Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Saran Bambang Pamungkas: Dari Pengurangan Poin sampai Hapus Sepak Bola
25 September 2018 13:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Bicara rivalitas suporter yang berujung nyawa melayang, nama Bambang Pamungkas tidak bisa diabaikan. Kutipan bijaknya viral menyusul kematian Haringga Sirla menjelang pertandingan Persib Bandung vs Persija Jakarta, Minggu (23/9/2018).
ADVERTISEMENT
Ya, sebelum pertandingan sarat gengsi, sosok yang akrab disapa Bepe tersebut memang sempat memberikan imbauan ke Jakmania agar tak datang ke Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Kata kapten Persija ini, tak ada satu kemenangan pun yang sebanding dengan nyawa.
Kalimat tersebut akhirnya dilantunkan sejumlah pihak. Bahkan, situs resmi Persib sempat mencantumkannya ketika mengucapkan belasungkawa untuk Haringga.
Tak cuma itu, Bepe juga aktif bersuara terkait bagaimana cara agar insiden kematian suporter tak terulang. Bersama Andi Pecie selaku pentolan Bonekmania --sebutan suporter Persebaya Surabaya, dia berdiskusi di Twitter. Sempat tercetus saran untuk menghilangkan sepak bola dari Tanah Air.
Dari diskusi itu pula, Bepe terdorong untuk menuangkan sarannya secara lebih konkret dan komprehensif. Hingga lahirlah tulisan berjudul "Kita (Mungkin) Memang Tak Pantas".
ADVERTISEMENT
Bepe memulai tulisannya dengan nada objektif alias tidak memihak. Tidak sekadar memberikan predikat keji kepada pelaku pengeroyokan Haringga, dia turut meminta suporter untuk tidak nekat pergi melakukan perjalanan tandang seperti sang korban.
"Melakukan penganiayaan hingga mengakibatkan nyawa melayang adalah prilaku yang biadab, namun 'nekat' datang ke sebuah pertandingan away (dalam kondisi seperti saat ini) atas nama sebuah fanatisme juga jelas bukan tindakan yang dapat dibenarkan," tulis Bepe.
Setelah kepada suporter, pesan Bepe juga dialamatkan kepada para pemangku kepentingan, seperti Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi.
ADVERTISEMENT
Cukup ekstrem saran dari legenda Timnas Indonesia tersebut. Menurut dia, hukuman jangan sekadar memberikan denda karena tak menimbulkan efek jera. Kalau memang pelanggarannya parah, dia meminta agar klub juga menerima pengurangan poin.
"Ketakutan atau kekecewaan terbesar suporter adalah ketika melihat tim kebanggaannya kalah (tidak mendapatkan poin). Menurut saya federasi dalam hal ini PSSI harus mulai bermain di zona tersebut. Dengan apa? Pengurangan poin," tulis Bepe .
"Tinggal dilihat saja pada tingkatan mana pelanggaran yang dilakukan oleh suporter. Semakin berat masalah yang dibuat oleh suporter sebuah tim, maka semakin banyak poin yang akan dikurangi.
"Jadi jika suporter tidak ingin tim kesayangannya mendapatkan pengurangan poin, ya, harus menjaga perilaku di dalam dan di sekitar stadion dengan sebaik mungkin," demikian usul Bepe.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana jika kekerasan suporter sudah terlalu mengakar sehingga pengurangan poin juga tidak mempan? Bagi Bepe, langkah terakhir sekaligus skenario terburuk adalah menghilangkan sepak bola dari Republik Indonesia.
"Karena ternyata kita memang belum cukup pantas untuk memainkan olahraga sakral ini. Selesai masalah," kata Bepe.
Tidak mudah tentunya merealisasikan usulan terakhir Bepe . Pasalnya, para pesepak bola juga sempat kelimpungan ketika Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi membekukan PSSI, termasuk semua komponen di dalamnya seperti kompetisi Indonesia Super League (ISL), pada 2015 lalu.
Namun, wacana mirip-mirip sudah berkembang. Senin (24/9), Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) yang merupakan perpanjangan tangan Menpora sempat mengancam untuk menghentikan kompetisi sepak bola secara sementara apabila PSSI tak menuntaskan masalah kekerasan suporter.
ADVERTISEMENT