Saatnya Sarri dan Chelsea Bersahabat dengan Manajemen Waktu

20 November 2018 2:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Maurizio Sarri dalam laga Chelsea vs United. (Foto: REUTERS/Dylan Martinez )
zoom-in-whitePerbesar
Maurizio Sarri dalam laga Chelsea vs United. (Foto: REUTERS/Dylan Martinez )
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Waktu, kata Haruki Murakami dalam novelnya yang berjudul Dance Dance Dance, dapat memecahkan banyak persoalan. Tak ada yang tahu apakah Maurizio Sarri membaca novel itu atau tidak.
ADVERTISEMENT
Namun, keberhasilannya memecahkan sejumlah masalah di Chelsea berkaitan erat dengan kemampuan manajemen waktu. Tentang bagaimana menggunakan waktu, menyoal seperti apa mengatur waktu sehingga menjadi penyokong keberhasilan tim didikannya.
Sarri tidak datang ke Premier League dengan bergelimang keyakinan. Taktik yang kerap diusungnya di Napoli dianggap tidak akan sesuai bila diterapkan di Inggris. Publik memang mengakui kecerdasan taktik Sarri, tapi anggapan yang muncul, kecerdasannya itu hanya akan sanggup membentuk Chelsea sebagai tim yang menghibur lewat permainan cantik. Padahal, apalah artinya bermain cantik bila tak mampu merengkuh kemenangan dan gelar juara?
Yang terjadi, Chelsea belum tersungkur bersama Sarri. Mereka bahkan berani menerapkan gaya permainan berbeda. Di bawah asuhan Sarri, Chelsea bermain lebih menekan dan cenderung berani mengambil inisiatif permainan.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, 18 belas laga beruntun dituntaskan dengan catatan nirkekalahan. Rinciannya, 14 kemenangan dan empat hasil imbang. Di Premier League 2018/19 pun, Chelsea menjadi satu dari tiga tim yang belum pernah mengecap kekalahan. Singkat kata, di bawah kepemimpinan Sarri, Chelsea menjadi tim yang mampu menjaga konsistensi.
Hanya, mengharapkan Chelsea dan Sarri berjalan tanpa sekalipun tersandung sama dengan mengharapkan perkara utopis menjadi kenyataan. Pada dasarnya pun, Sarri juga menyadari bahwa skuatnya pun sedang berhadapan dengan kendala.
"Hasil-hasil yang kami torehkan dan kualitas permainan kami ada dalam grafik positif. Delapan belas laga tanpa kekalahan di berbagai kompetisi membuktikan bahwa kami sedang berjalan di trek yang benar. Yang membuat saya lebih senang adalah kami memainkan banyak pertandingan dan tidak mudah untuk membangun kemajuan tim di situasi seperti sekarang," ucap Sarri, dilansir Football Italia.
ADVERTISEMENT
"Iklim kompetisi sekarang sangat ketat sehingga beberapa latihan kami juga terganggu. Tapi, saya sudah mengetahui sejak dulu bahwa persoalan seperti ini akan muncul," jelas Sarri.
Menilik gaya kepelatihan Sarri bersama Napoli dulu, sosok asal Italia ini termasuk enggan merotasi pemain sehingga tim kehabisan bensin sebelum musim kompetisi berakhir. Kecenderungan macam ini pulalah yang dinilai masih akan menggerogoti tim asuhan Sarri bahkan saat ia sudah berkarier di Inggris.
Apalagi, selain taktik Sarri memang begitu menuntut fisik prima para pemain, Chelsea tidak memiliki skuat yang cukup dalam. Hanya ada 28 pemain yang memperkuat Chelsea pada 2018/19 ini. Yang menjadi kekhawatiran berikutnya, Premier League memiliki jadwal kompetisi yang lebih rapat bila dibandingkan dengan Serie A. Bahkan tak sampai sebulan lagi, ranah sepak bola Inggris sudah akan disibukkan dengan gelaran Boxing Day.
ADVERTISEMENT
Sebagai catatan, ini menjadi pertama kalinya Sarri berhubungan langsung dengan kultur sepak bola Inggris. Perbedaannya jelas kentara. Contohnya, ya, masalah Boxing Day tadi. Walau sudah berkali-kali menjadi wacana, Boxing Day belum diberlakukan di sistem sepak bola Italia hingga sekarang. Artinya, ini menjadi pengalaman pertama Sarri memutar otak menjaga konsistensi tim di tengah jadwal yang tak bersahabat.
Terlebih, Premier League tidak menjadi satu-satunya kompetisi yang diikuti Chelsea. Di musim perdananya bersama Chelsea saja, Sarri harus berlaga di empat kompetisi sekaligus: Premier League, Piala Liga Inggris, Piala FA, dan Liga Europa.
Para pemain Chelsea merayakan gol Olivier Giroud ke gawang BATE Borisov. (Foto: Vasily Fedosenko/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Chelsea merayakan gol Olivier Giroud ke gawang BATE Borisov. (Foto: Vasily Fedosenko/Reuters)
Hasil imbang yang diraih Chelsea dalam perjalanan mereka di Premier League saja seharusnya bisa menjadi lampu kuning. Di antara ketiga tim yang hingga pekan ke-12 belum mengalami kekalahan, Chelsea-lah yang paling banyak menuai hasil imbang. Sebagai pembanding, Manchester City mencatatkan dua hasil imbang. Sementara, Liverpool menyegel tiga hasil seri.
ADVERTISEMENT
Persoalan macam inilah yang sedapat-dapatnya sedang berusaha ditaklukkan oleh Sarri. Hal-hal positif dan negatif yang direngkuh oleh timnya dikumpulkan satu per satu, dikupas selapis demi selapis, hingga pada akhirnya ia dapat membentuk sebuhul pemahaman tentang seperti apa tim yang layak menjadi juara di Inggris.
"Sekarang ini saya sedang mencari jalan tengah antara latihan dan kompetisi. Apa yang sudah dimenangi tim ini bersama saya dan apa yang masih harus saya perbaiki. Tim ini memiliki renjana (passion) yang besar dan mereka mengekspresikannya dengan benar.'
"Saya rasa, kalau ada yang harus diperbaiki maka itu adalah pengaturan waktu. Waktu latihan yang terlalu kaku tidak akan membantu pelatih dan pemain. Dan saya pikir, yang harus dipikirkan dalam sesi latihan bukan hanya soal fisik, tapi juga mental," jelas Sarri.
ADVERTISEMENT