news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Piala Dunia 2010: Prancis Pecah, Prancis Luluh Lantak

16 Mei 2018 15:06 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Prancis meratapi nasib di Piala Dunia 2010. (Foto: Pierre-Philippe Marcou/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Prancis meratapi nasib di Piala Dunia 2010. (Foto: Pierre-Philippe Marcou/AFP)
ADVERTISEMENT
Prancis tak pulang dari Piala Dunia 2010 dengan membawa trofi. Mereka kembali dari turnamen yang digelar di Afrika Selatan tersebut dengan setumpuk emosi, seikat amarah, dan sejumput kebencian.
ADVERTISEMENT
Prancis datang ke Afrika Selatan dengan ekspektasi tinggi. Kegagalan di Piala Eropa 2008 membuat ajang empat tahunan ini menjadi sarana untuk membangun narasi bahwa mereka tidak layak untuk dipandang sebelah mata.
Keberangkatan Prancis diikuti oleh sederet fakta tidak menyenangkan. Berada di Grup 7, mereka tak mampu menuntaskan babak kualifikasi zona Eropa dengan status juara. Kenyataan tersebut membuat mereka memerlukan babak playoff untuk lolos ke Piala Dunia 2010.
Undian mempertemukan Prancis dengan Republik Irlandia. Menjalani leg I di Croke Park, Dublin, Thierry Herry dkk. menutup laga dengan skor 0-1 lewat gol yang diciptakan oleh Nicolas Anelka pada menit ke-72.
Rep. Irlandia bangkit di leg II. Laga baru berjalan 32 menit, Robbie Keane membawa tim tamu unggul. Sayang, kontroversi terjadi. Gol William Gallas di perpanjangan waktu, yang berawal dari handball Henry disahkan oleh wasit. Prancis lolos ke Piala Dunia 2010 dengan agregat 2-1.
ADVERTISEMENT
Pemusatan latihan dari awal bencana Prancis. Dalam tes fisik pertama yang digelar, Lassana Diarra dipersilakan pulang karena tak mampu mencapai standar yang ditentukan. Sementara itu, William Gallas dan Anelka dipersilakan telat karena menjalani penyembuhan usai mengalami kecelakaan.
Nasib malang yang diterima oleh Prancis dan beberapa penggawanya menghadirkan banyak ketidakyakinan. Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh L’Équipe, 60% voter mengatakan bahwa rival Prancis di Grup A, Uruguay, Meksiko, dan Afrika Selatan, punya peluang lolos yang jauh lebih besar.
Masalah Prancis berlanjut pada dua pertandingan uji tanding jelang Piala Dunia 2010. Tanpa alasan yang jelas, pelatih Raymond Domenech menaruh Henry di bangku cadangan. Banyak pihak bertanya-tanya, meski pada akhirnya tak menemukan jawaban.
ADVERTISEMENT
Pada dua laga uji tanding tersebut, Domenech memilih bermain dalam pola 4-3-3 yang tak pernah dicoba sebelumnya alih-alih formasi 4-2-3-1 yang sering digunakan. Sebagai pengganti Henry di ujung tombak, ia memilih pahlawan kemenangan Prancis di leg I playoff, Anelka.
Henry menerima keputusan Domenech. “Aku mengorbankan diriku untuk kebaikan tim ini,” katanya. Lain Henry, lain pula rekan setimnya, semisal Patrice Evra. Sebagai kapten, ia mempertanyakan keputusan pria berkacamata tersebut untuk tak memberi Henry ruang.
Pemain Prancis hanya terpaku melihat kegagalan. (Foto: Franck Fife/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Prancis hanya terpaku melihat kegagalan. (Foto: Franck Fife/AFP)
Karena tak kunjung ada jawaban, pemain lain ikut-ikutan. Salah satunya Florent Malouda. Dasar punya kepribadian yang agresif, ia sampai menunjukkan reaksi—yang dianggap Domenech—tak sopan. Sebagai hukuman, ia ditaruh di bangku cadangan pada laga pertama.
Keputusan menaruh Henry dan Malouda di bangku cadangan menyiksa Prancis. Pertandingan pertama mereka di Piala Dunia 2010, menghadapi Uruguay, berakhir dengan skor 0-0, meski La Celeste bermain dengan 10 orang sejak menit ke-81.
ADVERTISEMENT
Hasil mengecewakan tersebut membuat Domenech mengubah pola tim asuhannya. Dari 4-3-3 menjadi 4-2-3-1. Untuk mendukung lini serang, ia memainkan Malouda sejak menit pertama bersama Franck Ribery dan Sidney Govou.
Pada interval pertama, kedua kesebelasan bermain sama buruknya. Anelka yang bermain sebagai satu-satunya penyerang Prancis dan Guillermo Franco yang dimainkan di lini depan Meksiko sama-sama gagal menuntaskan peluang yang didapatkan.
Prahara terjadi ketika memasuki ruang ganti; Anelka bersitegang dengan Domenech. Pemain yang saat itu memperkuat Chelsea tersebut bahkan menyebut Domenech dengan sebutan anak pelacur di depan orang banyak.
Pelatih Prancis, Raymond Domenech. (Foto: Gianluigi Guercia/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Prancis, Raymond Domenech. (Foto: Gianluigi Guercia/AFP)
Domenech tak terima. Ia meminta Anelka meminta maaf di depan orang banyak. Namun, Anelka hanya mau untuk berbicara depan rekan setim dan staf. Sebagai balasan, ia mengganti Anelka dengan Andre-Pierre Gignac saat laga memasuki babak kedua.
ADVERTISEMENT
Perselisihan dengan Anelka menjadi satu dari dua ketidakberuntungan Domenech hari itu. Di atas lapangan, anak asuhnya gagal memetik kemenangan usai kalah 0-2 lewat gol Javier Hernandez dan Cuauhtemoc Blanco.
Dampak jangka panjangnya, ia meminta federasi sepak bola Prancis, FFF, memulangkan Anelka. FFF menyetujui permintaan Domenech dengan dalih menyelamatkan tim. Esoknya, pemain keturunan Martinique itu langsung dipulangkan.
Kepulangan Anelka memicu protes dari pemain-pemain Prancis. Henry, Gallas, Evra, Ribery, dan Eric Abidal mengatakan bahwa keputusan FFF dan Domenech merugikan tim, ‘tidak masuk akal’, dan ‘terburu-buru’.
Keesokan harinya, meski datang ke tempat latihan, pemain Prancis memutuskan untuk tidak berlatih. Skuat Prancis kemudian minggir ke tepi lapangan untuk menyalami dan memberi tanda tangan kepada penonton yang hadir di sesi latihan tersebut.
ADVERTISEMENT
Raymond Domenech bersitegang dengan Patrice Evra. (Foto: Franck Fife/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Raymond Domenech bersitegang dengan Patrice Evra. (Foto: Franck Fife/AFP)
Tingkah mereka membuat suasana panas. Pelatih fisik, Robert Duverne, bahkan terlihat bersitegang dengan Evra. Perkelahian tersebut berakhir setelah Domenech memisahkan keduanya dan menyuruh mereka pergi ke lain sisi.
Beberapa pemain kemudian berjalan menuju bus. Diketahui, sebagian dari mereka membuat surat yang menyatakan bahwa “… menolak semua keputusan yang diambil oleh FFF untuk memulangkan Anelka dari skuat Prancis.”
Hal tersebut membuat nasib Prancis jadi suram. Melakoni laga terakhir menghadapi Afrika Selatan, Les Bleus tampil begitu jauh dari harapan. Tak tampak semangat, bahkan keinginan untuk menang. Skor 2-1 untuk kemenangan Afrika Selatan pun jadi penutup laga.
Prancis pulang dari Afrika Selatan dengan membawa status juru kunci Grup A dan malu. Sepekan berselang, Presiden FFF, Jean-Pierre Escalettes, mengumumkan pengunduran dirinya karena tak kuat menahan beban moral.
ADVERTISEMENT
“Saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan presiden FFF. Saya juga melakukan ini sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kegagalan Prancis di Piala Dunia 2010,” katanya kepada wartawan di Paris.