Lokakarya Ofisial Tim Liga 1 dan Liga 2: Mencari Standar Kompetensi

23 April 2019 20:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah petugas keamanan berjaga-jaga ketika suporter Persebaya Surabaya menyalakan cerawat (flare) dan melempar botol minuman saat akhir laga final leg 1 Piala Presiden 2019 antara Persebaya Surabaya vs Arema FC di Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (9/4). Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah petugas keamanan berjaga-jaga ketika suporter Persebaya Surabaya menyalakan cerawat (flare) dan melempar botol minuman saat akhir laga final leg 1 Piala Presiden 2019 antara Persebaya Surabaya vs Arema FC di Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (9/4). Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
ADVERTISEMENT
PT Liga Indonesia Baru (LIB) bekerja sama dengan PSSI menggelar lokakarya untuk match commisioner, media officer (MO), general coordinator (GC), dan security officer (SO) di Hotel Sultan, Jakarta, 22-25 April. Lokakarya itu merupakan agenda rutin operator kompetisi untuk penyegaran sekaligus pembaruan terhadap tugas pokok dan fungsi.
ADVERTISEMENT
Khusus match commisioner alias pengawas pertandingan, PT LIB juga melakukan seleksi siapa saja yang kompeten bertugas untuk di Liga 1 musim 2019.
“Match commisioner yang kami undang di antaranya pernah bertugas di Liga 1 musim lalu, kemudian ada tambahan dari Liga 2, dan kandidat baru. Khusus kandidat baru, setiap Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI mengirimkan satu nama. Perwakilan AFC juga hadir memberikan materi terkait pembaruan apa saja yang harus dilakukan oleh match commisioner," kata Asep Saputra selaku Manajer Kompetisi PT LIB ketika dijumpai kumparanBOLA, Selasa (23/4/2019).
"Sepulang dari lokakarya ini, mereka tak lantas resmi jadi match commisioner. Ada proses seleksi lagi yang sangat ketat. Tahun lalu saja, dari 40-an match commisioner, cuma terpilih 20-an yang bertugas di Liga 1,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk tiga jabatan lainnya --MO, GC, dan SO-- PT LIB tak cuma melakukan penyegaran, tetapi juga mencari standar nasional. Bahkan, rencananya akan ada sertifikasi bagi ketiga ofisial tim tersebut.
Asep menuturkan sertifikasi akan sangat bermanfaat untuk menjaga kualitas para perangkat lokal tim itu. Jadi, rencana itu memutus kondisi dalam beberapa musim ke belakang, yang mana ofisial tim bak pekerja tanpa standar dan kualifikasi memadai.
Bench Stadion GBK Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan
“Setiap tahun kami selalu ada workshop ini. Memang kalau dihitung tiga musim lalu masih belum ada yang seperti ini. Nah, sejak musim lalu lokakarya itu kami bangun. GC, MO, dan SO bisa kami ulas. Lalu, rencananya ada sertifikasi untuk menjaga kualitas. Toh, kualitas pertandingan juga ditentukan peran mereka. Bagaimana pertandingan digelar baik sesuai standar. Mereka juga ujung tombak,” ujar Asep.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Asep mengungkapkan pihaknya juga ingin ofisial tim tak cuma fokus di level lokal saja. Bakal ada pengembangan agar ofisial lokal punya pengalaman internasional.
“Beberapa tahun ke belakang, kita bisa lihat bahwa pengiriman ofisial itu cuma dari staf PSSI, misalnya saja MO. Kami ingin sistem yang baik. Ofisial tim lokal seharusnya juga bisa tampil internasional,” tutur Asep.
Ofisial tim memang kerap menjadi sorotan. Pasalnya, jabatan semisal MO, GC, atau SO ibarat hanya jabatan yang sekadar ada. Kualitasnya pun belum teruji.
Terbaru, kita bisa menengok bagaimana salah satu kelompok suporter PSS Sleman, Brigata Curva Sud (BCS), menuntut manajemen memaksimalkan peran MO. BCS ingin konten seperti pengenalan pemain baru serta berita-berita lain seputar klub seharusnya bisa menjadi santapan MO. Namun, nyatanya MO PSS belum memaksimalkan hal itu.
ADVERTISEMENT
PSS Sleman Foto: Instagram/@bcsxpss.1976
Bergeser lagi ke Liga 1 2018, terjadi kasus memilukan ketika salah satu suporter Persija, Haringga Sirla, tewas usai dikeroyok kelompok suporter Persib di Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Polisi memang sudah meringkus pelaku pengeroyokan terhadap Haringga.
Namun, masalah itu sejatinya tak selesai sampai di situ saja. Tewasnya Haringga membuka banyak tabir perihal bobroknya sepak bola Indonesia.
Para pemangku kepentingan sepak bola Indonesia menyalahkan infrastruktur yang belum memadai. Tak jarang ada yang menunjuk bahwa kelalaian ada di pihak keamanan (seperti polisi dan TNI).
Padahal, ada peran SO yang alpa dari pengamatan. Selayaknya, SO punya kemampuan merencanakan pengamanan sebelum, saat, dan sesudah pertandingan.
SO bekerja menentukan perimeter pengamanan dan mengatur keramaian. Dalam FIFA Safety and Security Regulation pun menyebut aspek mana saja pembagian perimeter antara hukum olahraga dan hukum negara.
ADVERTISEMENT
Dalam pembagian perimeter, SO sejatinya berkoordinasi baik dengan pihak keamanan. Kasus pengeroyokan Haringga yang berada di perimeter stadion atau hukum olahraga membuka mata bahwa SO luput mengawasi wilayah itu. Malah, pihak keamanan dan SO fokus ke titik lain, di mana ada penumpukan massa.
Ada dua hal yang bisa diambil dari fakta itu. Pertama, SO tak mampu mengatur keramaian sehingga masih ada penumpukan massa di titik-titik tertentu. Kedua, perimeter stadion (wewenang hukum olahraga) yang seharusnya otoritas SO lepas dari pengamatan.
Rekonstruksi pengeroyokan terhadap Haringga Sirla di Stadion GBLA Bandung, Rabu (26/9). Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Dua kisah tadi baru segelintir cerita di balik tak kompetennya para ofisial tim. Menilik kondisi tersebut, PT LIB mengamini mesti diadakan sertifikasi agar jabatan dalam ofisial tim tak sekadar ada dan dihuni orang-orang tak berkualitas.
ADVERTISEMENT
“Kami konsentrasi untuk pembenahan SO sejak tahun lalu. Memang bicara keamanan bisa luas. Namun, FIFA sendiri mengeluarkan Safety and Security Regulation. Ada pengamanan (wilayah hukum) sepak bola sendiri. Kami ingin itu disosialisasikan terus. Memang tidak mudah," ujar Asep.
"Tujuannya, nanti ada standar nasional untuk regulasi stadion. Keamanan tak cuma jumlah pengamanan, tapi juga ada standar stadion, akses, area darurat, manajemen risiko, dan manajemen keramaian, itu semuanya tugas SO. Karena itu, harus ada orang yang kompeten di bidang itu,” katanya.
Ofisial tim bukanlah perangkat yang bisa disepelekan. Mereka bisa menentukan kualitas pertandingan sekaligus kompetisi di Tanah Air. Tak heran kalau kemudian uji kelayakan wajib dilakukan.