Tak Ada VAR, Madura United Minta Wasit Cek Video Lewat Ponsel

18 September 2019 18:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wasit pemimpin laga Borneo FC vs Madura United. Foto: Dok. Madura United (Instagram)
zoom-in-whitePerbesar
Wasit pemimpin laga Borneo FC vs Madura United. Foto: Dok. Madura United (Instagram)
ADVERTISEMENT
Tak ada yang namanya Video Assistant Referee (VAR) di Liga 1 2019. Maka, hal yang kemudian dilakukan para pemain Madura United untuk melayangkan protes adalah meminta wasit mengecek tayangan ulang via ponsel.
ADVERTISEMENT
Itulah yang tersaji saat mereka bertandang ke kandang Borneo FC di Stadion Segiri, Rabu (18/9/2019) sore WIB. Lebih lanjut, segalanya berawal dari keputusan wasit yang dianggap kurang tepat.
Saat itu, tepatnya pada pengujung pertandingan ketika kedudukan imbang 1-1, tim tuan rumah mendapat hadiah penalti. Asep Berlian dianggap melanggar Muhammad Sihran di kotak terlarang.
Namun, tim tamu beranggapan sebaliknya. Menurut mereka, hal tersebut bukan sebuah pelanggaran.
Protes lantas dilayangkan kepada sang pengadil pertandingan. Tak digubris, para pemain Madura United memilih untuk keluar. Laga pun terhenti selama beberapa menit.
Nah, pada masa inilah kejadian unik itu terlihat. Dari pinggir lapangan, sejumlah pemain tim 'Sape Kerrab' tampak menenteng ponsel.
Ada Alberto Goncalves, Jaimerson Xavier, hingga Asep Berlian. Beberapa saat kemudian, mereka terlihat seperti meminta wasit menyimak sesuatu di ponsel tersebut.
ADVERTISEMENT
Besar kemungkinan itu ialah tayangan ulang ketika pelanggaran tadi terjadi. Ini terlihat dari gestur Beto dan Jaime yang berulang kali mendekati wasit sembari berucap sejumlah hal.
Sayangnya, wasit sudah bulat dengan keputusan awal. Penalti tetap diberikan untuk tim tuan rumah dan Lerby Eliandri mampu mengeksekusinya dengan sempurna.
Omong-omong soal penalti, apa yang Borneo FC dapat pada masa tambahan waktu tersebut bukan yang pertama pada laga ini.
Menit ke-83, mereka juga sempat memperoleh hal serupa. Namun, Matias Conti, yang saat itu maju sebagai eksekutor, tak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.