Romelu Lukaku Bukan Striker ‘Gede Badan Doang’

3 Juli 2018 15:51 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lukaku berduel dengan Nagatomo. (Foto: Marko Djurica/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Lukaku berduel dengan Nagatomo. (Foto: Marko Djurica/Reuters)
ADVERTISEMENT
Gede badan doang’ adalah ungkapan yang memarjinalkan, terutama kalau ditujukan untuk Romelu Lukaku.
ADVERTISEMENT
Dengan kulit legam dan badan tinggi-besar, mudah saja untuk mencap Lukaku dengan berbagai stereotip. Dengan warna kulitnya dan bangun badannya, Lukaku acap mendapatkan pandangan miring bahwa ia cuma mengandalkan otot, tanpa pernah menggunakan kecerdasannya.
Padahal kenyataannya tidak begitu. Dalam perbincangan dengan Thierry Henry untuk Sky Sports, November 2017, Lukaku mengungkapkan bahwa ia ingin jadi penyerang yang komplet. Ia tidak mau sekadar mencetak gol, tetapi juga menjadi kreator dan penyumbang assist.
Tekad itu mengungkap dua hal: Pertama, Lukaku bukan striker one dimensional (satu dimensi) yang cuma paham mencetak gol saja; kedua, ia punya pemahaman yang cukup luas akan permainan. Dua hal itu saja sudah meruntuhkan stereotip bahwa ia cuma bermodal otot belaka.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan lainnya, Lukaku mengungkapkan bahwa ia juga sering menonton beragam video untuk melatih pergerakannya di sepertiga akhir lapangan. Ucapan ini terbukti dan bukan sekadar asal ngomong. Lukaku sungguhan mempraktikkannya di lapangan.
Memang, Lukaku sering dibebani peran sebagai target man. Oleh karenanya, ia lebih sering beroperasi di dalam kotak penalti. Dengan begitu biasanya, ia membutuhkan servis operan dari para gelandang dan bakal jadi terisolir kalau aliran operan itu dipampat.
Namun, pada banyak kesempatan, ia juga menunjukkan bahwa dirinya tidak segan untuk turun ke lini kedua atau bergerak ke sisi sayap. Kebiasaan yang satu ini sudah dilakukannya sejak berseragam Everton.
Dengan begitu, Lukaku biasanya juga aktif mengkreasikan peluang untuk rekan-rekannya. Pada musim terakhirnya di Everton, ia rata-rata menicptakan 1,27 kans per laga (dari 37 pertandingan), yang mana merupakan jumlah yang cukup tinggi untuk seorang striker tunggal.
ADVERTISEMENT
Lukaku di akhir laga vs Panama. (Foto: REUTERS/Marcos Brindicci)
zoom-in-whitePerbesar
Lukaku di akhir laga vs Panama. (Foto: REUTERS/Marcos Brindicci)
Pada musim perdananya di United, Lukaku bermain 34 kali dan mengkreasikan 28 peluang. Artinya, rata-rata ia mengkreasikan 0,82 kans per laga. Jumlahnya memang turun dari torehannya di Everton, tetapi Lukaku menempati posisi empat dalam daftar kreator kans terbanyak United di Premier League 2017/18.
Salah satu bukti betapa selfless-nya Lukaku terlihat ketika United bertanding melawan Chelsea di Old Trafford, 25 Februari 2018. Pada laga tersebut, Lukaku sudah mencetak satu gol, tetapi perannya setelah itu berubah.
Ketika Jesse Lingard masuk pada menit ke-64 —menggantikan Anthony Martial—, Lukaku jadi lebih rajin untuk bergerak ke pinggir supaya Lingard bisa masuk ke area tengah. Perpindahan posisi keduanya kemudian jadi kunci kemenangan United.
“Pokoknya masuk saja ke kotak penalti, nanti aku umpankan padamu,” kata Lukaku kepada Lingard, tak lama setelah gelandang internasional Inggris itu masuk lapangan. Lagi-lagi ia tidak asal ngomong.
ADVERTISEMENT
Pada menit ke-75, Lukaku yang berada di sisi kiri pertahanan Chelsea tidak membuang waktu. Begitu menerima bola, ia langsung mengumpan bola ke area tiang dekat. Hasilnya? Bola itu disundul Lingard dan gol pun tercipta. United menang 2-1.
Lukaku topskorer Belgia. (Foto: Reuters/Grigory Dukor)
zoom-in-whitePerbesar
Lukaku topskorer Belgia. (Foto: Reuters/Grigory Dukor)
Selasa (3/7/2018) dini hari di Rostov, Rusia, Lukaku kembali menunjukkan sisi lain dirinya. Kali ini panggungnya adalah Piala Dunia 2018 dan ia tengah memperkuat negaranya, Belgia, menghadapi Jepang, yang sempat membuat The Red Devils ketinggalan 0-2 sampai menit ke-69.
Setelahnya, gol-gol dari Jan Vertonghen dan Marouane Fellaini membuat laga menjadi imbang 2-2. Situasi kemudian menjadi genting buat Belgia karena di menit-menit akhir, Jepang tetap menekan dan mendapatkan sepak pojok.
Beruntung buat Belgia, Jepang gagal memanfaatkan sepak pojok dan bola ditangkap oleh Thibaut Courtois. Dari sang kiper, Belgia pun memulai serangan balik dan di sinilah kegeniusan Lukaku terlihat.
ADVERTISEMENT
Ketika Kevin de Bruyne menginisiasi serangan balik, posisi Lukaku ada di sisi kanan luar. Namun, ia menyadari bahwa wing-back kanan Belgia, Thomas Meunier, tengah naik ke depan. Akhirnya, Lukaku memutuskan untuk bergerak menusuk ke dalam dan menarik bek Jepang, Yuto Nagatomo, bersamanya. Dengan begitu, Meunier pun mendapatkan ruang.
Bola kemudian De Bruyne kepada Meunier dan Lukaku melakukan satu manuver genius lagi. Begitu Meunier melepas umpan datar ke kotak penalti, ia memilih untuk tidak menyepaknya. Ia lebih memilih untuk melakukan gerak tipu dan membiarkan bola diterima Nacer Chadli yang berlari di belakangnya.
Lewat satu sepakan, Chadli membobol gawang Jepang. Skor berubah menjadi 3-2 dan tidak lama setelahnya pertandingan berakhir. Belgia lolos ke perempat final, Jepang terpaksa angkat koper.
ADVERTISEMENT
Chadli boleh jadi pahlawan dengan golnya di menit-menit akhir itu, tapi kecerdasan Lukaku terpampang nyata. Tanpa satu kali pun menyentuh bola, ia dua kali membuka ruang untuk rekan-rekannya. Tanpa kepekaan seperti itu, mustahil Belgia bisa mencetak gol ketiga mereka.