Meski Dihuni Banyak Pemain Brasil, Gaya Bermain Shakhtar Begitu Eropa

13 Maret 2018 20:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Shakhtar, 'tim Brasil' yang tidak Brasil. (Foto: Reuters/Gleb Garanich)
zoom-in-whitePerbesar
Shakhtar, 'tim Brasil' yang tidak Brasil. (Foto: Reuters/Gleb Garanich)
ADVERTISEMENT
"Shakhtar Donetsk adalah tim Brasil ketika mereka menyerang.”
Begitulah yang dikatakan oleh pelatih Roma, Eusebio Di Francesco, sebagaimana dilansir situsweb resmi klub, kala ditanya tentang cara bermain calon lawannya itu.
ADVERTISEMENT
Jika ‘tim Brasil’ yang dimaksud oleh Di Francesco adalah tim yang mengandalkan aksi invididual dan kelincahan pemain semata, tentu anggapan ini bisa dipatahkan dengan mudah. Sebabnya, itu bukanlah identitas The Miners --julukan Shakhtar.
Pada tahun 2004 Rinat Akhmetov, pemilik Shakhtar, menginginkan agar timnya dapat memutus dominasi Dynamo Kyiv di sepak bola Ukraina dengan sepak bola yang cair. Untuk memuluskan misinya itu, Akhmetov mengutus banyak pemandu bakat ke Brasil untuk mencari pemain-pemain muda potensial.
Tentu, tak hanya itu saja yang dilakukan oleh Akhmetov. Pada tahun 2004, ia mendatangkan Mircea Lucescu sebagai pelatih.
Lucescu kemudian menginjeksikan DNA Shakhtar sebagai tim yang tak hanya bergantung pada aksi individual. Lebih dari itu, Shakhtar dibuatnya menjadi sebuah tim dengan identitas kolektif yang jelas. Saat diserang, mereka berani melancarkan pressing tinggi dan saat menyerang, mereka melakukannya lewat umpan-umpan pendek yang dipadu-padankan dengan pergerakan tanpa bola ciamik.
ADVERTISEMENT
Dengan gaya bermain seperti inilah Shakhtar berhasil meraih kejayaannya di Ukraina. Hingga Lucescu turun jabatan pada 2016, Shakhtar telah meraih delapan trofi Liga Primer Ukraina, lima trofi Piala Ukraina, dan tujuh trofi Piala Super Ukraina.
Di sisi lain, kecemerlangan di Ukraina membuat nama mereka terkenal di Eropa. Shakhtar berhasil memenangi trofi Piala UEFA (kini Liga Europa) pada musim 2008/09. Di Liga Champions pun Shakhtar jadi nama reguler.
Ketika Lucescu turun dan digantikan oleh Paulo Fonseca, sistem sepak bola ini masih berlanjut. Dan, sistem ini masih membuat Shakhtar berjaya.
Pelatih Shakhtar, Paulo Fonseca. (Foto: Reuters/Lee Smith)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Shakhtar, Paulo Fonseca. (Foto: Reuters/Lee Smith)
Musim lalu, mereka berhasil memenangi Liga Primer Ukraina dan Piala Ukraina. Dan pada musim ini, dengan tujuh pemain Brasil dan dua pemain Argentina, Shakhtar menjadi raja Liga Primer Ukraina dan saat ini berada di semifiinal Piala Ukraina.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Shakhtar juga punya kans untuk lolos ke babak perempat final jika mereka bisa menahan imbang AS Roma dalam pertandingan leg kedua babak 16 besar Liga Champions di Stadio Olimpico, Rabu (14/3/2018) dini hari WIB.
Ya, sebagaimana dibilang tadi, tampak betul, 'kan, apa yang dikatakan Di Francesco salah? Tentu, tak hanya kami saja yang sadar soal ini, melainkan juga Fonseca sendiri sebagai pelatih.
“Gaya bermain di Eropa dan Amerika Selatan itu berbeda, lho. Kami bermain dengan gaya sepak bola yang tak pernah Anda saksikan di Brasil,” ungkap Fonseca, sebagaimana dilansir situsweb resmi klub.