Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Perjalanan Maman Abdurrahman: Jatuh di Puncak Karier
20 Desember 2018 14:34 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:52 WIB
ADVERTISEMENT
Sudah berpeluh-peluh untuk mencapai titik tertinggi, tetapi reputasinya jatuh gara-gara kasus lama. Begitu kisah bek senior Persija Jakarta, Maman Abdurrahman, di ujung kariernya.
ADVERTISEMENT
Laiknya pemain muda pada umumnya, Maman muda bukanlah siapa-siapa. Merintis karier junior di PS PAM Jaya pada 1996, Maman membutuhkan tiga tahun untuk menapaki jalur profesional. Promosi tersebut dididapatkannya ketika pindah ke Persijatim Jakarta Timur. Tiga tahun di sini, nama Maman juga belum terdengar.
Pamornya baru melambung ketika berseragam PSIS Semarang pada 2005. Tahun pertamanya, dia langsung mengantarkan 'Laskar Mahesa Jenar' finis di posisi ketiga Liga Indonesia.
Musim keduanya berlangsung lebih apik. Wajar saja karena materi PSIS semakin mewah dengan kedatangan Gustavo Hernan Ortiz, Greg Nwokolo, Imral Usman, Suwita Patha, dan Yaris Riyadi. Sementara, lini belakang tetap kokoh dengan kehadiran trio Maman, Zoubairou Garba, dan Fofee Kamara.
Gemerlapnya skuat membantu PSIS melaju jauh di Liga Indonesia. Sempat terjadi pergantian pelatih dari Sutan Harhara ke Bonggo Pribadi menjelang semifinal, tetapi performa tim tak terpengaruh dan PSIS mampu menaklukkan Persekabpas Pasruan. Sayangnya, mereka kalah 0-1 dari Persik Kediri di laga puncak.
ADVERTISEMENT
Meski tak menutup musim dengan gelar juara, kiprah Maman tetap diapresiasi dan bahkan diganjar dengan penghargaan Pemain Terbaik Liga Indonesia 2006. Dari rangkaian performa apiknya itu, maka dia menjadi langganan Timnas Indonesia dan menerima ban kapten dari pelatih Peter Withe.
Status pemain Timnas tentu membuat Maman diminati klub-klub besar. Kemungkinan hijrah pun terbuka karena PSIS menunjukkan grafik menurun dan mengalami krisis finansial setelah 2006. Persib Bandung menjadi tim yang beruntung mendapatkan jasa bek yang piawai duel darat dan udara ini.
Sejak itu, Maman mengalami pasang surut. Lima tahun di sana yang diwarnai era empat pelatih, dia kembali gagal merebut gelar juara. Performanya juga sempat anjlok sehingga tak dilirik pelatih Benny Dollo saat Timnas Indonesia mengarungi Piala AFF 2008. Maman kalah saing dengan rekan setimnya di Persib ketika itu yakni Nova Arianto.
ADVERTISEMENT
Maman lekas bangkit hingga kembali ke Timnas Indonesia besutan Alfred Riedl untuk Piala AFF 2010. Namun, sulit untuk menjawab apakah tepat atau tidak keputusan Riedl memanggil Maman. Dia memang menjadi salah satu kunci pertahanan 'Garuda' hingga melaju ke partai final, tetapi nila setitik merusak susu sebelanga.
Ya, kesalahannya dalam mengawal Norsahrul Ildan Talaha di final membantu Malaysia memenangi laga final pertama dengan skor 3-0. Comeback di Stadion Gelora Bung Karno sekadar asa lantaran Bambang Pamungkas dan kolega cuma menang 2-1.
Naik-turun terus menghiasi karier Maman setelahnya. Dia sempat hilang cukup lama karena cedera sebelum Persita Tangerang mengontraknya. Adalah Bambang Nurdiansyah selaku pelatihnya di PSIS kala itu yang mengajak Maman bergabung pada 2014.
ADVERTISEMENT
Banur --demikian Bambang disapa-- kembali membawa Maman ketika sang juru taktik dipercaya menangani Persija pada 2016. Karier Banur di Ibu Kota tak berlangsung lama, tetapi Maman bertahan hingga kini.
Bersama Persija, Maman mengusung keyakinan pada awal musim 2018. 'Macan Kemayoran' keluar sebagai kampiun Piala Presiden yang menjadi turnamen persiapan menjelang Liga 1. Dia pun sempat mengutarakannya ketika bertemu kumparanBOLA, 26 April lalu.
"Mungkin ini kesempatan buat Persija dan saya pribadi. Melihat materi sekarang, grafik permainan, keadaan tim, saya pikir ini saat yang tepat untuk Persija bangkit dan membuktikan bahwa Persija adalah tim besar besar dan selalu berada di papan atas. InsyaAllah, Persija juara," ucapnya.
Benar saja, Persija finis sebagai juara setelah mengalahkan Mitra Kukar pada pekan pamungkas. Inilah gelar juara liga pertama tim ibu kota setelah 17 tahun dan perdana buat Maman sepanjang karier profesionalnya.
ADVERTISEMENT
Seperti kata peribahasa, semakin tinggi pohon maka semakin kencang anginnya. Maman diguncang lewat isu lawas: Dugaan pengaturan skor final Piala AFF 2010. Namanya terseret setelah pengakuan Andi Darussalam Tabussala --Manajer Timnas saat itu-- dalam program 'Mata Najwa' pada Rabu (19/12/2018) malam WIB.
"Pada menit awal harusnya offside, tetapi Maman Abdurrahman memberikan kesempatan. Gol kedua, pertahanan terbuka oleh Safee Sali. Saya tak pernah lupa karena apa? Cita-cita saya cuma satu, yaitu membawa Indonesia juara," ujar sosok berinisial ADT tersebut.
Tentu menjadi tugas berat untuk Maman membersihkan nama baiknya, tetapi mau tidak mau itu harus. Kalau tidak, bek 36 tahun ini akan terus disalahkan publik di masa pensiunnya kelak.