Sepak Bola di 2018: Dari yang Terseru hingga Terkonyol

31 Desember 2018 16:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Stadion. (Foto: Mitch Rosen/Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Stadion. (Foto: Mitch Rosen/Unsplash)
ADVERTISEMENT
Lembaran kalender 2018 telah mencapai akhir. Sebelum membuka lembar anyar 2019, ada baiknya memutar balik momen terbaik sepak bola tahun ini. Mulai dari sepak bola nasional hinga internasional. Sebelum riuh suara petasan dan terompet tahun baru dibunyikan, berikut kumparanBOLA merangkum momen 'ter-' (entah terbaik atau terkonyol) sepanjang 2018. Silakan...
ADVERTISEMENT
***
Terseru: Putusnya Hegemoni Messi-Ronaldo
Setelah 10 tahun yang 'membosankan', akhirnya Ballon d'Or menelurkan juara anyar. Tak lagi Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo--dua nama yang rutin menjadi pemenang sejak edisi 2008 lalu--melainka Luka Modric.
Di satu sisi, terpilihnya Modric tidaklah mengejutkan. Saat Messi dan Ronaldo sama-sama gagal membawa negaranya berpendar di panggung Piala Dunia 2018, tidak demikian dengan Modric. Dengan segala kesederhanaan dalam skuatnya, dia sukses membantu Kroasia menyentuh final untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Sementara di level klub, Modric berhasil mempertahankan gelar Liga Champions 2017/18 bersama Real Madrid, sekaligus menjadi menggenapkan torehan 'Si Kuping Besar' menjadi empat sepanjang kariernya.
Ronaldo dan Messi dalam El Clasico. (Foto: DANI POZO / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ronaldo dan Messi dalam El Clasico. (Foto: DANI POZO / AFP)
Teroptimistis: Pengusutan Kasus 'Match Fixing'
Nah, ini yang lagi hangat-hangatnya...
ADVERTISEMENT
Setitik cahaya tengah menerangi kelamnya dunia sepak bola Indonesia. Tangan-tangan nakal yang diduga mengotori sportivitas di sana perlahan dipanggil atuan Tugas (Satgas) Anti-Mafia Bola. Langkah tersebut dipicu dari program Mata Najwa bertajuk 'PSSI Bisa Apa?' yang menghadirkan para narasumber yang berkaitan langsung dengan kasus pengaturan skor.
Impaknya berjalan instan. Hidayat selaku nggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI memutuskan mundur karena dianggap terlibat dalam upaya pengaturan pertandingan antara PSS Sleman dan Madura FC di Liga 2.
Johar Lie Eng, Priyanto, dan Anik Yuni Artika Sari juga dicatut lantaran diduga terkait dalam kasus pengaturan skor di pertandingan Liga 3 di Jawa Tengah. Dwi Irianto alias Mbah Putih jadi nama terbaru. Kasusnya juga tak jauh-jauh dari penyuapan. Komisi Disiplin (Komdis) PSSI dan Ketua Asprov PSSI DIY itu dianggap menerima sejumlah uang untuk memuluskan klub Liga 3, Persibara Banjarnegara, untuk promosi ke Liga 2 2019.
ADVERTISEMENT
Anggota Exco PSSI Johar Ling Eng. (Foto: AFP dan kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Exco PSSI Johar Ling Eng. (Foto: AFP dan kumparan)
Tersedih: Arsene Wenger Meninggalkan Arsenal
Maaf, pendukung Arsenal (terutama kalian yang membela Arsene Wenger mati-matian), kami harus memasukkan cerita yang satu ini.
'One Arsene Wenger There's Only One Arsene Wenger' terdengar riuh di seantero Emirates Stadium. Hari itu, 6 Mei 2018, jadi laga perpisahan Wenger dengan Arsenal. Akhirnya romansa yang sudah terjalin 22 tahun lamanya itu berakhir sudah, meninggalkan 17 gelar untuk The Gunners--termasuk tiga mahkota Premier League.
Masih membekas bagaimana Wenger membangun identitas Arsenal dengan permainan atraktifnya, melalui kejeliannya dalam merekrut pemain muda berbakat. Akan tetapi, segalanya luntur seiring dengan kegagalan The Professor membawa Arsenal bersaing dengan tim Premier League lainnya. Itulah mengapa spanduk bertuliskan "Wenger Out" bukan lagi menjadi barang yang asing di tribune klub asal London itu.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya cuma Community Shield yang jadi persembahan terakhir Wenger. Hiks.
Laga terakhir Wenger di Arsenal. (Foto: REUTERS/Ian Walton)
zoom-in-whitePerbesar
Laga terakhir Wenger di Arsenal. (Foto: REUTERS/Ian Walton)
Terkonyol: Blunder Karius
Untunglah Liverpool mendatangkan kiper anyar --Alisson Becker-- pada bursa transfer musim panas 2018. Kalau tidak, entah bagaimana jadinya The Reds. Untuk memahami konteks pentingnya kiper buat Liverpool, kita kembali ke cerita yang satu ini.
Berjubel harapan disematkan para pendukung Liverpool di NSC Olimpiyskiy Stadium. Pasalnya, The Reds tinggal selangkah lagi merengkuh trof Liga Champions keenamnya andai mampu mengalahkan Real Madrid di partai puncak. Dikatakan andai karena harapannya tak selaras dengan kenyataan.
Setelah mampu bermain imbang tanpa gol di babak pertama, Liverpool akhirnya kecolongan enam menit setelah turun minum. Tragisnya, gol pembuka El Real lahir dari kesalahan Loris Karius. Bola meluncur ke gawangnya setelah lemparan Karius membentur kaki Karim Benzema.
ADVERTISEMENT
Kekonyolan kiper asal Jerman tersebut tak berhenti sampai di sana. Di menit 83, Karius gagal menangkap dengan sempurna tendangan jarak jauh Gareth Bale. Madrid yang keluar sebagai pemenang sukses menjadi juara dalam tiga edisi beruntun. Sementara Liverpool, lagi-lagi mesti mengakhiri musim tanpa satu pun gelar.
Loris Karius tertunduk di atas lapangan. (Foto: Reuters/Phil Noble)
zoom-in-whitePerbesar
Loris Karius tertunduk di atas lapangan. (Foto: Reuters/Phil Noble)
Terspesial: Piala Dunia 2018
Keberhasilan Prancis memboyong titel Piala Dunia 2018 mereka bisa dibilang bukanlah sebuah kejutan. Apalagi, kandidat juara macam Jerman, Brazil, Argentina, dan Spanyol sudah angkat koper lebih dini. Sementara Inggris dan Belgia baru kandas di babak semifinal.
Singkat cerita, Les Blues sukses melibas Kroasia 4-2 di laga pamungkas, sekaligus menjadi keberhasilan kedua mereka pada ajang sepak bola terakbar di muka bumi tersbebut. Namun, bukan cuma Prancis saja yang layak untuk dikenang dalam ajang yang dihelat di Rusia, tetapi ada banyak hal yang membuat Piala Dunia kali ini berbeda.
ADVERTISEMENT
Video Assistant Referee (VAR) menjadi perbedaan paling mendasar dibanding gelaran sebelumnya. Bantuan fitur tayangan ulang itu kemudian mendongkrak intensitas tendangan penalti dalam pertandingan. Total 29 penalti tercipta sepanjang turnamen, mengungguli catatan sebelumnya yang cuma menyentuh angka 18.
Bukan cuma itu saja, Piala Dunia 2018 juga menjadi ajang dengan jumlah gol bunuh diri tertinggi sebanyak 12. Jumlah tersebut dua kali lipat dari angka tertinggi sebelumnya di Piala Dunia 1998 silam.
Timnas Prancis mengangkat trofi Piala Dunia 2018 (Foto: Kai Pfaffenbach/REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Prancis mengangkat trofi Piala Dunia 2018 (Foto: Kai Pfaffenbach/REUTERS)
Menariknya, Piala Dunia 2018 juga menjadi yang tertinggi dari jumlah penonton. Menurut GlobalWebIndex, ada total 3,4 miliar pasang mata yang menonton gelaran tersebut, atau hampir setengah dari total populasi dunia. Sebagai perbandingan, angka tersebut mengalami peningkatan dibanding pentas di Brasil sebelumnya yang cuma mencapai 3,2 miliar.
ADVERTISEMENT
Tersabar: Persija
Akhirnya.
Tahun 2001 jadi masa yang paling dirindukan para penggemar Persija. Maklum saja, itu titel juara liga terakhir yang bisa diraih tim kesayangan mereka, saat kompetisi tertinggi di Indonesia masih bernama Liga Bank Mandiri.
Persija sebenarnya nyaris saja menggondol titel juara di edisi 2005, hingga akhirnya usaha mereka digagalkan Persipura Jayapura di babak final. Sejak saat itu 'Macan Kemayoran' tak lagi mengaum. Mereka tak pernah lagi menyentuh partai puncak.
Minggu (9/12/2018), penantian panjang Persija berakhir. Ya, setelah 17 tahun lamanya mereka akhirnya sukses mengangkat trofi juara Liga 1 usai menundukkan Mitra Kukar 2-1 di matchday pamungkas.
Pemain Persija Jakarta berselebrasi usai keluar sebagai juara Liga 1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (9/12/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Persija Jakarta berselebrasi usai keluar sebagai juara Liga 1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (9/12/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Keberhasilan Ismed Sofyan dan kolega itu juga tak berjalan mudah. Mereka didera inkonsistensi di paruh pertama kompetisi, bahkan se,pat terdampar di posisi 10 di pekan 16. 'Macan Kemayoran' juga mesti tersingkir dari AFC Cup usai dikandaskan utusan Singpura, Home United.
ADVERTISEMENT
Sampai di situ, kutukan juara Piala Presiden pun makin kentara. Ya, alih-alih merengkuh gelar Liga 1, para juara ajang pra-musim itu justru tampil jeblok. Persib Bandung dan Arema FC pernah mengalaminya sebelumnya.
Namun, perlahan pasukan Stefano Cugurra itu menemukan bentuk terbaiknya di paruh kedua. Hingga akhirnya Persija sukses merebut posisi pertama dari PSM Makasar di pekan ke-33. See? Betapa sabarnya mereka menunggu hingga dua pekan terakhir sebelum tutup musim. Sebuah bukti bahwa kesabaran tak mengingkari hasil.
Honourable Mention: "Football's Coming Home!"
Pekik girang para pemain Inggris. (Foto: Carl Recine/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Pekik girang para pemain Inggris. (Foto: Carl Recine/Reuters)
Sejak sebelum Piala Dunia 2018 dimulai, pendukung Inggris yakin betul bahwa ini adalah tahunnya mereka. Kami tidak tahu dari mana keyakinan itu berasal.
ADVERTISEMENT
Namun, faktanya... Kami hampir percaya bahwa jangan-jangan Inggris memang bisa jadi juara. Habis, gimana. Tahu-tahu saja mereka sukses lolos ke semifinal meskipun permainan mereka tidak sempurna-sempurna amat.
Sejak Euro 1996, rasa-rasanya, ini deh euforia paling besar yang dihasilkan oleh Timnas Inggris. Mirip-mirip sama Timnas Indonesia di Piala AFF 2010. Namun, ujung-ujungnya, Inggris cuma bisa menempati posisi keempat. Mereka disingkirkan Kroasia di semifinal dan kalah dari Belgia di perebutan tempat ketiga.
Kami enggak ngebayang apa jadinya kalau Inggris betulan jadi juara dunia. Jangan-jangan Premier League diliburkan sampai batas waktu yang tidak ditentukan dan orang-orang Inggris pada emoh masuk kerja sampai hari ini.