Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Pratinjau: Kroasia Punya Pressing, Prancis Punya Tembok Pertahanan
15 Juli 2018 9:18 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB

ADVERTISEMENT
Piala Dunia 2018 berada di pengujung jalan. Setelah 63 pertandingan berlalu, masuklah kita pada laga pemungkas yang mempertemukan Prancis dan Kroasia di Luzhniki Stadium, Moskow, Minggu (15/7/2018) pukul 22:00 WIB.
ADVERTISEMENT
Di atas kertas, Prancis lebih difavoritkan ketimbang Kroasia. Selain status juara edisi 1998, Les Blues juga didukung oleh raihan apik—mencatat lima kemenangan dan sekali imbang—sebelum partai final dan komposisi di setiap lini yang amat merata.
Kroasia tak bisa dipandang sebelah mata. Keberhasilan mengalahkan dua juara, Argentina dan Inggris, serta menutup tiga fase gugur dengan perpanjangan waktu adalah bukti bahwa anak-anak asuh Zlatko Dalic punya kapasitas untuk merepotkan.
Sejarah mencatat, Prancis dan Kroasia telah bertemu empat kali. Dalam empat laga tersebut, 'Tim Ayam Jantan' tak pernah sekalipun menelan kekalahan, termasuk saat bersua di semifinal Piala Dunia 1998 dalam laga yang berakhir dengan kemenangan 2-1.
Prancis dan Kroasia yang Bakal Tampil dengan Susunan Lama
ADVERTISEMENT
Prancis tak bermasalah dengan kondisi fisik maupun akumulasi kartu. Itu artinya, 23 pemain yang dibawa oleh Didier Deschamps ke Rusia semuanya punya kesempatan turun dalam pertandingan ini.
Namun, berkaca dari pentingnya laga ini, tampaknya Deschamps tak bakal mengubah pola 4-2-3-1 yang ia kembangkan sejak menjalani laga kedua. Lewat pola tersebut, Prancis memetik empat kemenangan dan sekali imbang dengan mencetak delapan gol ke gawang lawan.
Dengan pola tersebut, trio Blaise Matuidi, Antoine Griezmann, dan Kylian Mbappe bakal menjadi tumpuan di belakang Olivier Giroud yang bakal diturunkan sebagai striker tunggal. Hal serupa juga terjadi di belakang saat Raphael Varane dan Samuel Umtiti kembali dimainkan.
Kroasia juga tak memiliki persoalan di pertandingan ini. Ivan Strinic dan Mario Mandzukic yang mengalami cedera ringan dalam laga semifinal disebut telah dalam kondisi fit. Hal tersebut menandakan bahwa Zlatko Dalic bakal kembali menggunakan pola 4-3-3.
ADVERTISEMENT
Adanya Mandzukic di pos penyerang tengah membuat Ivan Perisic dan Ante Rebic bakal tetap diturunkan sebagai penyerang sayap. Kondisi yang sama juga terjadi pada susunan pemain tengah yang tampaknya tak akan mengalami perubahan.
Satu kemungkinan yang bisa terjadi adalah diturunkannya Josip Pivaric. Penampilan apik penggawa Dynamo Kiev tersebut saat dimainkan dalam laga semifinal, melawan Inggris, membuat Dalic bisa saja menurunkannya.

Prancis dan Resistensi terhadap Serangan
Di Piala Dunia 2018, Didier Deschamps hampir selalu menggunakan pola 4-2-3-1. Dari enam pertandingan yang telah dijalani, hanya sekali ia menggunakan pakem lain, 4-3-3, yakni saat melakoni laga perdana, menghadapi Australia.
Secara permainan, kekuatan Prancis adalah resistensi saat ditekan lawan. Sebagai bukti, mereka hanya menerima 8,5 percobaan dari lawan per pertandingan dan membuat mereka sebagai tim keempat yang menerima percobaan per pertandingan paling sedikit.
ADVERTISEMENT
Secara formasi, Prancis melakoni transisi dari pola 4-2-3-1 ke 4-3-3 saat tidak memegang bola. Blaise Matuidi menjadi aktor dengan beralih tugas, dari yang sebelumnya bertindak sebagai defensive winger menjadi holding midfielder.
Nantinya, Matuidi bakal bahu membahu bersama Paul Pogba dan N’Golo Kante untuk menutup area di sekitar area kotak penalti. Adapun, tugas lain tiga pemain ini adalah mempersulit masuknya pemain lawan dari lini kedua.
Kekuatan Prancis tak hanya dari tengah. Di belakang, kuarter bek Prancis, Benjamin Pavard, Raphael Varane, Samuel Umtiti, dan Lucas Hernandez, adalah kunci dari strategi yang diterapkan oleh Deschamps.
Keempat pemain tersebut tak hanya lihai beradu kecepatan, tapi juga memiliki kemampuan membaca pergerakan lawan hingga melakoni duel udara. Tak ayal, melihat kuatnya Prancis di belakang, Kroasia perlu cara lain untuk menekan.
ADVERTISEMENT

Kroasia dan Tekanan Tiada Henti
Berbeda dengan Prancis yang menjadikan pertahanan sebagai senjata, Kroasia adalah kesebelasan yang dikenal ‘berani’. Laga melawan Inggris jadi contohnya. Dalam laga tersebut, tampak bagaimana anak asuh Zlatko Dalic terus menerus memberikan tekanan untuk lawan.
Agresivitas Kroasia terlihat dari catatan statistik mereka selama Piala Dunia 2018. Dari enam pertandingan yang telah dijalani, mereka membukukan 46,3 duel, 14,7 tekel, dan 11 intersep per pertandingan.
Agresivitas Kroasia diwujudkan dengan pressing tinggi. Dalam setiap laga, Kroasia selalu menerapkan cara tersebut. Adapun skema ini dimulai dengan pergerakan Mario Mandzukic, Ivan Perisic, dan Ante Rebic secara beriringan ke pertahanan lawan.
Keputusan Dalic menginstruksikan pressing tinggi berbuah catatan mengesankan: Kroasia tercatat sebagai kesebelasan keempat yang paling banyak mencecar gawang lawan dengan rasio 16,5 percobaan per pertandingan.
ADVERTISEMENT

Lubang yang Bisa Dimanfaatkan Kroasia
Meski dikenal cukup solid, pertahanan Prancis sebenarnya tak lepas dari ketidaksempurnaan. Lubang bisa benar-benar tampak dari pertahanan Les Blues saat mereka menguasai bola.
Saat menguasai bola, hampir semua pemain Prancis naik ke daerah lawan dengan cepat. Dari lini tengah, Paul Pogba bisa dalam waktu sekejap berada di depan kotak penalti lawan, baik untuk bertindak sebagai distributor maupun mengakhiri penguasaan dengan percobaan.
Upaya untuk merangsek ke pertahanan lawan dengan cepat juga dilakukan oleh dua bek sayap Prancis, Benjamin Pavard dan Lucas Hernandez. Saat menguasai bola, mereka tak akan buang-buang waktu untuk melakukan overlap hingga sepertiga akhir pertahanan lawan.
Meski menguntungkan, keputusan Pavard dan Hernandez untuk naik ke pertahanan lawan bisa jadi bumerang. Pasalnya, ada beberapa momen di mana mereka cenderung telat untuk kembali ke daerah sendiri.
ADVERTISEMENT
Yang jadi masalah, Prancis tak punya pelapis apabila keduanya telat kembali. Buruknya transisi Pogba dari menyerang ke bertahan membuat N’Golo Kante menjadi satu-satunya pemain yang bisa diandalkan untuk menghentikan eksploitasi di lini belakang.
Kante tak bakal cukup kuat untuk mengatasi pemain-pemain Kroasia yang dikenal bertenaga. Tak ayal, apabila dua sisi lapangan ini berhasil dieksploitasi, kemungkinan anak asuh Zlatko Dalic untuk menang boleh jadi bakal kian besar.

Garis Besar Serangan Kroasia yang Mudah Dipatahkan
Jika masalah Prancis diperlihatkan oleh lubang yang bisa ditimbulkan dari overlap dua bek sayap, masalah terbesar Kroasia selama Piala Dunia 2018 adalah dominasi serangan via sisi lapangan yang amat besar.
Dari enam pertandingan, 88% serangan Kroasia dilakukan lewat sayap. Hal ini tentu menjadi persoalan karena semakin bertumpunya mereka dari area tersebut, semakin mudah dipatahkan oleh lawan.
ADVERTISEMENT
Garis besar serangan Kroasia cukup mudah dibaca. Dalam setiap penguasaan bola, hampir pasti bermuara ke sisi pertahanan lawan. Entah itu dilakukan oleh Ivan Perisic, Ante Rebic, Ivan Rakitic, Ivan Strinic, atau Sime Vrsaljko, hampir pasti berakhir dengan umpan silang.
Kecenderungan tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan oleh Prancis. Dengan posisi dasar Kylian Mbappe dan Antoine Griezmann di sisi lapangan, mereka harusnya bisa membuat dua bek sayap Kroasia tak terlalu aktif mengalirkan bola atau ikut membantu serangan.
Tak hanya itu, keberadaan Paul Pogba dan Blaise Matuidi di tengah saat tak memegang bola, seharusnya juga bisa dimanfaatkan. Lewat tenaga keduanya, Prancis bisa melakukan penjagaan ketat untuk membuat Luka Modric dan Ivan Rakitic sulit mengalirkan bola.
ADVERTISEMENT

Selain serangan, masalah lain Kroasia adalah jauhnya jarak antarpemain dan posisi. Satu contohnya ada di lini tengah, di mana Marcelo Brozovic bermain terlalu dalam, sementara Rakitic dan Modric terlalu tinggi.
Hal tersebut bakal menjadi masalah besar apabila serangan Kroasia dipotong oleh lini belakang Prancis. Jauhnya jarak membuat Rakitic dan Modric kerap telat untuk memberikan bantuan saat ditekan lawan.
Selain Brozovic dengan Modric dan Rakitic, lubang juga terlihat pada area menghubungkan bek sayap dan bek tengah. Tujuh dari 10 umpan jauh yang diarahkan Inggris ke area tersebut jadi bukti bahwa tampak adanya lubang di pertahanan Kroasia.