Piala Dunia 2018: Propaganda Putin untuk Rusia yang Lebih Baik

14 Juni 2018 9:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vladimir Putin. (Foto: Sputnik/Alexei Nikolskyi/Kremlin via REUTERS )
zoom-in-whitePerbesar
Vladimir Putin. (Foto: Sputnik/Alexei Nikolskyi/Kremlin via REUTERS )
ADVERTISEMENT
Sepak bola dan politik adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Hal inilah yang juga terjadi di ajang Piala Dunia 2018 yang akan dihelat di Rusia.
ADVERTISEMENT
Sejak ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 pada 2010 silam, Rusia langsung berbenah. Mereka menyiapkan diri sebaik mungkin, memperbaiki segala infrastruktur, semata agar Piala Dunia yang akan dihelat pada pertengahan Juni sampai Juli 2018 tersebut dapat berlangsung dengan baik.
Secara dana, total mereka sudah menghabiskan 12 miliar dolar Amerika Serikat dalam rangka persiapan jelang Piala Dunia 2018 ini. Tidak hanya itu saja, mereka juga melibatkan segala elemen, terutama pihak keamanan, agar Piala Dunia nanti jauh dari isu-isu yang berpotensi membahayakan, seperti hooliganisme dan terorisme.
Namun, ada satu hal yang luput dari pandangan masyarakat tentang Piala Dunia 2018 ini: Vladimir Putin. Di tengah gegap gempita Piala Dunia 2018 yang tinggal menghitung hari, publik seolah lupa bahwa di balik keberhasilan Rusia menjadi tuan rumah Piala Dunia ini, ada nama Putin di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Ya, Putin yang berjuang untuk membawa Rusia menjadi lebih baik lewat propaganda politik bernama Piala Dunia.
Pada 2010 silam, Putin yang ketika itu menjabat sebagai Perdana Menteri Rusia berupaya begitu keras agar FIFA mau menerima pengajuan Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia. Meski harus bersaing dengan Inggris kala itu, Rusia tidak takut. Mereka tetap maju, sampai akhirnya sukses mengalahkan Inggris dalam proses bidding tuan rumah Piala Dunia 2018 ini.
Terhitung delapan tahun sejak resmi dipilih, Putin yang sekarang sudah naik pangkat menjadi Presiden Rusia ini mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan Piala Dunia sebaik mungkin. Namun, seiring dengan Piala Dunia yang semakin mendekat, Rusia sebagai tuan rumah malah semakin banyak juga diiringi oleh kontroversi.
ADVERTISEMENT
Pencaplokan Krimea di Ukraina, mengganggu pemilu Presiden Amerika Serikat, ikut serta dalam perang di Suriah, dan dianggap terlibat dalam kasus Sergei Skripal -agen ganda asal Rusia yang diracun di Inggris- menjadikan Rusia negara yang ditakuti oleh para peserta Piala Dunia yang lain. Hal ini belum menambah isu rasialisme dan keamanan yang masih menghantui perhelatan Piala Dunia kelak.
Lalu, soal pemilihan Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia sendiri jauh dari kata bersih. Dilansir The New York Times, Rusia dianggap menggunakan cara-cara kotor agar dapat menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018. Rusia dianggap melakukan suap kepada para anggota FIFA, meski akhirnya tuduhan ini kandas karena kurangnya barang bukti (barang buktinya pun dianggap sudah dihancurkan oleh Rusia).
ADVERTISEMENT
Polisi Rusia di Piala Dunia. (Foto: OLGA MALTSEVA / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Polisi Rusia di Piala Dunia. (Foto: OLGA MALTSEVA / AFP)
Tidak hanya itu, proses renovasi yang dilakukan Rusia ini juga tidaklah bersih. Disitat dari Independent, Rusia memang menelurkan angka 12 miliar dolar Amerika sebagai biaya untuk persiapan Piala Dunia ini, tapi jumlah biaya yang dikeluarkan sebenarnya jauh lebih besar dari itu. Masyarakat diperkirakan harus membayar pajak 10 persen lebih besar dari biasanya, untuk membiayai persiapan Piala Dunia ini.
Meski banyak dihiasi oleh hal-hal kotor, pada akhirnya orang-orang di parlemen Rusia tidak banyak bicara. Mereka tahu bahwa pada dasarnya, ada tujuan terselubung di balik usaha keras Putin membuat Piala Dunia tampak senyaman mungkin. Hal ini diutarakan oleh Ilya Shumanov, direktur dari Transparency International Russia.
"Di satu sisi, ini (Piala Dunia) dapat menambah banyak pendapatan negara tanpa diketahui publik. Di sisi lain, hal ini adalah cara Rusia meningkatkan keamanan di dalam negerinya sendiri, selain juga untuk menunjukkan diri mereka ke dunia luar," ujar Shumanov.
ADVERTISEMENT
Konstantin Gaaze, seorang pengamat politik lepas, juga menyebut bahwa upaya Putin ini semata agar memperkenalkan Rusia sebagai negara yang ramah dan aman di mata dunia. Digelarnya Piala Dunia ini juga menjadi cara bagi Putin untuk menancapkan dominasi mereka di percaturan pergaulan negara-negara dunia.
"Orang-orang di parlemen merasa bahwa sekaranglah waktunya untuk bergerak. Mereka melihat Piala Dunia sebagai sebuah investasi yang bagus, cara untuk meningkatkan daya saing Rusia di mata internasional. Jika ini (Piala Dunia) berhasil, segalanya akan jadi lebih baik buat Rusia," ungkapnya.
Perbaikan sarana demi menyambut Piala Dunia 2018. (Foto: Mladen Antonov/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Perbaikan sarana demi menyambut Piala Dunia 2018. (Foto: Mladen Antonov/AFP)
Putin memang tahu apa yang dia lakukan. Meski banyak yang menentangnya, termasuk David Cameron, mantan Perdana Menteri Inggris, dia tetap maju. Semua demi maksud yang memang Putin inginkan: membawa Rusia ke arah yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
***
Piala Dunia memang sulit untuk lepas dari setir politik. Pada 1978 silam, junta militer Argentina memperlihatkan kekuatannya lewat ajang Piala Dunia 1978. Pada perhelatan Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, isu-isu kemiskinan di Afrika tertutup dengan gelaran Piala Dunia yang untuk pertama kalinya diadakan di Afrika. Piala Dunia 2014 di Brasil pun tak jauh beda. Kemiskinan masyarakat Brasil ditutupi dengan baik.
Hal yang sama kembali terjadi di Rusia. Piala Dunia 2018 tak lepas dari setir politik Putin yang ingin memperkenalkan sekaligus memperkuat posisi Rusia di mata dunia. Sejauh ini, dengan segala yang sudah Putin tempuh, dia berhasil melakukannya.
Pada akhirnya, apa yang dilakukan Putin ini kelak akan mengubah peta politik di dunia. Beberapa negara yang kesal dengan Rusia, termasuk Inggris, pada akhirnya harus tetap datang ke Rusia jika kelak negaranya lolos sampai babak semifinal atau final Piala Dunia 2018. Jika itu terjadi, itu adalah kemenangan tersendiri bagi Putin.
ADVERTISEMENT
Yah, pada dasarnya, sepak bola dan politik, seperti halnya sepak bola dan musik, adalah dua hal yang tak bisa dilepaskan satu sama lain.