Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Panasnya Duvan Zapata, Agresifnya Atalanta
31 Januari 2019 8:33 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa alasan jika saat ini nama Duvan Zapata begitu harum di dunia sepak bola. Pemain asal Kolombia itu memang sedang panas-panasnya. Seakan-akan, dia tidak tahu caranya berhenti mencetak gol dan pada Kamis (31/1/2019) dini hari WIB Juventus menjadi korban terbarunya.
ADVERTISEMENT
Sejak Desember 2018, Zapata benar-benar menjadi momok mengerikan bagi tim-tim yang dia hadapi. Sebelum menghadapi Juventus di perempat final Coppa Italia, Zapata sudah mengantongi rekor 15 gol yang dia cetak dalam 9 pertandingan beruntun. Ini memang hal baru bagi Zapata yang sebelum-sebelumnya paling banter cuma bisa mencetak 11 gol Serie A dalam semusim.
Namun, Zapata yang ini memang berbeda. Dia betul-betul on fire dan tidak pandang bulu. Entah itu Frosinone maupun Juventus, pria 27 tahun ini tak peduli. Tak ada gawang lawan yang tak bisa dia bobol.
Atalanta berhak lolos ke semifinal Coppa Italia musim ini sekaligus menghentikan dominasi Juventus di ajang itu. Dua dari tiga gol La Dea yang dicetak di Stadio Atleti Azzurri d'Italia lahir dari kaki Zapata. Kedua gol itu sama-sama lahir dari kelihaiannya memanfaatkan kesalahan pemain belakang Juventus yang memang tampil angin-anginan.
ADVERTISEMENT
Usai pertandingan, pelatih Atalanta, Gian Piero Gasperini, pun memberi pujian kepada Zapata. "Dia adalah penyerang tengah fantastis yang bisa melakukan hal-hal luar biasa. Jika dia terus bisa menunjukkan performa seperti ini, dia akan dipandang sebagai salah satu penyerang top Eropa," puji Gasperini.
Kendati begitu, apa yang diperbuat Zapata di laga itu 'hanyalah' ceri di atas kue. Secara umum, penampilan Atalanta sebagai sebuah tim betul-betul mengesankan, khususnya pada babak pertama di mana mereka mencetak dua gol.
Atalanta mampu mencekik Juventus sehingga juara Serie A tujuh musim beruntun tersebut kocar-kacir dalam bertahan dan melempem saat menyerang. Kegagalan Juventus lepas dari tekanan Atalanta itulah yang akhirnya berujung pada eliminasi.
Gasperini mengaku, dia memang sengaja menginstruksikan anak-anak asuhnya untuk tampil agresif. Namun, agresivitas saja, menurut eks pelatih Genoa itu, tidaklah cukup.
ADVERTISEMENT
"Aku tidak bisa meminta lebih dan aku tak cuma bicara hasil, tetapi juga soal hasrat, soal gaya sepak bola, soal kualitas permainan. Orang berpikir Atalanta cuma bisa lari, tetapi kami lebih dari itu," ucapnya.
"Kami selalu berpikir bahwa bertahan di kedalaman sama saja dengan bunuh diri sehingga kami pun memilih untuk melawan sejadi-jadinya dengan pendekatan agresif. Akan tetapi, kami juga butuh kualitas dan harus berani mengambil risiko."
"Kamu takkan bisa mengalahkan Juventus tanpa pemain bertalenta dan Atalanta punya pemain-pemain itu. Tim ini berisikan para pekerja keras, pemain-pemain yang bersenang-senang bersama serta tahu bagaimana caranya bermain sepak bola," tutup Gasperini.
Live Update