Kok, Bisa Real Madrid dan Barcelona Kalah?

27 September 2018 14:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Beda ekspresi pemain Madrid dan Sevilla. (Foto: REUTERS/Marcelo Del Pozo)
zoom-in-whitePerbesar
Beda ekspresi pemain Madrid dan Sevilla. (Foto: REUTERS/Marcelo Del Pozo)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dua penguasa tanah Spanyol tumbang bersamaan di La Liga pekan keenam, Kamis (27/9/2018) dini hari WIB. Real Madrid dilibas Sevilla 0-3, sedangkan Barcelona takluk 1-2 dari Leganes.
ADVERTISEMENT
Ironisnya, kekalahan El Barca dari Leganes itu merupakan yang pertama kalinya di La Liga --empat pertemuan sebelumnya yang berhasil mereka menangi. Sementara Sevilla memang tak semenjana Leganes, akan tetapi tetap saja kekalahan dengan margin tiga gol adalah hasil yang memalukan bagi tim sekelas Madrid.
Madrid dan Barcelona bisa mengarahkan jarinya kepada padatnya jadwal pertandingan. Ya, mereka hanya memiliki waktu istirahat tiga hari setelah melakoni laga La Laga pekan kelima sebelumnya. Itu belum dihitung dengan jadwal mentas di Liga Champions tengah pekan lalu. Artinya, baik Madrid dan Barcelona mesti meladeni tiga pertandingan dalam durasi seminggu.
Untuk itulah kedalaman skuat amat dibutuhkan untuk melakoni padatnya pertandingan di berbagai ajang. Perkara demikian, Madrid dan Barcelona harusnya tak mengalami masalah dengan stok pemain pelapis yang berstandar tinggi.
ADVERTISEMENT
El Real punya wonderkid macam Alvaro Odriozola serta Dani Ceballos, ditambah Mariano yang mewarisi nomor punggung Cristiano Ronaldo. Sektor penjaga gawang juga kian komplet setelah kedatangan Thibaut Courtois. Pun demikian dengan Barcelona yang memiliki Arturo Vidal, Clement Lenglet, dan Malcom, tiga personel yang digaet awal musim lalu. Makin tajam saja kedalaman skuat Barcelona.
Namun, melimpahnya stok pemain akan menjadi sia-sia andai minimnya durasi tampil. Semakin tinggi menit bermain, semakin tinggi pula persentase mereka untuk bisa bersinergi dengan permainan tim.
Hal itulah yang diabaikan Julen Lopetegui dan Ernesto Valverde. Kendati memiliki banyak pilihan pemain, mereka enggan membongkar pasang tim utama, they don't change a winning team.
ADVERTISEMENT
Julen Lopetegui bingung. (Foto: REUTERS/Marcelo Del Pozo)
zoom-in-whitePerbesar
Julen Lopetegui bingung. (Foto: REUTERS/Marcelo Del Pozo)
Saat menyambangi Ramon Sanchez-Pizjuan, Madrid menurunkan susunan permain terbaiknya. Marco Asensio, Karim Benzema, dan Gareth Bale di lini depan.Casemiro, Luka Modric, dan Toni Kroos jadi pilihan di area sentral. Sedangkan di sektor belakang, hanya Dani Carvajal yang absen. Sisanya masih diisi oleh nama-nama reguler seperti Sergio Ramos, Raphael Varane, Marcelo, dan Nacho Fernandez.
Secara keseluruhan, ada delapan pemain yang selalu tampil di tiga pertandingan terakhir dalam sepekan yakni: Ramos, Varane, Casemiro, Modric, Benzema, Asensio, Ceballos, dan Mariano. Sampai di sini, bisa dibayangkan betapa minimnya kebugaran para penggawa Madrid.
Well, Sevilla sejatinya juga bernasib sama dengan Madrid: memiliki jadwal padat karena tampil di kompetisi Eropa. Bedanya, Sevilla bisa lebih santai karena hanya mentas di Liga Europa.
ADVERTISEMENT
Toleh saja keputusan Pablo Machin dalam mengistirahatkan Andre Silva dan baru memainkan Roque Mesa serta Pablo Sarabia dari bangku cadangan saat bersua Standard Liege. Hasilnya manjur, Silva yang relatif bugar sukses mencetak dwigol ke gawang Madrid.
Sevilla asuhan Machin: solid dan efektif. (Foto: Reuters/Marcelo Del Pozo)
zoom-in-whitePerbesar
Sevilla asuhan Machin: solid dan efektif. (Foto: Reuters/Marcelo Del Pozo)
Sedikit berbeda dengan Madrid, Barcelona menjajal kedalaman skuatnya saat bersua Leganes dengan memasang Munir El Haddadi dan Thomas Vermaelen sebagai starter untuk pertama kalinya. Sebuah perjudian? Bisa jadi. Toh, pada akhirnya kedua pemain itu bermain buruk.
Munir nihil dalam aksi tembakan tepat sasaran, umpan kunci, dan dribel sukses. Sedangkan Vermaelen hanya mampu mengukir sebiji tekel sukses, masih kalah dari catatan seluruh pemain belakang Leganes.
Valverde sendiri baru 'serius'setelah anak asuhnya tertinggal 1-2. Memasukkan Luis Suarez serta Jordi Alba dan menarik keluar Munir serta Vermaelen. Namun, upayanya terlambat. Kedudukan tak berubah dan Barcelona harus pulang dengan tangan kosong.
ADVERTISEMENT
Gerard Pique dan Sergio Busquets tertunduk lesu saat Barcelona dikalahkan Leganes 1-2 pada pekan keenam La Liga 2018/19. (Foto: Oscar Del Pozo/ AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Gerard Pique dan Sergio Busquets tertunduk lesu saat Barcelona dikalahkan Leganes 1-2 pada pekan keenam La Liga 2018/19. (Foto: Oscar Del Pozo/ AFP)
Melakukan bongkar pasang skuat ibarat buah simalakama. Nilai plusnya, kebugaran para pemain bakal tetap terjaga karena tak mesti tampil penuh di tiap pertandingan. Di lain hal, kebijakan semacam itu juga bakal memengaruhi performa tim itu sendiri. Khususnya dengan tim sekaliber Barcelona yang hampir mustahil untuk mengistirahatkan total Lionel Messi.
Kebijakan untuk meminimalisir perombakan susunan pemain bakal memperuncing chemistry tim utama. Dalam perspektif lainnya, hal ini melemahkan mental dan fisik para pemain pelapis. Belum lagi dengan eksploitasi berlebihan yang berujung terkurasnya stamina, kelelahan, hingga cedera. Fokus para pemain juga berangsur menurun seiring kondisi fisik yang melemah.
Toleh saja gol kemenangan Leganes yang dicetak Oscar. Gol yang dibuat semenit setelah gol penyama kedudukan itu adalah buah dari kesalahan Gerard Pique dalam menyapu bola. Cukup jadi acuan lemahnya konsentrasi pasangan Shakira tersebut yang juga memengaruhi pengambilan keputusannya.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui, Pique adalah salah satu dari pemain yang selalu diturunkan penuh oleh Valverde di La Liga --bersama Lionel Messi dan Marc-Andre ter Stegen. Seteali tiga uang dengan masalah kebugaran yang juga melanda para penggawa Madrid.
See? Ternyata Madrid dan Barcelona tak sesempurna itu.