Pratinjau: Waktunya City Melumat Schalke

20 Februari 2019 13:53 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemain Schalke merayakan kemenangan. Foto: REUTERS/Leon Kuegeler
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Schalke merayakan kemenangan. Foto: REUTERS/Leon Kuegeler
ADVERTISEMENT
Jika jarang menyimak Bundesliga musim ini, mungkin Anda akan menaruh harapan tinggi pada laga Schalke 04 versus Manchester City di Veltins-Arena, Kamis (21/2/2019).
ADVERTISEMENT
Tak berlebihan karena Schalke merupakan salah satu tim dengan sejarah panjang di Jerman. Sementara, City sukses di Inggris dalam satu dekade terakhir.
Tapi, begini... Jika musim lalu Schalke mengakhiri Bundesliga di posisi kedua, musim ini skuat besutan Domenico Tedesco itu terdampar ke posisi ke-14 akibat kalah 11 kali dalam 22 laga. Beda kelas dengan City, yang masih berada di puncak klasemen Premier League dengan menyimpan catatan empat kekalahan.
Lantas, apa yang membuat Schalke terpuruk musim ini? Dan bagaimana City bisa memanfaatkan kelemahan tim yang telah tujuh kali juarai Liga Jerman itu? Well, kita tunggu apa lagi, mari segera dibahas!
Berkenalan dengan (Masalah) Schalke Musim Ini
Tedesco melakukan selebrasi bersama suporter. Foto: Reuters/Leon Kuegeler
Seperti pada musim lalu, Schalke tampil dengan formasi tiga bek di awal musim ini. Namun, karena formasi tersebut tak menimbulkan dampak seperti musim lalu, Domenico Tedesco memutuskan untuk mengubahnya menjadi 4-4-2. Perubahan formasi ini tak serta-merta menghapus tren buruk Schalke.
ADVERTISEMENT
Malah, Die Koenigsblauen belum meraih kemenangan di liga selama Februari. Takluk 0-2 dari Borussia Moenchengladbach, lalu keok 1-3 dari Bayern Muenchen, dan bahkan ditahan imbang 0-0 dengan SC Freiburg. Rentetan hasil negatif ini muncul karena taktik Tedesco sendiri memang banyak kekurangan.
Ketika tak menguasai bola, Schalke tak segan melakukan pressing secara ekstrem. Para pemain Schalke akan berusaha keras membangun situasi 3 lawan 1 dengan tujuan agar tim lawan bermain di pinggir lapangan. Agar langkah ini sukses, bahkan bek tengah menjadi sering maju ke middle-third.
Masalahnya, jika gagal, pressing macam ini akan memberikan celah besar di lini pertahanan mereka. Akibatnya, ketika tim lawan berhasil menembus defensive third, para pemain Schalke berusaha ekstra keras untuk tampil sejajar dan merapatkan jarak dalam skema 4-4-2.
ADVERTISEMENT
Bahkan jika mereka berhasil melakukannya, bukan berarti segalanya beres. Para pemain Schalke kerap telat bereaksi sehingga tim lawan yang memiliki pemain sayap yang lincah sangat bisa memanfaatkannya.
Kebetulan, seluruh tim yang membuat Schalke gagal menang selama Februari ini memiliki pemain-pemain yang bisa memanfaatkan kelemahan ini. Di Bayern ada Kingsley Coman dan Serge Gnabry, yang piawai dalam kombinasi operan dan juga dribel dari sektor kiri dan kanan.
Penyerang Borussia Moenchengladbach, Thorgan Hazard, merayakan gol. Foto: Sascha SCHUERMANN / AFP
Sementara Moenchengladbach memiliki Thorgan Hazard yang dikenal sebagai penyerang serbabisa. Bahkan, Freiburg--yang skuatnya kalah mengilap dibandingkan Bayern dan Moenchengladbach--beberapa kali lepas dari jerat pressing yang telah dipasang Schalke.
Namun, jika Schalke berhasil merebut bola dengan langkah macam ini, mereka belum tentu juga bisa melancarkan serangan yang mengancam. Ketika menyerang, satu gelandang tengah akan bertransformasi menjadi geladandang ‘nomor 10’. Biasanya, peran ini diambil oleh Nabil Bentaleb.
ADVERTISEMENT
Bentaleb sendiri memiliki kapabilitas untuk lepas dari ruang sempit yang diciptakan tim lawan berbekal kontrol bola yang sangat baik. Selain itu, pemain berkebangsaan Aljazair ini memiliki kemampuan melepas umpan pendek dan panjang yang sama berbahayanya.
Problemnya, pemain Schalke lainnya gagap ketika dihadapkan dengan tim yang mengandalkan pressing tinggi ketika bertahan. Yang jadi musabab, empat bek dan dua gelandang akan bermain melebar ketika Schalke menguasai bola.
Andai Schalke bisa sampa ke final third, mereka harus mengandalkan urusan mencetak gol dengan penyerang yang mandul. Penyerang dengan kontribusi gol terbanyak untuk Schalke di seluruh musim ini adalah Breel Embolo dan Guido Burgstaller, dan keduanya baru mencetak tiga gol.
Embolo saat ini tengah dibekap cedera, sehingga ada kemungkinan Ahmed Kutucu akan menjadi tandem Burgstaller ketika menghadapi City. Kutucu sendiri baru berusia 18 tahun, dan dia baru tampil selama 56 menit musim ini.
ADVERTISEMENT
Suram, bukan?
Bisakah City Manfaatkan Kelemahan Schalke?
City hantam Chelsea di Etihad Stadium. Foto: REUTERS/Phil Noble
Ya, City sangat bisa memanfaatkan kelemahan Schalke. Ringkihnya pertahanan Schalke bisa dimanfaatkan oleh City mengingat mereka memiliki sejumlah pemain yang piawai menggulirkan bola dengan cepat. Di lini tengah ada David Silva, Kevin de Bruyne, hingga Bernardo Silva.
Di lini serang ada Raheem Sterling, Leroy Sane--yang merupakan mantan pemain Schalke--Sergio Aguero, dan ada juga Kyle Walker di full-back kanan. Seluruh pemain ini tengah berada dalam kondisi bugar. Tentunya ini menjadi buruk buat Schalke.
Dalam urusan bertahan, City juga andal dalam melakukan pressing ketika Fernandinho tampil. Gelandang bertahan asal Brasil itu tak hanya mumpuni dalam urusan bertahan sebagai individual, tapi juga mendikte rekan-rekannya agar tak membuka celah ketika tim tak menguasai bola.
ADVERTISEMENT
Well, dengan situasi seperti ini, kemungkinan tim berjuluk The Citizens ini akan menang mudah pada laga ini.
***
Laga leg pertama babak 16 besar Liga Champions 2018/19 antara Schalke 04 dan Manchester City akan dihelat di Stadion Veltins-Arena pada Kamis (21/2/2019). Sepak mula akan berlangsung pada pukul 03:00 WIB.