampiaskan kekesalan. Beruntung, tak ada suasana mencekam usai beberapa pihak keamanan berhasil mengamankan keadaan.
Emosi yang diletupkan oleh suporter disikapi bijak oleh penggawa Korea Selatan. Dalam acara yang sama, Son, yang nyaris terkena lemparan telur, coba meminta maaf atas buruknya penampilan mereka di Piala Dunia 2018.
“Saya ingin menuturkan terima kasih atas semua yang hadir di sini,” kata Son. “Dalam acara ini, kami ingin memohon maaf kepada kalian karena kami tidak mampu memenuhi janji untuk mencapai fase gugur.”
“Kemenangan atas Jerman menjadi bukti bahwa kami setidaknya bisa bersaing. Namun demikian, kami mencoba untuk tak melihat hasil tersebut sebagai sebuah kesuksesan, melainkan jalan untuk terus bekerja keras,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT