Memprediksi Skema Madrid Bersama Solari

31 Oktober 2018 19:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Solari pada sesi latihan Real Madrid. (Foto: Susana Vera/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Solari pada sesi latihan Real Madrid. (Foto: Susana Vera/Reuters)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam lima bulan, kursi kepelatihan Real Madrid dua kali berganti. Setelah Zinedine Zidane angkat kaki 31 Mei lalu, Madrid baru-baru ini memecat Julen Lopetegui dan mengangkat Santiago Solari sebagai pelatih interim.
ADVERTISEMENT
Penunjukan Solari mirip-mirip dengan Zidane. Keduanya pernah bermain untuk Madrid dan mereka juga mengawali karier sebagai arsitek Real Madrid Castilla sebelum menduduki jabatan pelatih utama El Real.
Bedanya, Solari memang tak semewah Zidane. Pemain yang digaet Madrid dari rival sekotanya, Atletico Madrid, itu cuma dikenal sebagai super-sub alih-alih menjadi penggawa reguler. Dan memang yang diperlukan Madrid saat ini bukan seorang juru taktik, tetapi juga pelatih yang memiliki kedekatan erat dengan Madrid. Alasannya, ya,untuk mendongkrak mental pemain yang kian ambruk setelah kekalahan 1-5 di El Clasico.
Lantas, bagaimana Madrid di tangan Solari nanti?
4-3-3
Posisi Solari ditampuk kepelatihan Madrid tidaklah lama. Hanya dua pekan dia ditugaskan sebagai pelatih interim. Dengan minimnya durasi yang dimiliknya, besar kemungkinan Solari tak akan banyak bereksperimen dalam skuatnya. Dengan kata lain, pelatih berpaspor Argentina itu masih akan memakai pakem yang sama seperti Lopetegui, lewat formasi dasar 4-3-3 atau 4-2-3-1.
ADVERTISEMENT
Nah, kebetulan Solari memiliki paham yang serupa dengan Lopetegui. Bersama Castilla, dia tercatat lebih sering memakai pakem 4-2-3-1. Dari 10 pertandingan yang dijalaninya, enam laga di antaranya mengadopsi pakem yang bertumpu dengan satu penyerang tersebut. Sementara empat kali Solari menerapkan skema dasar 4-3-3.
Secara matematis, konstelasi tiga penyerang lebih menguntungkan dari segi agresivitas. Rata-rata 2 gol berhasil disarangkan Castilla saat mengaplikasi sistem 4-3-3. Di satu sisi, tingginya produktivitas juga berbanding lurus dengan jumlah gol yang bersarang ke gawang mereka. Sudah 4 kali Castilla kebobolan, atau satu gol per laga bila dirata-rata.
Sebaliknya, format 4-2-3-1 yang menawarkan keseimbangan berdampak pada agresivitas anak asuhnya. Hanya sekali Castilla mampu mencetak lebih dari satu angka dengan skema tersebut, saat melibas tim lemah, Unionistas, 3-0 pertengahan September lalu. Bahkan, dua kali mereka tercatat gagal mencetak gol, kala ditahan imbang Union Adarve dengan skor kacamata dan takluk 0-1 dari Fuenlabrada.
ADVERTISEMENT
Kesedihan para pemain Madrid. (Foto: REUTERS/Albert Gea)
zoom-in-whitePerbesar
Kesedihan para pemain Madrid. (Foto: REUTERS/Albert Gea)
Well, barisan pertahanan Madrid sejauh ini memang terbukti bobrok karena sudah kebobolan 14 kali, terburuk ke-14 di La Liga. Namun, yang paling dibutuhkan Madrid saat ini adalah mengembalikan lagi produktivitas lini depan mereka.
Kemampuan itu yang hilang setelah Zidane pergi. Dalam dua musim ke belakang, sudah 200 gol yang dihasilkan Madrid di La Liga atau 2,6 gol dalam rata-rata per laga. Bandingkan dengan sekarang yang cuma mengemas rata-rata 1,4 gol di tiap pertandingan.
Bedasarkan kebutuhan Madrid dan rekam jejak Solari, formasi dasar 4-3-3 akan jadi pakem ideal untuk diterapkannya bersama Los Blancos. Meski kemungkinan mereka untuk kebobolan lebih banyak gol masih akan terbuka lebar.
ADVERTISEMENT
4-4-2
Salah satu langkah paling mudah untuk mengembalikan kesukesan Madrid di bawah rezim Zidane, ya, dengan mengaplikasi sistem yang sama dengan saat itu. Dalam hal ini, formasi 4-4-2 bisa jadi alternatif, skema yang intens dipakai Zidane di musim terakhirnya.
Terlebih konstelasi pemain Madrid tak banyak berubah sejak edisi 2017/2018, kecuali Cristiano Ronaldo. Kendati begitu, justru bab ini yang jadi titik permasalahnya. Madrid tak lagi memiliki penyerang yang benar-benar tajam setelah Ronaldo pergi. Karim Benzema dan Gareth Bale, tak cukup menyaingi konsistensi Ronaldo.
Bale hanya moncer di awal, dan (lagi-lagi) jeblok setelah didera cedera. Sementara Benzema, memang telah kembali menemukan ketajamannya yang hilang di musim lalu. Akan tetapi dia sedang terjangkit virus mandul lantaran tak kunjung mencetak gol dalam enam laga terakhirnya. Mariano juga tak kunjung menjawab kepercayaan Madrid sejauh ini. Dari 12 tembakan yang dilepaskannya di La Liga, tak ada satu pun yang berbuah gol.
ADVERTISEMENT
Terlebih, dengan konstelasi empat gelandang, Solari hanya bisa memainkan dua gelandang tengah karena slot lainnya bakal diisi oleh winger. Dengan kata lain, trio Toni Kroos, Luka Modric, dan Casemiro tak memungkinkan untuk diturunkan secara bersamaan.
Gareth Bale dan Karim Benzema tengah lakukan pemanasan.  (Foto: REUTERS/Ints Kalnins)
zoom-in-whitePerbesar
Gareth Bale dan Karim Benzema tengah lakukan pemanasan. (Foto: REUTERS/Ints Kalnins)
Pasalnya, akan lebih ideal bagi Solari untuk memilah salah satu di antara Kroos atau Modric sebagai tandem Casemiro. Itu masih belum dihitung dengan Dani Ceballos dan Marcos Llorente yang tercancam makin nganggur lantaran minim mendapatkan menit bermain.
Untuk pos winger, Marco Asensio, Lucas Vazquez, dan Vinicius Junior memang cukup kompeten untuk medongkrak agresivitas. Akan tetapi, upaya yang ada tak akan maksimal andai para penyerang Madrid masih dilanda inkonsistensi.