Soal Damai dengan Viking, Ketum Jakmania Buka Suara Lagi

1 Agustus 2017 20:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suporter Persija The Jakmania menyalakan flare dalam pertandingan ISC A 2016 (Foto: Twitter @Ultras_Sector5)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Persija The Jakmania menyalakan flare dalam pertandingan ISC A 2016 (Foto: Twitter @Ultras_Sector5)
ADVERTISEMENT
Jakmania adalah satu kelompok suporter terbesar di Indonesia. Jumlah anggota mereka ribuan. Banyak sekali. Ini yang kemudian menurut sang Ketua Umum, Ferry Indrasjarief, menjadi alasan kalau untuk mendamaikan Jakmania dengan rival mereka, Viking, akan membutuhkan proses yang sulit.
ADVERTISEMENT
Begini. Setelah Ricko Andrean, salah satu anggota Viking —salah satu firm Bobotoh— tewas karena rivalitas semu dengan Jakmania. Setelah itu, kata damai di antara dua kelompok suporter mulai didengungkan. Di Bekasi, Karawang, dan daerah-daerah lain, Jakmania dan Viking —atau Bobotoh pada umumnya— bertemu, melakukan aksi damai.
Tak hanya itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sampai menggelar Islah Suporter Indonesia demi mensinergikan seluruh kelompok suporter di Indonesia —khususnya Jakmania dan Viking— agar tak ada lagi pertikaian, tak ada lagi keributan, dan tentunya tak ada lagi nyawa yang melayang.
Kata damai, sebentar lagi bisa terwujud. Tapi menurut Ferry, satu hal yang sulit adalah membawa kedamaian ini ke seluruh lapisan suporter. Dari koordinator wilayah, anggota biasa, hingga ke suporter-suporter akar rumput. Proses membawa kedamaian ke seluruh kelompok lapisan Jakmania ini yang sulit.
ADVERTISEMENT
Rivalitas Jakmania dengan Viking sudah mendarah daging menjadi pangkalnya. Ricko bukanlah korban pertama yang jatuh karena pertikaian ini. Rivalitas yang berujung permusuhan, pertikaian, hingga keributan hebat ini juga sudah terjadi sejak lebih dari satu dekade lalu. Oleh sebab itu, yang paling sulit adalah menghapus dendam.
"Saya menghormati yang mau damai, saya juga menghormati mereka mau damai. Karena semua punya alasan. Tidak mungkin kalau luka tiba-tiba langsung sembuh. Pasti masih ada luka yang membuat mereka (tak ingin damai). Dan kita bicara generasi muda," kata Ferry di kantor Kemenpora, Selasa (1/8).
Demi kata damai yang mampu merangkul seluruh lapisan Jakmania, Ferry bukannya tanpa usaha. Dia mengaku sudah kerap bertemu koordinator wilayah Jakmania untuk melakukan konsolidasi. Agar kata damai tak hanya sekadar menjadi ucapan, tapi juga menjadi aksi dan para anggotanya bisa merealisasikannya.
ADVERTISEMENT
"Kami sudah konsolidasi (kepada Korwil) dan kami sudah jelaskan. Yang paling penting adalah kerja sama semua, kerja sama untuk menegakkan aturan. Misalnya alau nonton harus beli tiket, tidak boleh ada yang jebolan (masuk tanpa tiket)," ungkap dia.
Suporter Persija, Jakmania, di Stadion GBK. (Foto: PT GTS/ISC A)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Persija, Jakmania, di Stadion GBK. (Foto: PT GTS/ISC A)
Tak hanya itu saja, belakangan, rivalitas semu yang kerap menghadirkan nyanyian-nyanyian rasial di tribune penonton juga sudah mulai dilenyapkan Ferry. Terakhir, anggota Jakmania yang ketahuan menyanyikan lagu rasial kepada Viking ditegur keras olehnya. Dia pun menegaskan kalau hal itu dilakukan karena dia merasa, seharusnya, Jakmania tidak mengkotori ritual mendukung Persija dengan tindakan tak terpuji seperti itu.
"Tidak apa-apa, itu biasa saja. Saya bukan orang yang takut kehilangan simpati. Mungkin saya berlebihan, tapi lagu rasial itu —tanpa saya sebagai ketua, tanpa adanya upaya damai dengan Viking— bagi saya itu mengotori kenikmatan menonton Persija. Karena menonton Persija adalah ritual suci saya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Terakhir, Ferry juga berbicara sedikit terkait titik terang dari kasus pengeroyokan Ricko. Hari ini, Selasa (1/8), lima orang pelaku pengeroyokan itu ditangkap oleh Kepolisian Jawa Barat. "Ya, silakan (kepada pihak kepolisian) mereka untuk diproses secara hukum," tutupnya.