Maldini: Sama Seperti Giampaolo, Sacchi Dulu Juga Kesulitan

27 September 2019 13:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih AC Milan, Marco Giampaolo. Foto: Miguel MEDINA / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih AC Milan, Marco Giampaolo. Foto: Miguel MEDINA / AFP
ADVERTISEMENT
Kiprah Marco Giampaolo sebagai pelatih AC Milan tak bermula dengan baik. Sejauh ini, Milan asuhan Giampaolo tak hanya meraih hasil yang buruk, tetapi juga tampil kurang memuaskan.
ADVERTISEMENT
Dari lima laga di Serie A 2019/2020, Milan sudah kalah sebanyak tiga kali. Yang teranyar mereka dapatkan dari Torino, dengan skor 1-2 pada Jumat (27/9/2019) dini hari WIB. Hanya bermodalkan enam poin, I Rossonerri mesti terdampar di posisi 13 klasemen sementara.
Akibat segelintir hasil buruk tersebut, Giampaolo dihujani berbagai kritik. Tagar #GiampaoloOut bahkan sempat populer di Twitter.
Kendati begitu, Direktur Olahraga Milan, Paolo Maldini, meminta suporter Milan untuk bersabar. Menurut Maldini, hasil-hasil buruk yang didapatkan Milan di awal era kepelatihan Giampaolo merupakan sesuatu yang wajar.
“Kami tak boleh terburu-buru. Kami telah memilih pelatih yang ingin menerapkan satu filosofi permainan tertentu, dan kami paham itu butuh waktu,” ungkap Maldini, dikutip dari Football Italia.
ADVERTISEMENT
Maldini kemudian menjelaskan mengapa Giampaolo layak diberi kepercayaan lebih. Menurut Maldini, situasi yang dialami Giampaolo saat ini serupa dengan awal kiprah pelatih legendaris, Arrigo Sacchi, di Milan.
“Saya ingat kami pernah mengalami isu semacam ini bersama Sacchi. Saat itu, ia juga sangat saklek terhadap ide-idenya. Tak banyak hal positif terjadi di beberapa bulan pertamanya. Namun, setelah itu, kami mulai mendapatkan hasil positif, dan semua orang paham bahwa caranya adalah yang terbaik.”
Pelatih legendaris Milan, Arrigo Sacchi. Foto: JAVIER SORIANO / AFP
Sacchi merupakan salah satu pelatih tersukses dalam sejarah Milan. Ia berhasil memberikan dua gelar Liga Champions dan satu trofi Serie A.
Tak hanya itu, sepak bola yang dimainkan Milan asuhan Sacchi dianggap merevolusi sepak bola, utamanya di Italia. Sacchi berhasil menampilkan sepak bola ofensif dan menerapkan lini pertahanan yang tinggi untuk terus menekan.
ADVERTISEMENT
Namun, pada awalnya, Sacchi kesulitan. Ia dikritik karena tak pernah menjadi pesepak bola yang sukses. Selain itu, permainannya terlihat aneh di Italia yang klub-klubnya kala itu masih menganut paham ‘catenaccio’ yang begitu defensif.
Hasil yang didapat Sacchi pada lima laga perdananya di Serie A, menariknya, sedikit serupa dengan Giampaolo. Milan asuhannya hanya mampu memetik dua kemenangan. Bedanya, Ruud Gullit dkk. kala itu hanya satu kali kalah.
Kendati begitu, Milan berhasil bangkit. Setelah lima laga perdana itu, Sacchi dan tim binaannya hanya kalah satu kali. Di akhir musim, Milan sukses menjuarai Serie A, untuk yang pertama kalinya setelah sekian tahun.
Seperti Sacchi, Giampaolo juga ingin Milan asuhannya bermain menyerang. Hal ini pernah ia kemukakan jelang laga derbi melawan Inter Milan (22/9).
ADVERTISEMENT
“Anda bisa untuk bertahan sambil menguasai bola. Anda tak harus bertahan dalam-dalam. Saya tak menyukai itu. Saya tak ingin kami menunggu saja dan memainkan umpan-umpan panjang,” ucap Giampaolo.
Maldini, yang pernah dilatih oleh Sacchi, pasti bisa melihat gaya yang ingin diterapkan oleh Giampaolo. Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa Milan akan tetap memercayai Giampaolo.
“Kami paham pelatih seperti apa yang kami pekerjakan. Kami telah membicarakan ini dalam diskusi kontrak. Milan adalah klub yang ambisius, dan kami percaya bahwa Giampaolo adalah pelatih yang tepat untuk kami,” kata Maldini.