Pandangan Psikolog Timnas U-16 soal Pemain yang Kerap Emosional

3 Agustus 2018 18:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi Bagas, Bagus, dan Rendy kala bersua dengan Filipina. (Foto: Dok. PSSI)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Bagas, Bagus, dan Rendy kala bersua dengan Filipina. (Foto: Dok. PSSI)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tiga laga Piala AFF U-16 dilalui oleh Timnas Indonesia U-16 dengan hasil sempurna. Berbekal sembilan poin, skuat 'Garuda Asia' juga memastikan diri ke babak gugur usai mengandaskan perlawanan Vietnam di laga ketiga Grup A, Kamis (2/8/2018) lalu.
ADVERTISEMENT
Meski mengantongi hasil mulus, bukan berarti kesempurnaan boleh jadi milik Timnas U-16. Pasalnya, dari dua laga itu, David Maulana dan kolega punya catatan negatif terkait mengontrol emosi.
Ya, pada dua laga terakhir, menghadapi Myanmar U-16 dan Vietnam U-16, penggawa Timnas U-16 terlibat keributan. Tindakan paling nyata terpampang manakala Bagas Khaffa mendapatkan kartu merah usai sali pukul dengan pemain Vietnam, Vo Nguyen Hoang.
Awal mula keributan terjadi ketika laga memasuki menit ke-65. Bagas tak terima manakala Nguyen Hoang usil dengan menyenggol kepala Fadhilah Nur Ramhan yang tengah terjatuh, dengan kakinya. Bagas kemudian menghampiri Nguyen Hoang dan sempat merangkulnya.
Dari situ, emosi pemain pun tak bisa lagi dibendung. Nguyen Hoang memukul Bagas yang langsung dibalas perlakuan serupa. Kedua pemain tersebut akhirnya diusir wasit keluar lapangan.
ADVERTISEMENT
Menyikapi hal itu, psikolog Timnas U-16, Asti Wirawati, memiliki pandangan sendiri. Menurutnya, para pemain Timnas U-16 saat ini tengah berada dalam tahap usia remaja. Emosi, lanjut Asti, menjadi persoalan karena mereka dalam masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.
"Jadi kemarahan dan emosi yang bisa dibilang berlebihan, dibandingkan yang lain itu adalah pengaruh hormon mereka. Bukan karena mereka nggak sabar. Sudah dari sananya, kok," ujar Asti ketika dihubungi kumparanBOLA, Jumat (3/8).
Asti mengatakan untuk mengatasi persoalan ini tak hanya bisa dibantu oleh seorang psikolog semata. Ia menyarankan bahwa seluruh elemen tim baik itu ofisial, pemain, asisten pelatih dan pelatih kepala harus juga ikut adil. Adapun caranya yakni dengan menyatukan satu suara untuk sama-sama menangani emosi tersebut.
ADVERTISEMENT
"Mungkin memang saya yang bikin aplikasinya supaya bagaimana agar pemain bisa nggak emosian. Tetapi, kembali lagi, komando 'kan ada di Coach Fakhri (Husaini, pelatih Timmas U-16), jadi power untuk mengingatkan adalah beliau."
Menurutnya, jika nantinya komando sudah konsisten menerapkan sistem-sistem yang telah disampaikannya, maka emosi pemain akan mampu diredam.
"Justru kalau dari Coach Fakhri, ini dari versi beliau, ya, kejadian yang menimpa Bagas itu bagus, yang dalam artian untuk pembelajaran bagi dia. Tetapi kalau dari kaca mata saya sebagai psikolog justru malah jauh lebih baik. Karena, untungnya, cuma mukul saja dan kalau kita seumuran Bagas, pasti sudah lempar botol, mungkin dan malah berbuat lebih buruk lagi," ucapnya.
"Jadi, kami di seluruh tim ofisial Timnas U-16 sepakat untuk mengapresiasi progres yang ditunjukkan Bagas, bukan hasil yang ditunjukkannya. Karena setelah satu tahun bersama dalam pemusatan latihan untuk anak-anak yang berusia 16 tahun, progresnya sudah baik. Semua tentu butuh yang namanya proses," kata Asti.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Asti juga meminta masyarakayt untuk bisa menilai bagaimana ketidakadilan yang diterima oleh Timnas U-16 saat menghadapi Vietnam. Hal itu mengacu kepada kejadian ketika wasit tidak mengindahkan pelanggaran yang terjadi terhadap Fadhil dan Bagas.
"Jadi Bagas itu bereaksi, itu wajar karena seperti mengutip kata Coach Fakhri lagi, justru wajar Bagas marah. Karena kalau nggak marah atau diam saja, malah kami tentu khawatir, karena tidak ada rasa memiliki," pungkasnya.
Dengan koleksi satu kartu merah, Bagas pun dipastikan akan absen saat Timnas U-16 menghadapi Timor Leste U-16 di Stadion Gelora Delta, pada Sabtu (4/8) besok.