Menebak Pemain yang Bisa Hengkang ke Klub Milik Beckham

31 Januari 2018 19:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Beckham menerima hak franchise MLS. (Foto: REUTERS/Andrew Innerarity)
zoom-in-whitePerbesar
Beckham menerima hak franchise MLS. (Foto: REUTERS/Andrew Innerarity)
ADVERTISEMENT
David Beckham punya klub baru. Belum ada siapa pun selain para petinggi di dalamnya. Maklum, mereka baru akan berkompetisi di MLS tahun 2020 nanti.
ADVERTISEMENT
Namun, kabar soal keberhasilan Beckham meraih franchise MLS sudah jadi pembicaraan di mana-mana. Orang-orang ternama memberi selamat, di antara mereka malah ‘titip pesan’ untuk bisa jadi bagian skuat Beckham.
Lionel Messi menjadi salah satunya. Ia mengucapkan selamat atas keberhasilan Beckham. Setelahnya ia berkata, “Beberapa pekan ke depan, Anda bisa menghubungi saya.” Entah mana yang basa-basi, ucapan selamatnya atau kode malu-malu kucing agar diajak bergabung.
Sebagai liga yang dijalankan dengan pendekatan bisnis, klub-klub yang bermain di MLS kerap memboyong nama-nama sensasional. Bukan sekadar memperkuat klub, tapi meningkatkan nilai jual.
Bayangkan bila Messi bermain untuk apa pun nama klub yang dibentuk Beckham. Berapa banyak orang yang ingin melihat permainan kaki-kaki Messi secara langsung. Menang atau kalah, yang penting menonton Messi.
ADVERTISEMENT
Jadi, bila Messi saja mencalonkan diri untuk dipanggil Beckham sebagai bagian dari skuatnya, mari kita berandai-andai siapa lagi yang bakal ada di sana. Tentu saja ini, merupakan versi dari kami di kumparan.
1. Zlatan Ibrahimovic
Mampukah Schick menjadi seperti Zlatan? (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Mampukah Schick menjadi seperti Zlatan? (Foto: Istimewa)
Kalau tak terkendala cedera, Zlatan Ibrahimovic bakal tetap menjadi salah satu penyerang tersubur di Liga Inggris. Masalah cedera yang dialaminya membuat pemain asal Swedia ini harus terus-menerus menepi. Terlebih, melihat situasi Manchester United saat ini, lini depan sudah terlalu sesak seiring kehadiran Alexis Sanchez dari Arsenal.
Menurunnya jam bermain bersama Manchester United, membuat kabar kepindahan Zlatan ke LA Galaxy santer terdengar. Bagi pemain yang sudah tidak muda-muda amat tapi masih punya keinginan bermain tinggi, MLS kerap menjadi tujuan. Setidaknya, sebelum benar-benar pensiun mereka masih aktif bermain.
ADVERTISEMENT
Secara kualitas, Zlatan memang masih mumpuni. Persoalan mental, berstatus sebagai pesepak bola di tengah-tengah gemerlap publisitas Amerika Serikat tidak akan pernah menjadi masalah buatnya. Ia pemain yang gemar menggembar-gemborkan diri sendiri. Namun, arogansinya itu bukan tanpa alasan. Zlatan tahu kualitas diri sendiri. Makanya, ia tak punya alasan untuk menyembunyikan kualitas itu.
2. Joe Hart
Nelangsa Joe Hart di West Ham. (Foto: Reuters/Andrew Couldridge)
zoom-in-whitePerbesar
Nelangsa Joe Hart di West Ham. (Foto: Reuters/Andrew Couldridge)
Daripada bolak-balik memikul predikat sebagai pemain pinjaman, lebih baik mencari kepastian dengan bermain di klub milik Beckham. Sebagai sesama orang Inggris, tentu masalah kultur tidak akan menjadi masalah. Lupakan dulu sejarah Joe Hart yang pernah bermain untuk rival Manchester United, Manchester City. Tidak perlu dibesar-besarkan lagi.
Asalkan pelatihnya bukan Pep Guardiola, posisi Hart bakal aman di tim. Guardiola punya masalah dengan performa Hart. Di mata Guardiola, gerakan kaki Hart payah. Umpannya tidak akurat dan tidak bisa membangun serangan dari kotak sendiri. Itu semua belum ditambah dengan tangan kirinya yang mudah tereksploitasi. Maklum, sebagai pelatih Pep membutuhkan kiper yang juga bisa membangun serangan dari kotaknya.
ADVERTISEMENT
Hanya karena Hart menjadi pemain yang tersingkirkan dari City, bukan berarti ia bakal tersingkirkan dari Beckham. Namun, bila Beckham memang menginginkan Hart tampil sebagai kiper yang lebih modern, berarti ia harus menambah porsi latihan kiper bersama pemain outfield sehingga dalam pertandingan tadi, kiper tadi tidak kelabakan saat harus ikut membangun serangan.
3. Raheem Sterling
Raheem Sterling merayakan golnya. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
zoom-in-whitePerbesar
Raheem Sterling merayakan golnya. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
Walaupun menggaet Raheem Sterling bukan perkara mudah, memiliki Sterling dengan kualitas yang sama dengan sekarang adalah impian kebanyakan pelatih. Sterling memang bukan pemain efektif di Liverpool.
Namun, perubahannya benar-benar terlihat sejak ia berada di bahwa kepelatihan Pep Guardiola di Manchester City. Sebagai pemain, ia berubah menjadi pemain yang efektif. Tidak banyak melakukan sentuhan dengan bola, tapi bisa mencetak gol.
ADVERTISEMENT
Kualitas baru yang dimiliki oleh Sterling ini muncul karena ia memiliki respons taktik yang baik. Artinya, ia mempraktikkan apa yang diajarkan Guardiola di lapangan. Memiliki pemain andal adalah satu kelebihan, tapi memiliki pemain andal yang paham dengan instruksi pelatih adalah keberuntungan. Tidak semua klub beruntung bisa memiliki pemain dengan tipe seperti ini.
4. Giorgio Chiellini
Giorgio "King Kong" Chiellini. (Foto: Reuters/Sergio Perez)
zoom-in-whitePerbesar
Giorgio "King Kong" Chiellini. (Foto: Reuters/Sergio Perez)
Ada dua orang yang biasanya disalahkan saat sebuah tim kebobolan: bek dan kiper. Memiliki bek mumpuni menjadi keharusan bagi setiap klub. Giorgio Chiellini saat ini dikenal sebagai maestro pertahanan ala sepak bola Italia. Ia juga menulis thesis soal pertahanan Italia.
Apalagi, belakangan Chiellini mulai jengah dengan pola permainan sepak bola Eropa yang mulai menggemari sepak bola dengan pendekatan proaktif. Di mata Chiellini pendekatan taktik semacam ini merusak tradisi sepak bola bertahan yang dimiliki pemain-pemain Italia. Bukannya tak mungkin di Miami sana ia bisa mulai mempopulerkan kembali sepak bola bertahan yang jadi kebesarannya itu.
ADVERTISEMENT
Lagipula, jika selama ini Chiellini bisa dianggap sebagai salah satu wakil yang sempurna dari elegansi khas sepak bola Italia, menjalani hari tua sebagai pesepak bola di Miami tidak bakal jadi hal yang buruk-buruk amat. Miami terkenal sebagai kota yang memberikan kehidupan menyenangkan bagi para penghuninya. Karier Chiellini sebagai pesepak bola penuh dengan timbunan taktik yang njilimet khas Italia. Makanya, tak ada salahnya untuk mengakhiri karier dengan sepak bola yang sedikit santai.
5. Nicolas Otamendi
Otamendi di laga vs Liverpool (Foto: Reuters/Carl Recine )
zoom-in-whitePerbesar
Otamendi di laga vs Liverpool (Foto: Reuters/Carl Recine )
Kepindahan Nicolas Otamendi dari Valencia ke Manchester City tahun 2015 membikin suporter Valencia marah. Kehilangan bek sekaliber Otamendi memang menimbulkan kesusahan tersendiri untuk Valencia. Pasalnya, Otamendi merupaka bek yang dikenal jago duel udara, tekel, blocking dan intersepsi. Keunggulan Otamendi lainnya, ia juga piawai mencetak gol. Saat masih berstatus sebagai pemain Valencia, Otamendi menjadi bek yang berkontribusi menjadikan klub lamanya ini sebagai tim yang paling sedikit kebobolan.
ADVERTISEMENT
6. Mesut Oezil
Skema empat bek bakal maksimalkan peran Oezil.  (Foto: Reuters/Eddie Keogh)
zoom-in-whitePerbesar
Skema empat bek bakal maksimalkan peran Oezil. (Foto: Reuters/Eddie Keogh)
Jose Mourinho yang pernah bekerja sama dengan Mesut Oezil berkali-kali memuji performa gelandang asal Jerman ini. Di mata Mou, Oezil adalah pemain nomor 10 yang unik.
Kehadiran Oezil berpotensi membuat siapa pun yang menjadi pelatih klub Beckham ini nanti memiliki banyak kreasi permainan. Oezil adalah tipe gelandang kreatif yang memiliki kemampuan dalam distribusi bola.
Oezil juga tipe pemain yang mahir melihat ruang kosong yang dimiliki rekannya untuk menciptakan peluang berbahaya ke gawang lawan. Pemain yang bakal menjadi penyerang utama nantinya akan diuntungkan dengan keberadaan Oezil yang kerap jadi “pelayan” yang baik untuk mereka. Bila Beckham sudah mendapatkan pelayan yang mumpuni, tugas selanjutnya tinggal mencari siapa yang pantas untuk dilayani di lini depan.
ADVERTISEMENT
Bonus: 7. Kazuyoshi Miura
King Kazu (tengah), sang legenda. (Foto: AP Photo via Kyodo News)
zoom-in-whitePerbesar
King Kazu (tengah), sang legenda. (Foto: AP Photo via Kyodo News)
Setiap klub membutuhkan legenda. Untuk klub baru semacam kepunyaan Beckham, tentu hal ini menjadi kesulitan sendiri. Terhitung sejak 11 Januari 2018 lalu, Kazuyoshi Miura kembali menandatangani kontrak bersama Yokohama FC. Bagi pemain yang berjuluk 'King Kazu' ini, usia memang bukan persoalan penting. Selama ia masih ingin bermain sepak bola, ia akan mengusahakan sedapat-dapatnya untuk bisa bermain sepak bola.
Beckham dalam wawancaranya sesaat setelah resmi menerima hak franchise MLS menjelaskan, ia ingin membawa spirit Class of 92 ke klubnya yang baru. Artinya, kultur akademi yang menekankan pembinaan pemain-pemain muda menjadi salah satu hal utama dalam klub milik Beckham. Memiliki pemain muda mutlak demi menjamin masa depan klub. Namun, memiliki legenda yang bisa menginspirasi pemain muda menjadi nilai plus tersendiri.
ADVERTISEMENT
Oke, Miura mungkin tidak akan dimainkan, mengingat usianya kini sudah 50 tahun. Namun, kalau mau iseng-iseng mendatangkan seorang yang bisa dijadikan ikon klub, bertindak sebagai orang yang bisa mengangkat moral tim, sekaligus bekerja di belakang layar... Yah, bolehlah 'King Kazu' dipertimbangkan.