Pamungkas Weidenfeller di Signal Iduna Park

6 Mei 2018 8:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penghormatan untuk Roman Weidenfeller. (Foto: Leon Kuegeler/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Penghormatan untuk Roman Weidenfeller. (Foto: Leon Kuegeler/Reuters)
ADVERTISEMENT
Roman Weidenfeller adalah contoh orang yang mau bertahan di tengah sebuah ketidakpastian.
ADVERTISEMENT
Weidenfeller tak pernah punya niat untuk bergabung Dortmund. Musim panas 2002 lalu, ia memilih untuk bergabung Die Borussen karena tak mendapatkan banyak kesempatan bermain di kesebelasan lamanya, Kaiserslautern.
Janji tersebut dipenuhi oleh pelatih Dortmund saat itu, Matthias Sammer. Sebagai kiper muda, mendapat 11 kesempatan bermain di Bundesliga tentu lebih menyenangkan ketimbang terus-menerus duduk di bangku cadangan.
Kegembiraan Weidenfeller semakin tak terkira setelah ia tahu bahwa kiper utama Dortmund, Jens Lehmann, bakal hengkang di akhir musim. Dari ketidakpastian, timbul benih-benih kepercayaan bahwa Dortmund memang jalan takdirnya.
Bulan demi bulan, kompetisi demi kompetisi, dan musim demi musim dilewati oleh Weidenfeller. Sampai pada akhirnya, ia tahu bahwa usia membuat kariernya harus berakhir. Musim 2017/18 menjadi musim terakhirnya berseragam kesebelasan asal North Rhine-Westphalia tersebut.
ADVERTISEMENT
"Musim ini menjadi musim terakhir Roman Weidenfeller di Borussia Dortmund. Oleh karena itu, kami bisa mengatakan bahwa Dortmund sedang mencari kiper kedua yang baru," kata Direktur Olahraga Dortmund, Michael Zorc, di akhir 2017 lalu.
Laga menghadapi Mainz, Sabtu (5/5/2018) malam WIB, diklaim bakal menjadi pertandingan terakhir Weidenfeller untuk Dortmund di Signal Iduna Park. Kicker bahkan menyebutkan bahwa pelatih Dortmund, Peter Stoeger, siap menurunkannya dari menit pertama.
Pada kenyataannya, apa yang dilontarkan oleh Kicker tak terjadi. Stoeger lebih memilih Roman Buerki untuk mengisi pos penjaga gawang Dortmund. Pilihan tersebut didasari oleh pentingnya laga ini untuk perjalanan mereka di Bundesliga.
Kiper Dortmund, Roman Weidenfeller. (Foto: Leon Kuegeler/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Kiper Dortmund, Roman Weidenfeller. (Foto: Leon Kuegeler/Reuters)
Weidenfeller memang menatap pintu keluar Signal Iduna tanpa keringat, tanpa aksi yang bisa dikenang sebagai penampilan pamungkasnya di depan suporter. Namun, sebagai pemain senior, Weidenfeller tetap memancarkan wibawa.
ADVERTISEMENT
Ya, Widenfeller enggan mempermasalahkan keputusan Stoeger. Dia tetap senang karena pemain-pemain Dortmund memberikan guard of honour untuknya. Di akhir laga, ia dipersilakan untuk memberi pidato dan memimpin kelompok suporter yang berada di sisi utara, Nordtribune.
“Sejak tak menjadi pilihan utama, saya merasa bahwa tugas utama saya adalah menjadi pemersatu tim. Saya selalu berusaha untuk membuat pemain terikat satu sama lain dan menghubungkan tiap generasi,” katanya kepada Kicker.
Selama 16 musim bermain untuk Dortmund, Weidenfeller terlibat dalam 452 pertandingan di semua kompetisi. Catatan tersebut menempatkan sang kiper di urutan kedua daftar pemain dengan penampilan terbanyak sepanjang sejarah klub.
“Saya punya beberapa musim yang menyenangkan di sini,” kata Weidenfeller. Ada beberapa perasaan yang tidak bisa dilupakan dan membuat saya jatuh cinta kepada kesebelasan ini.
ADVERTISEMENT