Pengunduran Diri Oezil Bukan Kehilangan, tapi Kesempatan untuk Berubah

31 Juli 2018 6:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mesut Oezil di sesi latihan pramusim Arsenal. (Foto: REUTERS/Edgar Su)
zoom-in-whitePerbesar
Mesut Oezil di sesi latihan pramusim Arsenal. (Foto: REUTERS/Edgar Su)
ADVERTISEMENT
Perjalanan Mesut Oezil bersama Timnas Jerman tidak ditutup dengan cara yang menyenangkan. Keputusan Oezil untuk mundur dari Timnas diiringi dengan kontroversi berupa isu rasialis dan sakit hati sang pemain.
ADVERTISEMENT
Bila dirangkum, kisah Oezil bersama Timnas Jerman adalah perjalanan panjang. Kalau dirunut, walau sudah tercatat sebagai bagian dari Timnas Jerman U-19, bakatnya mulai diendus oleh Joachim Loew saat ia bermain untuk Timnas U-21.
Piala Eropa U-21 2009 menjadi batu loncatan dalam karier Oezil. Ia bermain reguler dalam skema 4-2-3-1 yang digunakan oleh pelatih Horst Hrubesch. Namanya kian moncer saat ia berhasil membawa Jerman menjadi juara dan meraih gelar pemain terbaik.
Lantas, tiga bulan setelah gelar juara itu, Oezil mencetak gol perdananya bagi Timnas Jerman. Dan setelahnya, dimulailah perjalanan Oezil sebagai bagian dari tim senior Jerman. Tak hanya dedikasinya sebagai kondaktur lini serang yang berbuah assist dan gol, trofi Piala Dunia 2014 juga menjadi persembahan Oezil bagi Jerman.
ADVERTISEMENT
Oezil menuntaskan kariernya di level internasional yang ramai dengan capaian harum semerbak itu lewat sebuah surat yang ditulis pada 22 Juli 2018. Dalam surat itu dijelaskan, ia tidak terima dengan perlakuan Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) dan suporter menyoal pertemuannya dengan Presiden Turki, Racip Tayyip Erdogan.
Sepintas, tak ada yang salah dengan foto ini. Namun, keberadaannya dianggap terlalu politis. Padahal, Oezil mengaku, hanya melakukannya sebagai bentuk hormat untuk negeri leluhurnya. Apalagi bila mengingat dua hal, Oezil berdarah Turki kental dan Erdogan merupakan sosok yang dikecam oleh negara-negara Eropa, termasuk Jerman, terkait tindakan-tindakannya yang melanggar hak asasi manusia.
Jengah dengan segala sinisme dan olok-olok, Oezil memutuskan mundur dari Timnas. Menggantung seragam dan sepatunya. Menutup pintunya rapat-rapat untuk segala hal yang berhubungan dengan Timnas. 'Lemari sepak bolanya' dibersihkan, sekarang yang tinggal tetap hanyalah cerita bersama klub, Arsenal.
ADVERTISEMENT
Tak sedikit yang merasa kehilangan karena Oezil dinilai sudah menjadi bagian penting bagi Timnas Jerman. Namun, tak sedikit pula yang memiliki pendapat lain, termasuk legenda Timnas Jerman, Lothar Matthaeus. Bagi sosok yang pernah membela Timnas Jerman selama 20 tahun ini, pengunduran diri Oezil juga menyediakan ruang untuk perubahan di tubuh Timnas.
“Mesut (Oezil) membuktikan bahwa selama delapan tahun, ia menjadi pemain andal bagi Timnas Jerman. Namun, sejujurnya, selama 1,5 tahun terakhir, saya tidak menyukai permainannya. Saya sudah mengkritiknya menyoal ini, hal-hal lain (di luar permainan di atas lapangan -red) tidak menarik bagi saya," tegas Matthaeus, dilansir FourFourTwo.
“Kalau dari sudut pandang pembinaan, walaupun di satu sisi akan terdengar kasar, keputusan Oezil untuk mengundurkan diri bukan kehilangan. Pengunduran diri Oezil adalah kesempatan untuk mengubah satu elemen dalam tubuh Timnas," imbuh sosok berusia 57 tahun ini.
ADVERTISEMENT
Lothar Matthaeus di Piala Dunia 2018. (Foto: Alexander NEMENOV / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Lothar Matthaeus di Piala Dunia 2018. (Foto: Alexander NEMENOV / AFP)
Bagi Matthaeus, segala hal yang terjadi pada Oezil seharusnya menjadi pelajaran bagi Jerman. Keputusan Oezil untuk hengkang sebagai penggawa Timnas Jerman seharusnya menjadi x-ray yang dapat menunjukkan penyakit dan kejanggalan apa saja yang bercokol dalam tubuh Timnas Jerman yang sepintas terlihat perkasa itu. Dan di mata Matthaeus, pembiaran terhadap apa yang dialami Oezil masuk dalam penyakit dan kejanggalan yang harus segera dibersihkan dari dalam Timnas.
“Kejadian seperti ini seharusnya bisa ditangani dengan baik, apalagi banyak pihak yang terlibat. Sayangnya, tidak berhasil. Padahal, Oezil sudah melakukan dan memberikan banyak hal untuk Jerman.”
“Masalah macam ini sudah dianggap sepele sejak awal, bahkan oleh DFB. Sebenarnya, setiap orang berhak untuk berfoto dengan siapa saja. Namun, setelahnya, mereka harus bersiap diri untuk menghadapi kritik dan memberikan jawaban. Masalahnya, hal seperti ini dibiarkan terlalu lama,” pungkas Matthaeus.
ADVERTISEMENT