Tak Ada Lagi Kritik yang Bisa Menyakiti Higuain

22 April 2019 21:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gonzalo Higuain saat melakoni debutnya bersama Chelsea. Foto: REUTERS/Eddie Keogh
zoom-in-whitePerbesar
Gonzalo Higuain saat melakoni debutnya bersama Chelsea. Foto: REUTERS/Eddie Keogh
ADVERTISEMENT
Kalau ada orang yang bertanya sesulit apa menjadi pesepak bola, Gonzalo Higuain punya jawabannya. Pesepak bola papan atas tak berbeda jauh dengan profesi lain: Punya kenikmatan sendiri, tapi juga tak kalis dari kesusahan.
ADVERTISEMENT
Popularitas, uang melimpah, kesempatan bertandem dengan idola--semuanya boleh dikategorikan sebagai yang sedap-sedap. Lantas, dekat dengan kritik menjadi satu dari sederet hal pahit yang mesti dikecap oleh pesohor lapangan hijau.
Higuain merasakan sendiri. Kegagalan mengantarkan Timnas Argentina mengangkat trofi akbar dan keputusannya untuk hengkang dari Napoli ke Juventus pada 2016 membuatnya dihujani kritik.
Parahnya, tubian omongan tak sedap tadi tak sekadar masuk kuping kanan keluar kuping kiri, tapi mengendap dan melahirkan ketakutan buat Higuain. Dalam wawancaranya bersama ESPN Argentina, Higuain mengaku sampai tak berani bepergian dan menemui orang-orang.
Gonzalo Higuain merayakan gol Timnas Argentina ke gawang Nigeria di Piala Dunia 2018. Foto: Jorge Silva/Reuters
Hanya, Higuain yang dulu lain dengan yang sekarang. Alih-alih mengenangnya dengan melankolis, penyerang Chelsea ini justru merutuki caranya merespons keadaan di masa lalu.
ADVERTISEMENT
"Ada banyak orang jahat yang jalan-jalan tanpa beban. Mereka santai-santai saja, tuh. Lha, kami, memangnya kami orang jahat? Kami tidak membunuh orang, hanya memainkan olahraga. Kami melakukan hal-hal baik."
"Begitu memahami ini, saya langsung tidak mengurung diri lagi. Saya mencoba menikmati hidup dan mensyukurinya. Hidup jalan terus, tiba-tiba saja kita bakal berusia 40 atau 50 tahun dan tidak bisa kembali lagi. Saya hidup dengan cara yang lebih baik," jelas Higuain.
Higuain ikut membela Timnas Argentina sejak 2009 hingga 2018. Sayangnya, tak ada satu gelar mayor pun yang berhasil ia persembahkan untuk Argentina. Higuain memang berhasil mengantarkan negaranya ke final Piala Dunia 2014.
Timnas Argentina: Salah Asuhan. Foto: Daniel Rodrigo/Reuters (Stringer)
Namun, mimpi mereka untuk jadi raja dunia kandas dihajar Timnas Jerman. Di Piala Dunia 2018 lebih parah lagi. Argentina terhenti di babak 16 besar akibat dikalahkan 3-4 oleh Timnas Prancis. Padahal, kelolosan mereka dari fase grup saja sudah dramatis, ibarat keluar dari lubang jarum.
ADVERTISEMENT
Begitu pula saat berlaga di Copa America. Argentina mencapai final dua kali berturut-turut pada 2015 dan 2016. Sialnya, kedua partai puncak itu ditutup dengan kegagalan merengkuh gelar juara akibat kalah dari Chile.
Muka Higuain bahkan benar-benar tercoreng pada final 2015 karena Argentina kalah lewat adu penalti. Higuain menjadi satu dari dua pemain Argentina yang gagal menuntaskan tugas sebagai algojo sepakan penalti. Kegagalan itu benar-benar bertolak belakang dengan pamornya sebagai mesin gol Napoli.
Keputusan pindah dari Napoli pun membuat Higuain jadi musuh bersama tim asal Italia Selatan itu. Yang menjadi masalah terbesar, Higuain memutuskan untuk pindah ke Juventus. Dan rasanya, tak ada suporter fanatik klub-klub selatan yang tak muak setengah mati dengan Juventus, simbol kejayaan Italia Utara.
ADVERTISEMENT
Salah satu aksi Higuain pada laga vs Napoli. Foto: Tony Gentile/Reuters
Olok-olok bertambah hebat karena karier Higuain di Juventus tak secemerlang di Napoli. Ia bahkan sempat dipinjamkan ke AC Milan sebelum hengkang ke Stamford Bridge.
Sempat digadang-gadangkan sebagai amunisi baru di lini serang Chelsea asuhan Maurizio Sarri, Higuain nyatanya belum bisa memberikan performa terbaik. Dalam 13 laganya di semua kompetisi resmi 2018/19 bersama Chelsea, Higuain baru mempersembahkan tiga gol.
Singkat kata, Higuain masih kesulitan. Situasi tambah tak sedap karena berseliweran desas-desus tentang rencana klub untuk mendepaknya. Tak heran jika omongan bertambah miring dari hari ke hari.
Higuain boleh bertarung hebat di atas lapangan hijau. Adu fisik menjadi makanan sehari-harinya, latihan berat menjadi kawan akrabnya. Tapi, bukan berarti ia tak babak-belur berhadapan dengan serbuan kritik.
ADVERTISEMENT
Selebrasi dari Gonzalo Higuain. Foto: Reuters/John Sibley
Apalagi, kritik gemar menghampiri walau kita pergi menjauh. Higuain bahkan menjelaskan omongan tak sedap itu tetap terdengar walau ia tak menyentuh media sosial. Berangkat dari situ, Higuain hanya punya dua pilihan: hidup terpuruk atau shake the dust off his feet.
"Sekarang saya ada pada fase di mana tidak ada satu pun hal dalam hidup bisa menyakiti saya. Saya orang baik dan selalu mengerjakan segala sesuatu dengan baik di mana pun saya berada."
"Saya ingin orang-orang mencintai saya karena saya menjadi orang baik dan menjadi diri sendiri, bukannya karena gelar-gelar yang saya menangi," ucap Higuain.