Mungkinkah Edukasi Suporter Dilakukan untuk Menghindari Ricuh?

6 September 2019 15:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suporter Indonesia saat pertandingan Timnas Indonesia melawan Timnas Malaysia pada laga perdana Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2019). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Indonesia saat pertandingan Timnas Indonesia melawan Timnas Malaysia pada laga perdana Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2019). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Semestinya, pertandingan Indonesia vs Malaysia tidak berakhir seperti itu. Bukan, ini bukan soal menang-kalah atau imbang, tetapi soal bagaimana para pendukung Indonesia bersikap ketika pertandingan berlangsung.
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum pertandingan tersebut digelar, seruan untuk tidak menyoraki atau meledek lagu kebangsaan Malaysia sudah didengungkan di media sosial. Selain itu, permintaan untuk menjaga pendukung tim tamu sebaik mungkin juga digalakkan.
PSSI, sebagai tuan rumah dan federasi yang menaungi Timnas Indonesia, juga berjanji untuk menjaga keamanan para pendukung Malaysia. Namun, janji tersebut berubah menjadi ironi.
Kamis (5/9/2019) malam WIB, Simon McMenemy datang dengan setelan rapi. Pria bertato itu turun dari bus yang membawa Timnas Indonesia dengan jas hitam dan kemeja putih. Tak lupa, ia juga melengkapinya dengan dasi.
Bagi McMenemy, ini adalah pertandingan resmi perdananya sebagai pelatih Timnas Indonesia. Ia ingin menghadirkan impresi bagus. Entah itu dari penampilan pribadi atau penampilan (baca: Permainan) anak-anak asuhnya di lapangan.
ADVERTISEMENT
Pria asal Skotlandia itu terbukti melakukan scouting permainan Malaysia dengan cukup telaten. Dari hasil pengamatannya, ia memahami bahwa Malaysia menerapkan garis pertahanan yang cukup tinggi. Namun, high defensive line itu tidak rapi --ia acap meninggalkan celah.
Maka, kita bisa melihat apa yang McMenemy instruksikan kepada para pemainnya lewat cara menyerang Indonesia pada babak pertama. Selain melakukan tusukan via sayap, para pemain Indonesia juga kerap melepas umpan terobosan dan umpan lob langsung ke daerah pertahanan Malaysia.
Berulang kali, para pemain Indonesia berhasil memanfaatkan ruang dan celah di belakang garis pertahanan tinggi tersebut. Beberapa menjadi peluang, beberapa lainnya divonis hakim garis sebagai offside.
Sampai di situ, impresi manis yang ingin diberikan McMenemy cukup berhasil. Terlebih, pada babak pertama, Indonesia unggul 2-1. Namun, pada babak kedua, semuanya buyar. Jarak antarpemain yang rapat pada babak pertama tidak terlihat. Selain itu, serangan-serangan para pemain Indonesia menjadi lebih sporadis.
ADVERTISEMENT
Paruh kedua laga menjadi lebih pahit untuk Indonesia karena sejumlah suporter melakukan provokasi dan menyerang para pendukung Malaysia.
kumparanBOLA, yang juga hadir langsung di stadion, melihat bagaimana sejumlah suporter Indonesia melempar botol air mineral ke pendukung Malaysia. Tak cukup sampai di situ, mereka juga turun ke sentelban dan melakukan provokasi di depan tribune pendukung Malaysia.
Indonesia kalah 2-3 pada pertandingan tersebut. Gol Mohamadou Sumareh pada injury time babak kedua menjadi paku terakhir pada peti mati untuk Indonesia malam itu. Namun, cerita kemudian berlanjut ke arah yang lebih getir: Akibat insiden di tengah laga itu, Timnas Indonesia terancam sanksi FIFA.
Supaya insiden serupa tidak terulang dan merugikan Timnas Indonesia di kemudian hari, wacana untuk mengedukasi suporter pun diapungkan. Pertanyaannya: Mungkinkah?
ADVERTISEMENT
"Kita tidak bisa memindahkan gunung dalam waktu satu malam. Tapi, kita bukan tidak bisa memindahkannya. Ini tidak boleh jadi pekerjaan sendiri dari kami. Contoh, coretan-coretan tidak hanya ada di dalam stadion, tapi juga di terminal. Ini adalah refleksi kita sebagai masyarakat," ujar Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria.
"Kalau bertanya itu (mengedukasi suporter, red), saya lebih ingin menjawab apa yang harus diperbaiki dari diri saya sendiri, itu dulu. Kita sama-sama tanya ke diri kita sendiri. Kita semua sama, suporter Indonesia. Kita 'Garuda'. Sekarang kita merenung perbaiki kesalahan kita dan kita terima ke depannya apa pun hukuman yang datang dari FIFA."
"Tapi, saya ingin mengajak semuanya untuk fokus. Mari tunjukan bahwa Indonesia bisa, (bahwa) kita tuan rumah yang baik. Datang dan dukung timnas Indonesia dengan baik. Jangan pernah bicara yang lain," kata Tisha.
ADVERTISEMENT
Pada beberapa kasus, kericuhan suporter bisa dihindari. Pada laga-laga bertensi tinggi di Liga Inggris, misalnya, para petugas keamanan sudah terbiasa mengawal suporter tim tamu dari bus mereka hingga ke tribune. Pada kesempatan lainnya, arus keluar-masuk penonton dari dan menuju stadion biasanya juga diatur.
Dalam kasus laga Indonesia vs Malaysia, ada beberapa hal yang perlu dievaluasi. Menurut penuturan Tisha dan Sesmenpora Gatot S. Dewa Broto, mestinya bagian atas tribune pendukung Malaysia mestinya dikosongkan.
Selain itu, Gatot juga mengkritik sejumlah petugas keamanan yang malah menghadap ke lapangan, bukan ke tribune. Andai petugas menghadap ke tribune, mereka bisa langsung mengidentifikasi ketika ada suporter yang berbuat onar.