Penyesalan Besar Wenger: Bertahan Terlalu Lama di Arsenal

18 Juli 2018 3:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wenger dan perpisahan yang pahit. (Foto: Reuters/Matthew Childs)
zoom-in-whitePerbesar
Wenger dan perpisahan yang pahit. (Foto: Reuters/Matthew Childs)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setelah berbagai kesuksesan yang diraihnya dalam satu dekade awal sebagai manajer Arsenal, Arsene Wenger pelan-pelan dilumat obsesinya sendiri. Setelah memutuskan mundur di akhir musim 2017/18, barulah hinggap penyesalan-penyesalan dalam sanubari manajer berusia 68 tahun itu.
ADVERTISEMENT
Manajer asal Prancis itu jadi teringat bahwa dia lupa akan janjinya kepada mantan istrinya, Annie. Tahun 1998, Wenger bilang kepada Annie bahwa dia 'hanya' akan di Arsenal sampai lima tahun ke depan. Tapi, keberhasilan The Gunners mengawinkan gelar Piala FA dan Premier League di musim 2002/03 membuat Wenger terbuai. Sehingga, dia pun menepikan keluarganya demi Arsenal.
Annie kecewa. Dia pun memutuskan untuk mengajak putri semata wayangnya untuk meninggalkan kediaman Wenger pada 2013. Lalu, pernikahan Annie dan Wenger kandas dua tahun setelahnya. Wenger pun hidup seorang diri setelah perceraian itu.
Dan obsesinya untuk membawa Arsenal menuju kejayaan ini juga yang membuatnya juga jadi figur yang sangat menyebalkan bagi suporter Arsenal dalam beberapa musim ke belakang. Karena tak kunjung sadar bahwa Wenger malah membuat Arsenal menjadi olok-olok, suporter The Gunners pun protes.
ADVERTISEMENT
Manajer legendaris Arsenal, Arsene Wenger. (Foto: AFP/Marco Bertorello)
zoom-in-whitePerbesar
Manajer legendaris Arsenal, Arsene Wenger. (Foto: AFP/Marco Bertorello)
Salah satu protes yang paling besar terjadi pada Mei 2017. Ketika itu, ribuan suporter Arsenal yang marah memadati jalan-jalan di London sambil membawa berbagai spanduk dengan pesan meminta Wenger keluar. Juga jangan lupakan bahwa di bulan itu ada kejadian ketika sebuah pesawat menerbangkan spanduk dengan tagar #WengerOut.
"Mungkin, bertahan dengan klub yang sama selama 22 tahun (adalah sebuah kesalahan). Saya suka berkelana, tapi saya lebih suka tantangan. Saya adalah tahanan obsesi saya saat menjadi pelatih Arsenal," ujar sosok yang juga sempat menukangi Nagoya Grampus itu kepada media Prancis, RTL.
"Saya menyesal telah mengorbankan segalanya untuk Arsenal, karena saya sadar sekarang saya sudah menyakiti banyak orang-orang yang sebenarnya saya sayangi. Saya mengabaikan keluarga saya, sahabat saya, dan yang lainnya, karena memang begitulah pria yang tersihir obsesi. Dia menjadi egois dan mengabaikan berbagai hal yang sebenarnya tak kalah penting," pungkasnya.
ADVERTISEMENT