Menakar Efektivitas Theo Walcott untuk Everton

18 Januari 2018 13:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Walcott resmi bersergam Everton. (Foto: Everton)
zoom-in-whitePerbesar
Walcott resmi bersergam Everton. (Foto: Everton)
ADVERTISEMENT
12 tahun kebersamaan Theo Walcott bersama Arsenal akhirnya berakhir. Kamis (18/1/2018), eks-pemain Southampton tersebut resmi berkostum Everton dengan kontrak berdurasi tiga setengah musim.
ADVERTISEMENT
Walcott menjadi pembelian kedua Everton pada bursa transfer kedua musim ini. Sebelumnya, The Toffees mendatangkan penyerang Besiktas, Cenk Tosun, dengan mahar 27 juta poundsterling.
Seperti halnya kebijakan transfer yang lain, kedatangan Walcott menuai pro dan kontra. Di satu sisi, Walcott dinilai bakal meningkatkan kualitas persaingan lini depan Everton yang dirasa tak terlalu panas. Namun, di sisi lain, keberadaan Walcott disebut tak ubahnya ajang buang-buang duit.
Semua kadung terlambat. Transfer pun telah dilakukan. Melihat hal itu, bagaimana Walcott bisa memberikan dampak untuk Everton?
Dalam lima pertandingan terakhir, manajer Everton, Sam Allardyce, menggunakan pola yang berbeda-beda. Dalam beberapa kondisi, ia menggunakan pola 4-2-3-1, sementara pada kondisi lain, ia memilih pola 4-3-3 sebagai formasi dasar timnya.
ADVERTISEMENT
Perubahan pakem berdampak pada gaya menyerang Everton di kotak penalti lawan. Tosun dipilih sebagai solusi untuk membongkar pertahanan dan menarik perhatian lawan. Sementara Dominic Calvert-Lewin digunakan jika Everton tak punya daya lain, kecuali mengirim umpan silang.
Allardyce menitikberatkan serangan timnya pada gelandang serang sebelah kanannya, yang bergantian diisi Yannick Bolasie dan Aaron Lennon. Dalam lima pertandingan terakhir Everton di Premier League, Bolasie lebih dipercaya dengan mencatatkan empat kali penampilan.
Masalahnya, penampilan Bolasie tak kunjung menggembirakan. Dalam empat partai tersebut, ia hanya membukukan satu umpan kunci. Ia juga sama sekali tidak membantu ketajaman tim karena belum membukukan percobaan tepat sasaran dari empat laga.
Persoalan Allardyce semakin bertambah, dengan tak adanya pemain yang mampu bermain lebih baik ketimbang Bolasie. Dua pengganti Bolasie, Lennon dan Ademola Lookman, justru bermain di level yang lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, Lennon bermasalah dengan kondisi fisiknya yang sudah begitu menurun. Di sisi lain, Lookman memiliki persoalan pada pengalaman bermain di level teratas dan postur tubuhnya yang pendek.
Kondisi tersebut pada akhirnya membuat Walcott setidaknya bisa diharapkan. Meski ia minim kesempatan selama di Arsenal, tapi setidaknya, ia punya kualitas yang diharapkan memperbaiki persoalan mereka di sisi kanan.
Walcott sendiri termasuk tipikal gelandang serang sayap modern. Meski ia tak buruk saat mengirim umpan silang untuk penyerang, ia kerap melakukan tusukan ke depan kotak penalti lawan.
Sepanjang musim ini, Walcott membukukan rata-rata dua dribel per laga. Dari angka tersebut, Walcott mencetak 1,3 keberhasilan dribel per laga. Angka dribelnya sedikit lebih baik dari rata-rata keberhasilan dribel Bolasie yang hanya 1,2.
ADVERTISEMENT
Salah satu keunggulan Walcott adalah kecepatan saat tak membawa bola dan kemampuannya mencari ruang di pertahanan lawan. Dalam beberapa musim terakhir, kemampuan tersebut digunakan oleh Arsene Wenger, kendati hasilnya tak benar-benar memuaskan.
Dari sana, Walcott pantas dipilih jika Everton menggunakan serangan balik sebagai cara menyerang pertahanan lawan. Dengan kecepatan yang dimiliki, Walcott menjadi pilihan yang pas jika diharapkan sebagai tumpuan.
Jika ingin memaksimalkan keunggulan fisik Calvert-Lewin, Allardyce bisa memanfaatkan Bolasie yang piawai mengirim umpan silang. Sebaliknya, jika ia ingin memaksimalkan Tosun, ia bisa memainkan Walcott.
Di balik itu, Walcott juga punya beberapa kelemahan. Beberapa di antaranya adalah kemampuannya menginisiasi serangan. Ia buruk ketika bertugas untuk membagi bola kepada pemain lain di daerah pertahanan lawan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ia tak punya kemampuan menahan bola yang apik. Lemahnya ia ketika menjaga bola dari rebutan lawan membuatnya seringkali kehilangan bola. Sepanjang musim ini, ia bahkan mencatatkan rata-rata empat kehilangan bola per laga.
Kelemahan Walcott juga tersaji dari atribut bertahannya. Buruknya transisi Walcott dari menyerang ke bertahan, kerap membuat pemain yang berada di sisi yang sama dengannya kalang kabut.
Mengukur sejauh mana Walcott akan memberi dampak untuk Everton tergantung bagaimana Allardyce menyikapi lawan-lawannya. Yang jelas, dengan keberadaan Walcott, Everton kini punya lebih banyak opsi untuk menyerang.