Kurniawan: Klub Harus Berani Kasih Jam Terbang Striker Lokal

24 Juli 2019 13:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asisten pelatih Timnas u 23 Kurniawan Dwi Yulianto. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Asisten pelatih Timnas u 23 Kurniawan Dwi Yulianto. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Mencari striker mumpuni di Indonesia, kini tak ubahnya mencari jarum di tumpukan jerami. Sulitnya minta ampun.
ADVERTISEMENT
Dalam dua musim terakhir Liga 1, striker lokal malah terinjak oleh deretan penyerang impor. Buktinya, deretan pencetak gol terbanyak selalu didominasi pemain asing. Imbasnya, Timnas Indonesia kekurangan stok penyerang.
Mantan pelatih Timnas U-23, Luis Milla, pernah pusing tujuh keliling manakala mempersiapkan timnya menuju Asian Games 2018. Silih berganti striker dipanggil tetapi tetap tak ada yang memuaskannya. Mulai dari Boaz Solossa, Lerby Eliandry, sampai Ilija Spasojevic.
Hingga akhirnya muncullah Alberto Goncalves sebagai penyelamat. Beto mampu melengkapi kepingan puzzle yang selama itu dicari Milla. Sampai kini, striker naturalisasi asal Brasil itu akhirnya menjadi langganan skuat 'Garuda'.
Kurniawan Dwi Yulianto mengaku begitu gundah melihat fakta tersebut. Striker lokal yang dahulu menumpuk, kini bak tenggelam ditelan bumi. Dengan menjadi asisten pelatih Timnas U-23, ia mencoba mengobati kegundahan itu.
ADVERTISEMENT
Ya, Kurniawan telah resmi menjabat sebagai asisten pelatih dari Indra Sjafri terhitung pekan lalu. Ditunjuknya Kurus--sapaan akrabnya--tak lepas dari keinginan Indra Sjafri untuk mematangkan lini depan timnya.
Lantas, mampukah legenda hidup Timnas Indonesia itu memberikan warna tersendiri bagi Timnas U-23? Apa pandangannya terhadap fenomena striker lokal yang belakangan tenggelam? Berikut petikan wawancara kumparanBOLA dengan Kurniawan di bilangan Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (23/7/2019).
Pelatih Timnas Indonesia U-19 Kurniawan Dwi Yulianto (kedua kanan). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Bagaimana proses awalnya sampai bisa ditunjuk sebagai asisten pelatih Timnas U-23?
Pertama, saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dari coach Indra, dari coaching staff lainnya, lalu dari manajemen dan PSSI. Ini tentu kesempatan yang luar biasa bagi saya karena ini tugas negara.
Bicara prosesnya, memang, sebelumnya saya sempat berkomunikasi dengan coach Nova Arianto. Waktu itu coach Indra tanya aktivitas saya apa dan kami juga bicara panjang lebar terkait visi tim ini dan juga mengenai game plan yang direncanakan. Lalu, dibilang saya jadi salah satu kandidat asisten pelatih Timnas U-23.
ADVERTISEMENT
Salah satu pertimbangan Indra Sjafri merekrut Anda adalah karena paham dengan lini depan...
Beliau (Indra Sjafri) memang sempat ngobrolin poin itu bahwa dengan pengalaman saya sebagai pemain, yang selalu ada di lini depan dengan berbagai permasalahan di striker, mungkin bisa memberikan solusi buat tim. Walaupun saya juga enggak selamanya benar, tapi paling enggak bisa ngasih masukan. Yang terpenting, enggak boleh lari dari filosofi sepak bola yang diusung coach Indra.
Saya juga sempat ngobrol dengan para penyerang Timnas U-23 yang sekarang ikut TC (Training Centre). Bagusnya, mereka ada keberanian untuk bertanya ke saya, minta masukan kalau menemukan masalah di lapangan. Tentunya, ini jadi fenomena baru bagi saya.
Dalam sesi latihan kemarin (Senin, 22/7), saya juga diberikan kepercayaan untuk melatih pemain tentang bagaimana bertahan dari tengah ke depan.
ADVERTISEMENT
Asisten pelatih Timnas u 23 Kurniawan Dwi Yulianto. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Apa sebenarnya yang dibutuhkan seorang striker sehingga bisa menjadi andalan, baik di klub maupun timnas?
Bagi saya pribadi, hal utama sebagai seorang penyerang adalah punya jam terbang. Karena dengan mereka sering bermain, maka mereka akan menemukan banyak eror. Tapi, dengan eror itu, dia pasti akan cari solusi sendiri. Cuma kalau enggak ada jam terbang, hanya di latihan, ya, repot. Karena suasana di latihan dan pertandingan akan beda sekali.
Saya, misalnya, ketika main enggak bisa cetak gol, tapi akhirnya ketemu feeling-nya. Dan, itu dapatnya di pertandingan, bukan latihan. Karena ketika pertandingan, kita dapat tekanan. Belum lagi merasakan atmosfer pertandingan yang beda jauh dengan latihan.
Makanya, penyerang-penyerang lokal di Indonesia harus punya banyak jam terbang. Saya berharap sekali klub-klub bisa memainkan striker lokal. Okelah, kita tahu kepentingan klub, tapi kasihlah menit bermain karena mereka 'kan aset-aset bangsa.
ADVERTISEMENT
Banyak anggapan tenggelamnya striker lokal di Liga 1 karena banjirnya penyerang asing. Benar demikian?
Sepakbola 'kan berkembang terus, zaman saya main, klub banyak pakai dua striker. Meskipun klub ambil satu striker asing, satu jatah lokal. Jadi saya termasuk pemain yang beruntung main di zaman itu. Dulu, orang bilang striker kita banyak, karena memang jam terbang kita ada. Bahkan, saya juara di PSM Makassar (Liga Indonesia 1999/00), dua-duanya striker lokal, ada saya dengan Miro Baldo Bento. Sedangkan, di Persita Tangerang, ada Ilham Jaya Kesuma dan Zaenal Arief.
Kalau mau melarang striker asing juga menurut saya itu langkah yang terlalu ekstrem, karena kita harus mempertimbangkan bahwa sepak bola 'kan industri juga. Solusinya, kalau di luar negeri, pemain yanag enggak main di tim utama, dia akan main di tim cadangan (reserve). Kalau di sini 'kan enggak ada, mungkin bisa dengan peminjaman ke klub Liga 2, yang penting dapat jam terbang.
ADVERTISEMENT
Pelatih Timnas Indonesia U-19 Kurniawan Dwi Yulianto. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Bagaimana melihat kualitas striker-striker muda di Indonesia?
Kalau main di level usia mereka, kita masih oke, misalkan di U-16 dan U-19, karena memang bertanding sesama mereka yang punya jam terbang sama. Tapi, ketika sudah masuk ke U-23 dan senior, jam terbang akan sangat menentukan.
Dulu kita sempat berharap kepada Muchlis Hadi Ning. Waktu di Timnas U-19, kurang bagus apa? Dia digadang-gadang jadi striker masa depan. Bukan saya bilang sekarang dia sudah habis, tapai menit main 'kan berkurang, jadi kita juga enggak bisa melihat penampilan terbaik dia. Karena memang kuncinya ada di jam terbang.
Hal lain yang saya soroti ke pemain muda adalah soal mental menghadapi media sosial (medsos). Boleh main medsos, tapi enggak usah dimasukin ke hati. Kalau menang atau kalah yang nanggung 'kan diri sendiri. Pokoknya, enggak usah peduli, yang penting kerja keras dan percaya. Jangan takut salah. Karena striker sekali merasa takut salah, selamanya sulit cetak gol.
ADVERTISEMENT
Di TC Timnas U-23 saat ini juga banyak muka-muka baru. Karena tim ini merupakan kelompok usia di bawah 23 tahun, dosa besar kalau enggak berikan mereka kesempatan. Khusus di posisi striker, makin banyak punya pilihan, semakin bagus karena mereka akan bersaing.
Kalau pilihan striker sedikit, bukan kita meremehkan, takutnya mereka enggak ada mendorong dirinya sendiri untuk lebih baik. Walaupun mereka enggak sadar karena biasanya 'kan di bawah alam sadar, konsekuensinya mereka jadi enggak ada gregetnya.
Pelatih Timnas Indonesia U-19 Kurniawan Dwi Yulianto. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Striker juga kerap dikritik karena tak mampu mencetak gol. Bagaimana pandangan Anda?
Memang tugas striker itu mencetak gol. Tapi, kembali lagi ke filosofi sepak bola itu sendiri bahwa fungsi dari striker itu enggak selamanya cetak gol. Dia bisa ciptakan ruang buat temannya untuk cetak gol atau bisa assist, itu berpengaruh. Karena mereka bermain 'kan sebagai tim. Tinggal bagaimana masing-masing pemain bisa menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
ADVERTISEMENT
Kalau striker bisa baik ketika dia menyerang dan membantu bertahan, dia enggak cetak gol tapi timnya menang, itu masih fine. Daripada dia cetak gol, tapi tanggungjawab untuk bantu pertahanan enggak ada, 'kan malah merugikan tim.