Psikolog Timnas U-16 Ungkap Kunci Redam Emosi Pemain Hadapi Malaysia

8 Agustus 2018 14:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Indonesia, M. Supriadi, berupaya melewati pemain Myanmar (Foto: Antara/Zabur Karuru)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Indonesia, M. Supriadi, berupaya melewati pemain Myanmar (Foto: Antara/Zabur Karuru)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Langkah mulus nan menawan telah dilalui Timnas Indonesia U-16 di fase grup Piala AFF U-16. Menyapu bersih lima laga dengan kemenangan bisa menjadi tolok ukur betapa gemilangnya penampilan skuat asuhan Fakhri Husaini ini.
ADVERTISEMENT
Namun, mereka tampaknya sudah harus melupakan euforia menjadi jawara grup dengan nilai sempurna itu. Pasalnya, di hadapan mereka, Malaysia U-16 kini sudah menanti di partai semifinal Piala AFF U-16 di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Kamis (9/8/2018) pukul 19:00 WIB.
Harus diakui, pertemuan dengan Malaysia di atas lapangan hijau kerab dibumbui pertikaian di luar lapangan. Tak terkecuali pada perhelatan Piala AFF U-16 ketika pemain Malaysia U-16 kedapatan mengunggah bendera Indonesia terbalik. Hal itu lantas semakin menambah hawa panas kedua negara.
Banyak pihak mengkhawatirkan rivalitas di luar lapangan itu akan berimbas kepada penampilan skuat Timnas U-16 nanti. Apalagi, dalam beberapa pertandingan di fase grup, Bagus Kahfi dan kolega sempat tersulut emosinya menyusul permainan kasar lawan.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, hal itu tampaknya sudah direspon jauh-jauh hari oleh psikolog Timnas U-16, Asti Wirawati. Menurutnya, pengendalian emosi pemain telah dilakukannya semenjak fase grup lalu.
"Pada saat fase turnamen, saya selaku psikolog cuma tinggal observasi saja. Karena program-program untuk turnamen ini sudah disiapkan saat pemusatan latihan. Ambil contohnya saat melatih emosi, itu dilakukan saat program menggambar di sesi kelas," kata Asti ketika dihubungi kumparanBOLA, Rabu (8/8/2018).
Menpora Sambut Kedatangan Timnas U-16 (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menpora Sambut Kedatangan Timnas U-16 (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
"Dan saat kompetisi ini, tugas psikolog hanya mengamati. Pada akhirnya, untuk mengatur emosi pemain itu, kembali kepada figur para pelatih. Karena saat program yang saya buat itu 'kan juga permintaan dari Coach Fakhri. Beliau sudah punya standar serta koridor-koridor yang telah ditetapkan dan tinggal mengikut pakemnya saja," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Asti memahami adanya beban tersendiri ketika para pemain menghadapi Malaysia. Apalagi, seluruh masyarakat seakan menuntut bahwa penggawa Timnas U-16 untuk harus meraih kemenangan.
"Maka di sana figur Coach Fakhri yang sangat kuat yang akan dilihat oleh anak-anak. Karena masa remaja itu sama, kok, seperti kita dulu, kalau dikasih tahu juga nggak bisa. Tetapi, meskipun nggak dikasih tahu 'kan mereka akan menyontoh apa sikap kita. Mau ngajarin pemain sabar dan nggak emosi, ya, kita harus sabar-sabar juga. Mau ngajarin pemain memegang prinsip fairplay, ya, kita harus fairplay," katanya.
"Coach Fakhri selalu bilang, 'pemain yang memiliki skill bagus, teknik serta taktik yang baik sekalipun, jika tidak respek terhadap lawan, maka si pemain tidak akan masuk ke dalam tim' dan itu yang akan selalu menjadi pakem yang dipegang oleh beliau," ucap Asti.
ADVERTISEMENT
Saat menjalani pertandingan di fase grup, pemain Timnas U-16, Bagas Kaffa, sempat mendapat kartu merah. Pemain yang berposisi sebagai bek kanan ini tak bisa menahan emosinya ketika pemain Vietnam menjahili rekan setimnya.