Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Sejarah tercipta ketika Timnas Italia berhadapan dengan Brasil dalam pertandingan fase grup Piala Dunia Wanita 2019, 19 Juni lalu. Kala itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Rai 1 —saluran televisi terestrial terbesar di Italia— menayangkan sebuah pertandingan sepak bola wanita. Sayangnya, Italia harus mengakui keunggulan Brasil 0-1 pada pertandingan tersebut.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, laga kontra Brasil itu sejatinya sudah tak lagi berarti apa-apa bagi Italia. Mereka, dalam dua pertandingan sebelumnya menghadapi Australia dan Jamaika, sudah berhasil memetik kemenangan masing-masing dengan skor 3-2 dan 5-0. Dua kemenangan itu sudah memastikan kelolosan Azzurre ke fase gugur.
Bagi Italia, Piala Dunia 2019 ini adalah sebuah pelipur lara. Tahun lalu, tim putra mereka untuk pertama kalinya sejak 1958 tidak ikut serta dalam gelaran Piala Dunia. Kini, tim putri mereka justru mampu mengguncang dunia. Pada Sabtu (29/6/2019) malam WIB Cristiana Girelli cs. akan menghadapi Belanda di babak perempat final.
Pencapaian Italia ini amat sangat mengejutkan. Pasalnya, persepakbolaan putri di negara itu sempat mati suri. Italia memang pernah menjadi salah satu pionir sepak bola putri dengan menyelenggarakan Piala Dunia tak resmi pertama pada 1970. Selain itu, pada Piala Dunia besutan FIFA pertama tahun 1991, mereka sukses menjejak babak perempat final.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, sejak berkiprah di Piala Dunia 1999 silam, Italia sempat menghilang. Mereka memang secara konsisten berkompetisi di Piala Eropa tetapi tidak ada prestasi yang bisa benar-benar dibanggakan. Sampai akhirnya, pada 2018 lalu, anak-anak asuh Milena Bertolini ini memastikan diri lolos ke Piala Dunia 2019 di Prancis.
Awalnya, untuk lolos dari fase grup saja Italia diragukan. Keberadaan Australia dan Brasil adalah penyebabnya. Satu-satunya tim yang diprediksi bakal dikalahkan Italia dengan mudah adalah Jamaika yang berstatus sebagai debutan. Namun, hasil di fase grup membalikkan segala prediksi tersebut.
Di perdelapan final lalu Italia menghadapi China. Harus diakui bahwa China saat ini bukan lagi kekuatan sepak bola putri yang besar. Namun, prestasi kontemporer Negeri Tirai Bambu itu masih lebih baik ketimbang Italia. Pada 1999, misalnya, di saat Italia terhenti di fase grup, China mampu melenggang ke final.
ADVERTISEMENT
Maka, ketika Italia dan China bertemu di perdelapan final lalu, Italia masih juga diragukan. Mereka dianggap tidak punya pengalaman cukup untuk melewati adangan China. Namun, Valentina Giacinti dan Aurora Galli berkata lain. Dua gol dari mereka membawa Italia lolos ke babak perempat final.
Di perempat final, Italia akan menghadapi lawan yang tidak main-main: Belanda. Mereka merupakan juara Piala Eropa 2017 dan merupakan salah satu kandidat juara di Piala Dunia kali ini. Pada perdelapan final lalu anak-anak asuh Sarina Wiegman ini sukses menumbangkan wakil Asia lainnya, Jepang.
Pertandingan antara Belanda dan Jepang itu sendiri berjalan seimbang. Hanya tendangan penalti menit akhir yang kemudian membuat Belanda berhak lolos ke babak berikutnya. Menariknya, pahlawan Belanda dalam laga itu, Lieke Martens, kemungkinan bakal absen dalam laga melawan Italia karena cedera saat berselebrasi.
ADVERTISEMENT
Martens adalah mantan pemain terbaik dunia dan dua golnya ke gawang Jepang jelas-jelas merupakan alasan Belanda terus bertahan di Piala Dunia . Maka, jika pemain Barcelona itu benar-benar absen, tentunya kekuatan Leeuwinnen bakal berkurang. Pertanyaannya, sesignifikan apa ketiadaan Martens nantinya?
Well, bisa jadi ketiadaan Martens tidak akan mengurangi kekuatan Belanda dalam jumlah besar. Sebab, mereka masih memiliki sejumlah nama lain yang bisa diandalkan. Vivianne Miedema, topskorer sepanjang masa mereka, jelas layak dikedepankan. Lalu, masih ada winger lincah nan kreatif Shanice van de Sanden yang juga doyan menebar ancaman.
Dari lini tengah pun Belanda punya beberapa nama besar yang harus diwaspadai Italia, mulai dari Danielle van de Donk, Jackie Groenen, sampai Jill Roord yang memenangkan Belanda atas Selandia Baru di fase grup lalu. Plus, Belanda punya Dominique Bloodworth di lini belakang yang jadi spesialis penyambut bola mati.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, Belanda adalah lawan yang sangat berat bagi Italia. Belanda punya pemain-pemain yang lebih berpengalaman, utamanya di kompetisi antarklub Eropa. Italia, sementara itu, belum mencapai level tersebut. Sebagian besar skuat Italia dihuni pemain Juventus dan sebagai tim baru mereka belum punya kredensial kontinental.
Oleh karenanya, ada kemungkinan bahwa kejutan Italia akan berakhir di babak perempat final ini. Namun, untuk tim yang bahkan diragukan bisa lolos dengan mudah dari fase grup, keberhasilan mencapai babak ini rasanya sudah bisa disamakan dengan menjadi juara.
Ulangan Final 2003 di Lorient
Setelah pertandingan Italia vs Belanda selesai digelar di Valenciennes, perempat final Piala Dunia Wanita akan ditutup dengan bentrok antara Jerman dan Swedia di Lorient. Laga ini merupakan ulangan dari final edisi 2003 di mana kala itu Jerman sukses mengalahkan Swedia dengan skor 2-1.
ADVERTISEMENT
Jerman adalah kekuatan terbesar sepak bola putri Eropa dalam sejarah. Mereka punya koleksi 8 gelar juara Eropa dan 2 trofi juara dunia. Swedia, sementara itu, meskipun tergolong tim besar, tidak punya prestasi sementerang Jerman. Dalam sejarah, Swedia hanya mampu meraih satu trofi Piala Eropa pada 1984.
Saat ini pun Jerman tetap lebih kuat dibanding Swedia. Rangking FIFA bisa dijadikan acuan di sini. Jerman ada di urutan kedua, Swedia kesembilan. Jerman pun memiliki pemain-pemain yang lebih berkualitas dibandingkan lawannya tersebut.
Pada Piala Dunia kali ini pun Jerman tampil lebih meyakinkan. Dari empat laga mereka sudah memasukkan sembilan gol dan belum kebobolan sama sekali. Sementara, Swedia sudah menelan kekalahan 0-2 dari Amerika Serikat. Walau demikian, penampilan Jerman secara keseluruhan belum sempurna. Masalah terbesar mereka adalah absennya playmaker Dzsenifer Marozsan.
ADVERTISEMENT
Marozsan adalah salah satu pemain terbaik di Eropa, bahkan dunia. Wanita kelahiran Hongaria itu merupakan bagian dari skuat Lyon yang merebut gelar Liga Champions dalam tiga musim berturut-turut. Kreativitasnyalah yang hilang dari skuat Jerman dalam tiga pertandingan terakhir Jerman di Piala Dunia.
Menghadapi Swedia, Marozsan siap kembali. Kemungkinan, Jerman pun bakal kembali menggunakan pakem 4-5-1 untuk mengakomodir keberadaan pemain 27 tahun itu. Marozsan, bersama Sara Daebritz dan Alexandra Popp bakal jadi tumpuan Jerman untuk melumpuhkan Swedia.
Dari sisi Swedia sendiri, kebangkitan eks pemain Manchester City, Kosovare Asllani, dan ketajaman Stina Blackstenius menjadi senjata utama. Dengan dua pemain inilah Swedia bakal berupaya mengenyahkan rekor buruk kontra Jerman di turnamen besar. Selain kalah di final Piala Dunia 2003, Swedia juga tumbang dari Jerman di final Olimpiade 2016.
ADVERTISEMENT
Maka, bagi Swedia, laga melawan Jerman ini adalah sebuah upaya untuk menuntaskan rasa penasaran. Sementara, dari kubu Jerman, pertandingan kontra Swedia adalah bagian dari usaha untuk merebut kembali trofi Piala Dunia yang terakhir mereka genggam pada 2007.
=====
*) Perempat final Piala Dunia Wanita antara Italia dan Belanda akan digelar di Valenciennes, Sabtu (29/6/2019) malam pukul 20:00 WIB. Setelahnya, laga Jerman vs Swedia menyusul pada pukul 22:30 WIB. Kedua pertandingan bisa disaksikan di beIN Sports.