SOS: Pengaturan Pertandingan Bukan Hal Baru di Sepak Bola Indonesia

21 November 2018 17:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SFC vs Bali United di ISC 2016. (Foto: PT GTS)
zoom-in-whitePerbesar
SFC vs Bali United di ISC 2016. (Foto: PT GTS)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sepak bola Indonesia kembali diterpa isu yang tidak sedap. Kasus kali ini tak tanggung-tanggung, yakni pengaturan pertandingan yang diduga terjadi di Liga 1 dan Liga 2.
ADVERTISEMENT
Untuk Liga 1, beberapa pemain Persib dituduh sengaja mengalah saat 'Maung Bandung' menghadapi PSMS pada laga pekan ke-30 Go-Jek Liga 1, 9 November lalu. Dugaan sempat mengarah kepada beberapa sosok, di antaranya bek Ardi Idrus, Supardi Natsir, serta asisten pelatih Fernando Soler.
Sementara menyoal Liga 2, kasus serupa ditengarai menodai pertandingan PSMP Mojokerto menghadapi Aceh United. Terlihat dari video tendangan penalti Krisna Adi yang viral di media sosial. Ya, dalam tayangan lambat, Krisna seperti sengaja mengarahkan bola jauh dari gawang.
Bola pun benar melebar dan PSMP gagal menyamakan kedudukan. Atas hasil tersebut, PSMP gagal ke babak semifinal Liga 2 karena kalah poin dari Semen Padang dan Kalteng Putra yang lolos mewakili Grup A.
ADVERTISEMENT
Dagelan yang terjadi di sepak bola Indonesia ini membuat lembaga pemerhati sepak bola Indonesia, Save Our Soccer (SOS), ikut berkomentar. Melalui koordinator mereka, Akmal Marhali, mengaku tak heran dengan kejadian yang menimpa sepak bola Indonesia akhir-akhir ini.
"Kalau SOS melihatnya bukan suatu yang baru. Sejak 2003, SOS sudah mengangkat ini tapi sampai sekarang belum ada cara untuk mengatasinya," ucap Akmal kepada kumparanBOLA, Rabu (21/11).
Diskusi interaktif Save Our Soccer (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi interaktif Save Our Soccer (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
"PSSI terkesan membiarkan atau tahu sama tahu. Jadi kalau kemudian isu atau dugaan muncul, ya, wajar saja karena tidak ada penyelesaian secara hukum kasus-kasus dugaan match fixing. Padahal, domain dari PSSI mereka punya Komite Fair Play dan kepatutan. Mereka punya Departemen Intelijen hasil kerja sama dengan ahli dan analis data yang bisa menduga match fixing atau tidak dari sekadar melihat gerakan," kata Akmal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Akmal juga menanyakan sikap PSSI terkait masalah pengaturan pertandingan. Apalagi, hingga saat ini tidak pernah ada penyelesaian masalah dari kasus tersebut.
"Seharusnya PSSI melakukan investigasi bukan kemudian bertanya balik mana buktinya. Kalau seperti itu tidak menyelesaikan persoalan lebih kepada lempar tanggung jawab. Jadi kalau ada dugaan Persib vs PSMS harusnya diselidiki dan diinvestigasi. Kalau tidak benar sampaikan, kalau benar selidiki," ujar Akmal.
Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
"Sejatinya PSSI tahu masalah ini dari dulu, 'kan pengurusnya orang lama yang main di balik layar itu-itu juga. Ini masalah kompleks dan fundamental di sepak bola kita," tutup Akmal.
Teranyar, Ketua PSSI, Edy Rahmayadi, meminta kepada pihak yang tahu perihal pengaturan pertandingan untuk melapor. Menurut pria yang juga menjabar sebagai Gubernur Sumatera Utara itu, isu ini muncul hanya karena satu tim tak terima menelan kekalahan.
ADVERTISEMENT
"Kalau sudah kalah, pasti begitu, Anda percaya, tidak? Kemarin habis main sama Persib, PSMS Medan main sama siapa? Terus menang siapa? Nanti Semarang dibilang suap juga lagi? Suruh laporkan aja ke hukum, begitu ya," tutup Edy.