Mengenal Edson Tavares, Pelatih Anyar Persija

30 September 2019 17:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih Persija Jakarta, Edson Tavares. Foto: Persija Jakarta
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Persija Jakarta, Edson Tavares. Foto: Persija Jakarta
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Untuk sukses bersama Edson Tavares, Persija Jakarta mesti memerhatikan betul hal ini. Mereka tak boleh melakukan intervensi. Tak boleh pula ingkar janji.
ADVERTISEMENT
Jika tidak, bukan cuma hasil maksimal yang tak bisa mereka peroleh dari Tavares. Lebih dari itu, bobrok tim sampai ke akar-akarnya juga akan diungkapkan olehnya.
Persija mesti berkaca pada masa ketika Tavares masih melatih Sepahan di Iran sana menyangkut hal ini. Waktu itu, tepatnya pada 2005-06, Tavares yang baru saja ditunjuk sebagai pelatih diiming-imingi banyak hal.
Ia dijanjikan para pemain berkualitas, dukungan penuh nan kooperatif dari manajemen, gaji yang layak, dan berbagai hal menyenangkan lain. Antusiasme pelatih berkebangsaan Brasil ini lantas membumbung karena hal tersebut. Target-target tinggi ia canangkan.
Begitu tiba di Iran, sayangnya, yang ia dapati adalah hal sebaliknya. Tak ada pemain berkualitas yang dijanjikan. Soal gaji, hadeh, ia bahkan beberapa kali terpaksa menggunakan sisa tabungannya sebab gaji kerap datang terlambat.
ADVERTISEMENT
Hal-hal yang bikin Tavares kecewa tak berhenti di situ. Sadar bahwa Sepahan tak punya skuat yang layak, Tavares berencana menggunakan para pemain muda dari tim kedua untuk mengarungi Liga Iran. Sejumlah nama sudah ia kantongi.
Namun, manajemen seakan tak memberi dukungan terkait rencana tersebut. Mereka malah melakukan intervensi dengan meminta Tavares untuk memanfaatkan para pemain yang tersedia di tim utama. Bahkan soal nama-nama yang akan diturunkan, manajemen seakan sangat ingin ikut campur.
"Tiap kali saya ingin mengganti Armanac Petrosian dengan Rasoul Omani, manajemen mempertanyakan. Contoh lain, Mohsen Bengar melakukan beberapa kesalahan di laga melawan Shamooshak," kata Tavares tentang bobrok mantan timnya dalam sebuah wawancara dengan Persian League, 2006 lalu.
ADVERTISEMENT
"Jadi saya menggantikannya dengan pemain muda (Mohammad Mansoori) yang dalam penilaian saya punya potensi lebih bagus. Dia pemain Sepahan B, tetapi manajemen menolak. Mansoori pemain yang sangat bagus dan mereka masih mempertanyakan keputusan saya mengganti Bengar," sesal Tavares.
Tavares pundung. Saat jeda paruh musim, ia memilih untuk beristirahat dan pulang ke Brasil. Ia bahkan sempat mengancam manajemen untuk mengakhiri kontraknya yang kala itu masih tersisa.
Dengan ancaman tersebut, manajemen agak luluh. Dari sana Tavares kembali bekerja. Kini ia bisa sedikit lega karena mulai bisa memainkan para pemain muda, meski lagi-lagi sempat terjadi konfrontasi dari manajemen.
Ajaibnya, Sepahan yang sempat terpuruk tiba-tiba mampu menghentak. Semua itu terjadi karena Tavares mulai diberi keleluasaan. Mereka pada akhirnya mampu finis di urutan tujuh klasemen ketika Liga Iran berakhir.
ADVERTISEMENT
"Memasuki akhir musim, saya hanya memainkan para pemain muda. Kami kemudian memenangi delapan pertandingan, imbang sekali, dan kalah sekali. Ini menjadi bukti bahwa saya benar tentang keputusan di awal musim," ucap Tavares.
"Di samping semua yang terjadi, saya tetap berencana untuk memperbarui kontrak. Tapi saat pulang ke Brasil, saya sadar bahwa ada banyak hal negatif yang dialami dan bagaimana mereka mengatasinya."
"Jadi saya memilih untuk tak kembali. Ini keputusan yang diambil bersama keluarga," tegasnya.
Apa yang dilakukan manajemen Sepahan tersebut jejlas amat kelewatan dan rasanya tak mungkin akan diikuti oleh Persija. Tapi, intinya adalah intervensi.
Sekecil apapun hal tersebut, Persija tak boleh melakukannya. Dengan cara itulah Tavares bisa bekerja secara maksimal.
ADVERTISEMENT
Akan Seperti Apa Persija Bermain?
Sepahan cuma satu dari sekian banyak tim yang pernah dilatih Edson Tavares. Sebelum dan sesudahnya, pelatih berusia 63 tahun ini juga sempat melatih klub-klub macam Al-Hilal, CQ Lifan, Americano-MA, SZ FC, Nova Iguacu, serta Yokohama FC.
Pernah pula ia menjadi peramu taktik untuk tim nasional sejumlah negara. Yordania, Chile (asisten pelatih), Vietnam, Oman U-19, hingga Haiti, adalah beberapa di antaranya.
Dari sekian banyak tim tersebut, Tavares punya kecenderungan yang berkebalikan dengan Julio Banuelos, pelatih Persija sebelumnya. Ia lebih mengutamakan hasil ketimbang hal-hal lain. Dan itu seakan sudah ia konfirmasi beberapa saat setelah menjalani latihan perdana bersama Persija.
"Saya berusaha agar metode saya bisa diterima, dipahami, dan berjalan dengan baik. Yang paling penting adalah hasil. Mungkin latihan tidak akan terlalu banyak secara kuantitas, tetapi intensitas akan ditingkatkan," tutur Tavares di hadapan para wartawan.
ADVERTISEMENT
Terkait taktik, ada kemungkinan skema tiga beklah yang bakal digunakan, sebagaimana yang beberapa kali ia coba di klub-klub sebelumnya. Ini juga sudah sempat disinggung sedikit oleh Tavares sendiri.
Nah, jika memang demikian, apakah skuat Persija saat ini memadai, terutama untuk pos lini belakang yang krusial dalam skema tersebut? Bisa saja.
Pertandingan Persija vs Barito Putera di Stadion Patriot Candrabhaga, Senin (23/9/2019). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Menilik skema tiga bek pada umumnya, kombinasi di antara ketiga pemain belakang harus memiliki kecepatan, unggul bola-bola atas, dan piawai melepaskan operan --selain tentu saja kemampuan bertahan baik yang memang menjadi dasar seorang bek.
Para pemain dengan spesifikasi demikian tersedia di skuat Persija saat ini. Xandao, yang tingginya 194 cm, tentu saja unggul duel di udara. Fachrudin Aryanto dapat diandalkan untuk mengalirkan bola.
ADVERTISEMENT
Adapun soal kecepatan, Tony Sucipto yang notabene seorang gelandang bertahan cukup bisa dikedepankan. Tak begitu cepat memang, tetapi agresivitas yang ia miliki rasanya cukup untuk menyeimbangkan skema tiga bek Persija.
Untuk posisi bek sayap, Persija juga punya banyak pilihan. Ada Rezaldi Hehanusa, Ismed Sofyan, Novri Setiawan, atau bahkan Tony Sucipto yang juga piawai di posisi tersebut.
Pemain PSM Makassar M Arfan (kiri) berebut bola dengan pemain Persija Jakarta Tony Sucipto pada lanjutan Liga 1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Sementara menyangkut lini tengah dan lini depan, semuanya tergantung skema dasar nanti. Jika Tavares menggunakan 3-5-2, tiga nama yang mengisi lini tengah dapat dibebankan kepada Sandi Sute dan Rohit Chand yang bertugas menyeimbangkan lini tengah, serta Joan Thomas atau Rachmad Hidayat yang mengatur lini serang.
Dua nama pertama juga dapat menjadi pilihan di lini tengah andai 3-4-3 yang justru digunakan. Sandi yang agresif, serta Rohit yang bisa mengontrol lini tengah, merupakan kombinasi yang pas. Pada akhirnya, Tony Sucipto yang memang serba bisa lagi-lagi dapat menjadi alternatif.
ADVERTISEMENT
Lini serang? Satu tempat jelas bakal menjadi milik Marko Simic. Adapun mengenai kombinasinya dapat disesuaikan dengan skema dasar serta pendekatan bermain yang kelak dipilih.
Dengan demikian, rasanya tak ada masalah jika memang skema ini bakal digunakan. Yang perlu dicatat adalah hal macam itu tak akan bisa dilakukan serampangan. Sebetapa memadainya pun skuat Persija, skema tiga bek adalah hal baru buat mereka.
Karena itu, jelas bakal butuh waktu bagi Tavares untuk menyempurnakan taktiknya tersebut. Masalahnya, Persija saat ini dalam tren yang buruk. Mereka membutuhkan sentuhan instan agar setidaknya bisa menjauh dari zona degradasi.
Sehingga, tentu saja, waktu yang dimiliki tak cukup banyak. Apalagi Liga 1 sudah bergulir setengah musim lebih.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana rencanamu, Tavares?
Apa pun itu, kita perlu ingat bahwa Tavares adalah pelatih yang pragmatis. Bagi dia, hasil lebih penting ketimbang hal lain. Dengan begitu, terang saja ia bakal mencari segala macam cara agar Persija bisa memenuhi keinginannya tersebut.