Mengukur Kecocokan Theo Hernandez dengan AC Milan

8 Juli 2019 21:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Theo Hernandez resmi bergabung dengan AC Milan. Foto: Instagram/@acmilan
zoom-in-whitePerbesar
Theo Hernandez resmi bergabung dengan AC Milan. Foto: Instagram/@acmilan
ADVERTISEMENT
"Saya harap, saya bisa membuat sejarah dengan klub ini. Saya akan memberikan yang terbaik untuk klub ini. AC Milan adalah klub yang hebat, itulah sebabnya saya datang ke sini, untuk mencapai puncak dan memenangi Liga Champions bersama Rossoneri."
ADVERTISEMENT
Theo Hernandez mengucapkan kata-kata itu selepas resmi menjadi pemain anyar AC Milan. Kalimat itu terasa cemplang di telinga. Ya, bagaimana, jangankan menjuarai Liga Champions, manggung Liga Europa saja tidak.
Milan yang finis di posisi kelima pada klasemen akhir Serie A musim lalu itu sebenarnya berhak untuk lolos ke Liga Europa. Akan tetapi, UEFA menganulirnya lantaran kasus Financial Fair Play.
Menariknya, justru Milan sendiri yang 'menyerahkan diri' kepada UEFA atas kasus tersebut. Sebelumnya mereka sempat melayangkan permintaan kepada otoritas tertinggi sepak bola itu untuk mundur dari Liga Europa edisi 2019/20.
Kembali lagi ke Hernandez. Ia adalah personel anyar pertama di musim ini. Pemain asal Prancis itu didatangkan dari Real Madrid dengan banderol 20 juta euro serta kontrak berdurasi lima musim.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya, apakah pembelian Hernandez adalah keputusan yang tepat bagi Milan?
Theo Hernandez dibeli dari Atletico. Foto: Reuters/Paul Hanna
Sebelumnya perlu diingat bahwa Hernandez pernah menjadi primadona Madrid saat berstatus sebagai pemain termahal mereka di bursa transfer 2017/18. El Real kala itu menebusnya dari Atletico Madrid dengan uang sebesar 24 juta euro.
Sayang, cuma itu prestasinya bersama Madrid. Hernandez minim jam terbang setelahnya. Hanya 10 kali ia tampil sebagai starter dan tiga kali masuk sebagai pemain pengganti di ajang La Liga.
Sulit bagi Hernandez untuk mendapatkan pos full-back kiri secara reguler. Lha, wong musuhnya saja Marcelo, salah satu bek kiri terbaik di dunia.
Makanya Hernandez kemudian dipinjamkan ke Real Sociedad di awal musim 2018/19. Kiprahnya tak buruk, sih, karena sukses menyumbangkan 1 gol dan 2 assist dari 24 penampilan di La Liga.
ADVERTISEMENT
Aksi Theo Hernandez bersama Real Sociedad. Foto: GABRIEL BOUYS / AFP
Sementara Milan, kini masih memiliki tiga stok pemain untuk mengisi pos full-back kiri: Ricardo Rodriguez, Ivan Strinic, dan Diego Laxalt. Masalahnya, tak ada yang benar-benar spesial di antara ketiganya.
Strinic lebih banyak berkutat dengan cedera. Ia bahkan tak mengecap satu pun laga bersama Milan di Serie A musim lalu. Sementara Laxalt, bukanlah seorang full-back murni. Ya, eks pemain Inter Milan itu berposisi asli sebagai gelandang kiri.
Harapan utama Milan, ya, Rodriguez. Performa pemain asal Swiss itu terbilang lumayan karena sukses mengemas 3 assist untuk Milan di musim lalu. Kemampuan dalam melepaskan umpan silang jadi nilai plus Rodriguez.
Nah, spesialisasi demikian berbeda dengan Hernandez yang lebih piawai dalam urusan olah bola. Menurut data WhoScored, ia mencatatkan rata-rata 1,8 dribel per laga di La Liga musim lalu --lima kali lipat dari rata-rata Rodriguez di ajang liga.
ADVERTISEMENT
Selain dari karakteristik pemain, statistik di atas juga dipengaruhi skema yang dicanangkan oleh juru taktik tim itu sendiri.
Kebetulan, Milan telah kedatangan arsitek anyar, Marco Giampaolo. Tak ada perbedaan signifikan dibanding Gennaro Gattuso soal penerapan back-four. Toh, juru taktik berusia 51 tahun juga mengaplikasi pakem 4 bek seperti yang diterapkan 'Si Badak' (julukan Gattuso) di Milan musim lalu.
Gelandang Inter, Matias Vecino (kiri), berebut bola dengan bek Milan, Ricardo Rodriguez. Foto: AFP/Marco Bertorello
Satu hal yang mencolok adalah cara Giampaolo dalam memaksimalkan Nicola Murru di pos full-back kiri Sampdoria. Giampaolo menginstruksikannya untuk bergerak dinamis, akan tetapi tetap dibebani kewajiban lebih untuk bertahan.
Di bawah arahan Giampaolo, Sampdoria memang mengusung skema umpan-umpan pendek ketimbang long ball. Itulah mengapa kedinamisan per lini menjadi penting, yakni demi membuka ruang dan melancarkan pergerakan komponen tim lainnya.
ADVERTISEMENT
Oke, Murru memang berhasil mengukir 5 assist di Serie A termutakhir. Akan tetapi, mantan pemain Cagliari itu tak cukup mumpuni soal dribel. Itulah yang membuat Hernandez lebih komplet dari Murru.
Soal aksi bertahan, Hernandez juga tak ketinggalan karena sukses mencatatkan rata-rata tekel dan intersep per laga sebesar 2,3 dan 1,4. Mirip-mirip dengan raihan Murru yang menyentuh angka 2,4 dan 1,2.
Sebagai perbandingan, torehan keduanya masih masih lebih baik ketimbang Rodriguez yang mencatatkan rata-rata 1,6 dan 1,1 untuk tekel dan intersep. Gamblangnya, Hernandez adalah tipikal full-back favorit Giampaolo. Bentuk upgrade dari Murru, bahkan lebih ideal ketimbang Rodriguez.
Marco Giampaolo saat melatih Sampdoria. Foto: Reuters/Jennifer Lorenzini
Di sisi lain, Milan tak boleh terlalu berharap dengan personel anyar yang digaet dari La Liga. Toh, tak ada yang mencolok dari performa Mateo Musacchio dan Samu Castillejo, kedua pemain yang didatangkan dari kompetisi paling elite di Spanyol itu.
ADVERTISEMENT
Yah, semoga saja Hernandez pengecualian. Mampu beradaptasi dengan cepat serta bersinergi ke skuat Giampaolo dan tentu saja, merealisasikan mimpinya untuk membawa Milan menjuarai Liga Champions.