Menerka Kapan Liverpool, Chelsea, dan Manchester City Kehabisan Bensin

12 November 2018 19:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sergio Aguero melakukan perayaan setelah striker Manchester City tersebut membobol gawang Manchester United. (Foto: Jason Cairnduff/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Sergio Aguero melakukan perayaan setelah striker Manchester City tersebut membobol gawang Manchester United. (Foto: Jason Cairnduff/Reuters)
ADVERTISEMENT
Sebuah catatan menarik tercipta di Premier League musim 2018/19. Catatan ini melibatkan tiga tim besar Inggris saat ini: Manchester City, Chelsea, dan Liverpool.
ADVERTISEMENT
Sudah 12 pekan Premier League musim 2018/19 berlangsung, Selama 12 pekan itu juga, sudah banyak hal terjadi di kompetisi level tertinggi Inggris ini, mulai dari kebangkitan Arsenal, meninggalnya pemilik Leicester City, Vichai Srivaddhanaprabha, serta Manchester United yang tak kunjung menampilkan performa yang apik.
Dari sekian banyak hal yang terjadi, ada satu catatan yang menarik untuk ditelisik. Disitat dari Opta, untuk pertama kalinya dalam sejarah kompetisi level tertinggi sepak bola Inggris, pada musim 2018/19 ini, ada tiga tim yang belum terkalahkan sampai pekan 12. Mereka adalah Manchester City, Chelsea, dan Liverpool.
Rinciannya begini. Dari 12 laga, Manchester City sukses menorehkan 10 kemenangan dan 2 hasil imbang, Liverpool berhasil mencatatkan 9 kemenangan dan 3 kali hasil imbang, sementara Chelsea sukses mencatatkan 8 kemenangan dan 4 kali hasil imbang. Meski sama-sama tidak kalah, ketiganya berbeda secara peringkat. City di urutan pertama, Liverpool kedua, sedangkan Chelsea ketiga.
ADVERTISEMENT
Meski berbeda peringkat, tapi torehan catatan yang sama ini menghadirkan sebuah tanya yang juga sama bagi ketiga klub tersebut: Sampai kapan mereka bisa mempertahankan konsistensi mereka ini? Mari kita dedah satu per satu klub.
Liverpool
Masih di bawah asuhan Juergen Klopp, kali ini Liverpool menampilkan permainan yang cukup konsisten selama musim 2018/19. Terlepas dari kekalahan dari Napoli dan Crvena Zvezda di ajang Liga Champions, di Premier League, Liverpool mampu menjadi sosok yang menakutkan dan tampil efektif.
Selain total 9 kemenangan dan 3 hasil imbang yang mereka torehkan, Liverpool juga menorehkan beberapa catatan apik. Mereka menjadi tim dengan catatan memasukkan tertinggi keempat di Premier League saat ini dengan torehan 23 gol. Mereka juga menjadi tim yang paling sedikit kebobolan di Premier League dengan catatan 5 gol, sama dengan jumlah kebobolan Manchester City.
ADVERTISEMENT
Lalu, apakah Liverpool akan mengalami penurunan performa? Akankah mereka kerepotan? Mari kita telisik.
Para pemain Liverpool berpose sebelum pertandingan. (Foto: Oli Scarff/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Liverpool berpose sebelum pertandingan. (Foto: Oli Scarff/AFP)
Secara kekuatan skuat, Liverpool yang sekarang sudah lebih baik dibandingkan skuat mereka musim lalu. Beberapa penambahan yang dilakukan Klopp membuat skuat Liverpool yang sekarang lebih dalam, dan secara teknis, siap mengarungi musim yang panjang. Ada 32 pemain yang mereka miliki.
Klopp juga menjalankan apa yang dia ucapkan kepada media beberapa waktu lalu, bahwa Liverpool yang sekarang lebih dewasa dan lebih mementingkan hasil akhir. Hal ini tampak dari catatan kemenangan mereka yang sudah tidak lagi banyak berhias skor telak. Hanya tiga kali mereka menang telak di Premier League, yakni saat melawan Cardiff City (4-1), Southampton (3-0), dan West Ham United (4-0).
ADVERTISEMENT
Jika memprediksi kapan mereka repot, selain masa Boxing Day, tentunya, adalah masa ketika para pemain mereka banyak yang cedera. Selebihnya, jika mereka mampu konsisten, serta bisa bermain dalam skema yang berbeda-beda, maka Liverpool tidak akan kesulitan bersaing dengan Manchester City. Atau minimal, mereka akan bisa mengulang prestasi musim 2017/18 silam.
Chelsea
Perombakan dilakukan Chelsea pada musim 2018/19 ini. Setelah gagal bersama Antonio Conte pada musim 2017/18, pelatih asal Italia lainnya, Maurizio Sarri, ditunjuk menjadi penggantinya.
Bersama Sarri, Chelsea menerapkan gaya main yang berbeda. Chelsea di era Sarri ini lebih menekan, dan tentunya, lebih mengambil inisiatif dibandingkan Chelsea yang reaktif di era Antonio Conte. Beberapa pemain yang didatangkan, macam Jorginho dan Mateo Kovacic, memang direkrut untuk mendukung sistem permainan Sarri ini.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, sistem ini menorehkan hasil positif. Selain 8 kemenangan dan 4 hasil imbang di 12 laga Premier League, Chelsea juga menjadi tim dengan cetakan gol terbanyak kedua di Premier League dengan torehan 27 gol. Mereka juga jadi tim yang mencetak kebobolan sedikit kedua setelah Liverpool dan City, yakni 8 gol.
Sarri memberikan instruksi dalam laga Chelsea. (Foto: Reuters/Matthew Childs)
zoom-in-whitePerbesar
Sarri memberikan instruksi dalam laga Chelsea. (Foto: Reuters/Matthew Childs)
Meski begitu, dibandingkan Liverpool dan City, potensi Chelsea untuk habis bensin lebih cepat sangat mungkin terjadi. Selain karena metode Sarri, yang memang menuntut kondisi fisik pemain untuk selalu prima, Chelsea tidak memiliki skuat yang cukup dalam. Hanya ada 28 pemain yang memperkuat Chelsea pada musim 2018/19 ini.
Sebenarnya, hasil 4 imbang (lebih banyak dibanding City dan Liverpool), sudah menunjukkan bahwa Chelsea memiliki kemungkinan besar untuk habis bensin terlebih dahulu, bahkan sebelum Premier League masuk Boxing Day. Apalagi, saat di Napoli kemarin, Sarri gagal meraih gelar juara karena menerapkan skema yang itu-itu saja serta malas melakukan rotasi.
ADVERTISEMENT
Manchester City
Masih dilatih oleh Pep Guardiola, kekuatan Manchester City sebenarnya tidak jauh beda dengan musim lalu. Bedanya, saat ini evolusi yang dua musim lalu sedang dimulai di City, perlahan sudah menunjukkan hasil. Sudah ada kesepahaman antara apa yang diinginkan Pep dan kemampuan para pemain.
Sejauh ini, mereka masih menghuni peringkat pertama klasemen sementara Premier League musim 2018/19. Mereka unggul dua poin atas Liverpool di peringkat kedua, dan unggul empat poin atas Chelsea di peringkat ketiga. Mereka juga jadi tim yang paling banyak mencetak gol di Premier League (36 gol), sekaligus menjadi tim yang paling sedikit kebobolan bersama Liverpool (5 gol).
Secara komposisi skuat, meski hanya berisikan 28 pemain, sama seperti Chelsea, kekuatan skuat dari City ini lebih merata dibandingkan dengan Liverpool dan Chelsea. Para pemain muda macam Phil Foden dan Oleksandr Zinchenko sudah bisa menyatu dengan permainan dari Pep. Pemain inti dengan cadangan juga punya kualitas sama baik, sehingga City tidak kerepotan jika harus menurunkan skuat cadangan mereka.
ADVERTISEMENT
Dengan kemampuan mereka yang merata, sulit untuk menerka kapan mereka akan jatuh. Pep sekarang sudah memiliki banyak strategi cadangan di dalam sakunya, dan tidak hanya terpaku pada gaya penguasaan bola dan umpan pendek semata. Pep, berkat kedewasaan dan pengalaman yang dia dapat, sudah lebih bijak dalam merespons tantangan.
Raheem Sterling dan Sergio Aguero, duo jagoan Manchester City musim 2018/19. (Foto: OLI SCARFF / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Raheem Sterling dan Sergio Aguero, duo jagoan Manchester City musim 2018/19. (Foto: OLI SCARFF / AFP)
Tapi, ya, jika ada badai cedera yang menghantam mereka dengan sangat, mungkin Manchester City akan kerepotan juga. Belum lagi masih ada Boxing Day yang acap menjadi momen kejatuhan tersendiri bagi tim mana pun.
***
Premier League musim 2018/19 masih panjang. Arsenal dan Tottenham Hotspur, tim yang berada di bawah trio tak terkalahkan tersebut, masih memiliki peluang untuk menyalip mereka. Apalagi, selisih poin di antara mereka juga tidak terlalu beda jauh.
ADVERTISEMENT
Tapi, menarik memang melihat catatan Manchester City, Liverpool, dan Chelsea di ajang Premier League musim 2018/19 ini. Walau akhirnya di antara mereka tidak kesemuanya jadi juara, setidaknya, mereka pernah sama-sama mencatatkan sejarah.