Menakar Potensi Tim-tim Promosi Premier League 2019/20

8 Agustus 2019 22:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemain Aston Villa merayakan kemenangan di final babak play-off Championship musim ini. Foto: Action Images via Reuters/Ed Sykes
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Aston Villa merayakan kemenangan di final babak play-off Championship musim ini. Foto: Action Images via Reuters/Ed Sykes
ADVERTISEMENT
Ada tiga tamu baru di Premier League 2019/20. Norwich City, Sheffield United, dan Aston Villa. Betul, mereka adalah tim-tim promosi dari Divisi Championship. Karena menanti kejutan tim-tim promosi selalu menarik, maka tak ada salahnya untuk mengenal mereka lebih jauh.
ADVERTISEMENT
Sebagai bonusnya, kami akan menyertakan kans mereka di akhir musim. Sukses membuat kejutan, bertahan hingga musim depan, atau justru pulang ke Divisi Championship. Berikut kumparanBOLA merangkumnya hanya untuk anda.
Norwich City (Papan Tengah)
Bisa dibilang Norwich adalah personel tim promosi yang paling dijagokan. Alasan pertama jelas: Mereka adalah juara Divisi Championship 2018/19.
Total 94 poin dikumpulkan Norwich hasil dari 27 kemenangan, 13 seri, dan 6 kekalahan. Bukan dari segi torehan poin saja, produktivitas mereka juga mentereng, 93 gol atau 2 gol bila dirata-rata per laga --0,2 gol lebih banyak ketimbang West Bromwich di urutan kedua.
Nilai plus lagi dari Norwich adalah kematangan karakter permainan. Tentu saja, hal itu terkait erat dengan Daniel Farke yang mengedepankan sistem penguasaan bola.
ADVERTISEMENT
Meski mengaplikasi formasi dasar satu penyerang, Teemu Pukki, pada praktiknya juga Norwich bertumpu pada ketiga gelandangnya untuk memasok gol, yakni Marco Stiepermann, Emiliano Buendia, dan Onel Hernandez.
Ketiganya telah mencetak 25 gol bila ditotal. Itu belum dihitung dengan sumbangsih Mario Vrancic yang sukses mengemas 10 gol.
Norwich vs Chelsea di ajang FA Cup Foto: Reuters/John Sibley
Kesolidan skuat itulah yang membuat The Canary tak terlalu sibuk di jendela transfer musim ini. Hanya 4,17 juta euro, terendah di antara klub promosi lainnya.
Ralf Fahrmann dan Sam Byram dibeli dari Schalke 04 serta West Ham United. Sementara, Josip Drmic didapatkan dengan status bebas transfer, serta Patrick Roberts dan Ibrahim Amadou dengan status pinjaman.
ADVERTISEMENT
Sheffield United (Maaf, Degradasi)
Akhirnya, Sheffield kembali ke Premier League setelah nyaris 1,5 dekade absen. Dari segi transfer, Sheffield memang baru mengeluarkan 47 juta euro di bursa transfer musim panas ini. Di sisi lain, itu merupakan bujet belanja terbesar mereka dalam 14 tahun terakhir.
Well, kondisi itu cukup merepresentasikan niatan The Blades untuk bertahan tak kembali dengan cepat ke Divisi Championship meski sebenarnya tak ada pemain anyar yang benar-benar spesial. Mentok hanya Oliver McBurnie (Swansea) dan Lys Mousset (Bornemouth) yang pernah manggung di Premier League.
Sheffield United, peserta baru Premier League 2019/20. Foto: Action Images via Reuters/Lee Smith
Departemen pertahanan jadi nilai plus dari Sheffield. Nyatanya, bersama Middlesbrough mereka jadi peserta Divisi Championship yang paling sedikit kebobolan di musim lalu dengan 41 gol --16 gol lebih sedikit dari Norwich sebagai juara.
ADVERTISEMENT
Rahasianya, ya, formula tiga bek yang rutin dicanangkan oleh Chris Wilder. Terlebih, lima pemain yang mengisi lini tengah tampil ciamik. Khususnya, Oliver Norwood dan Enda Stevens, dua pemain yang rajin dalam membantu pertahanan.
Hebatnya lagi, mereka juga aktif berkontribusi dalam proses penciptaan gol. Total sudah 14 assist yang dibuat Norwood dan Stevens di ajang liga. Sementara untuk juru gedor, Wilder bertumpu pada striker veteran yang sudah mencetak 23 gol.
Meski demikian, Sheffield belum memiliki bintang dan juga pemain berpengalaman di timnya. Itulah mengapa mereka diprediksi bakal kesulitan untuk bersaing di Premier League 2019/20
Aston Villa (Papan Tengah)
Villa jadi tim yang paling mencolok soal kesibukan transfer di musim panas. Bayangkan saja, mereka sudah mengeluarkan 148 juta euro sejauh ini --hanya kalah dari Manchester United (159 juta) dan Manchester City (155 juta).
ADVERTISEMENT
Boros? Jelas. Toh, tingginya uang belanja transfer tak jadi garansi klub promosi untuk bertahan di Premier League. Fulham di musim 2018/19 bisa menjadi acuannya.
Dalam perspektif lain, Villa punya dasar kuat untuk melakukan kebijakan tersebut. Salah satunya di antaranya adalah mempermanenkan winger kanan, Anwar El Ghazi, dan mendatangkan Tom Heaton dari Burnley.
Sementara Wesley Moraes, yang jadi pembelian termahal Villa, diplot untuk mengover kepergian Tammy Abraham --penyumbang 26 gol yang telah berpulang ke klub asalnya, Chelsea.
Para pemain Aston Villa merayakan kemenangan di final babak play-off Championship musim ini. Foto: Action Images via Reuters/Ed Sykes
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Aston Villa merayakan kemenangan di final babak play-off Championship musim ini. Foto: Action Images via Reuters/Ed Sykes
Pada dasarnya, Dean Smith memang membutuhkan striker cepat sebagai ujung tombak di formasinya. Namun, bukan itu satu-satunya senjata Villans, melainkan gerombolan dari lini kedua. Sebut saja Conor Hourihane dan John McGinn, dua gelandang yang bila ditotal telah mengemas 15 gol dan 20 assist di edisi lalu.
ADVERTISEMENT
Eits, tentu saja nama Jack Grealish tak bisa dikesampingkan. Pemain berusia 23 tahun itu berpotensi menjadi sensasi di musim 2019/20. Kreativitas jadi nilai lebih Grealish. Buktinya, ia menduduki peringkat ketiga soal rata-rata penciptaan umpan kunci di Divisi Championship dengan torehan 2,3.