Tanpa Pogba, Man United Harus Bagaimana?

18 Juni 2019 13:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi Pogba di laga vs Barcelona. Foto: AFP/Josep Lago
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Pogba di laga vs Barcelona. Foto: AFP/Josep Lago
ADVERTISEMENT
Pintu keluar Paul Labile Pogba dari Manchester United semakin lebar saja terbuka. Pemain asal Prancis itu sudah secara terang-terangan mengungkapkan keinginannya untuk mencari tantangan baru di tempat lain. Tak lama setelah pernyataan itu keluar, muncul berita bahwa Real Madrid bakal segera merampungkan transfer si pemain pada awal Juli.
ADVERTISEMENT
Sampai pada titik ini, semuanya cuma tinggal tunggu waktu. Maka, sudah semestinya Manchester United mulai memikirkan bagaimana mereka bakal hidup tanpa Pogba pada musim depan.
Pogba adalah bintang terbesar Manchester United saat ini. Tak cuma dari segi profil, tetapi juga soal kontribusi di lapangan hijau. Musim 2018/19 lalu, meskipun diterpa kritik dari kanan-kiri, Pogba adalah pemain terbaik United di sembilan kategori berbeda, mulai dari jumlah gol dan assist sampai jumlah keberhasilan melakukan duel.
Dengan demikian, sah rasanya untuk berkata bahwa kehilangan Pogba adalah masalah besar bagi Manchester United. Jika pemain asal Prancis itu sampai angkat kaki nanti, 'Iblis Merah' akan kehilangan sosok serbabisa di lini tengah yang tak jarang mengeluarkan United dari lubang jarum.
ADVERTISEMENT
Sepuluh tahun silam Manchester United sudah pernah berada dalam situasi serupa. Ketika itu mereka kehilangan salah satu pemain terbaik dalam sejarah klub, Cristiano Ronaldo, yang memilih untuk hengkang ke Real Madrid. Di situasi sekarang, haram hukumnya bagi United untuk mengulangi kesalahan yang mereka buat saat itu.
Ronaldo kala itu hengkang ke Real Madrid sebagai pemain termahal dunia. Meski demikian, Manchester United tidak pernah benar-benar menginvestasikan uang transfer Ronaldo itu untuk mencari pengganti sepadan atau membangun ulang tim. Dari uang 84,6 juta poundsterling yang diterima, United cuma membelanjakan 20 juta di antaranya untuk mendatangkan Luis Antonio Valencia, Gabriel Obertan, dan Michael Owen.
Ketika itu, Manchester United masih merupakan salah satu tim terbaik di Inggris dan Eropa. Tanpa keberadaan Ronaldo pun mereka masih mampu mencapai babak final Liga Champions pada musim 2010/11. Namun, faktor Sir Alex Ferguson sangat besar di situ. Sementara, skuat United sendiri sebetulnya sudah mulai usang.
ADVERTISEMENT
Ketika akhirnya Sir Alex pensiun, bobroknya skuat Manchester United itu baru benar-benar terasa. Mereka sebetulnya sudah berusaha melakukan peremajaan dengan membelanjakan uang ratusan juta poundsterling untuk membeli pemain baru. Akan tetapi, tanpa rencana yang jelas, pembelian-pembelian tadi jadi sia-sia. Banyak pemain yang cuma numpang lewat tanpa kontribusi berarti padahal mereka dibeli dengan harga selangit, seperti Angel di Maria.
Aksi Di Maria ketika PSG lawan Manchester United. Foto: Paul Ellis / AFP
Pembelian Pogba sendiri adalah produk dari rezim yang sembrono itu tadi. Setelah 'bersekolah' di Juventus dan menjadi salah satu gelandang paling potensial di dunia, Pogba pun kembali ke United sebagai pesepak bola termahal dunia.
Sayangnya, manajemen klub tak pernah benar-benar membangun tim yang pas untuk menyokong Pogba. Pada akhirnya, Pogba memang masih mampu menunjukkan kebolehannya, tetapi itu semua tidak cukup untuk mendongkrak prestasi klub secara holistik. Pogba yang kini sudah berusia 26 tahun itu pun merasa sudah mentok di Manchester United sehingga akhirnya memilih untuk mencari tantangan baru.
ADVERTISEMENT
Ada perbedaan besar antara kepergian Ronaldo dan kepergian Pogba. Ketika Ronaldo pergi, Manchester United masih berada di puncak dan mereka masih mampu bertahan di sana sampai beberapa tahun sesudahnya. Kini, Pogba sudah berada di ambang pintu keluar tetapi United yang dia tinggalkan bukanlah United yang ditinggalkan Ronaldo dulu.
Manchester United yang ditinggalkan Pogba adalah Manchester United yang masih belum bisa mencari pengganti Ronaldo. Bahkan, bukan cuma Ronaldo pemain bintang yang belum bisa dicari suksesornya.
Ronaldo ketika masih membela Manchester United. Foto: SIMON BELLIS / AFP
The Red Devils sampai saat ini belum mampu mencari pengganti Nemanja Vidic, Rio Ferdinand, Gary Neville, Patrice Evra, Michael Carrick, Paul Scholes, Ryan Giggs, dan Wayne Rooney. Dengan kata lain, United yang ditinggalkan Pogba ini adalah United yang sudah tak bisa lagi dikenali wujudnya.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, risiko kepindahan Pogba ini sangatlah besar. Pogba saat ini adalah satu dari dua pemain, bersama David de Gea, yang layak menjadi pemain Manchester United. Oleh karena itu, manajemen tak boleh lagi bergerak bak ayam tanpa kepala di bursa transfer. Harus ada rencana yang disusun dan dieksekusi dengan matang.
Sampai sekarang, rencana tersebut belum terlihat wujudnya. Manchester United memang sudah melepas sejumlah pemain seperti Ander Herrera dan Valencia serta telah merekrut pemain sayap muda Daniel James. Di sini terlihat bahwa Ole Gunnar Solskjaer ingin melakukan regenerasi di tubuh klub. Akan tetapi, di regenerasi ini, identitas seperti apa yang ingin dibentuk belum juga tampak.
Inilah mengapa kepindahan Pogba sangatlah berbahaya bagi Manchester United. Apalagi, beberapa waktu lalu Ed Woodward sudah mengatakan bahwa kalaupun United mendatangkan direktur olahraga, kewenangan transfer tetap akan jadi miliknya.
ADVERTISEMENT
Ed Woodward (tengah), CEO Manchester United. Foto: FRANCK FIFE / AFP
Dengan hierarki yang tidak sehat seperti ini, Woodward bisa dengan mudah tidak mengindahkan keinginan pelatih serta menyelewengkan uang transfer Pogba untuk memperkaya bos-bosnya. Pada dasarnya, inilah yang terjadi dengan transfer Ronaldo dulu.
Hal itulah yang tidak boleh diulangi oleh Manchester United karena sesungguhnya kepindahan Pogba ini berpotensi untuk menjadi tonggak bagi era baru Manchester United. Kepindahan Pogba membuka ruang kreasi yang benar-benar baru baik bagi pemain, pelatih, maupun jajaran manajemen klub. Selain mendapatkan uang transfer, beban keuangan United juga bakal berkurang dengan hilangnya kewajiban membayar gaji Pogba.
Namun, itu semua hanya akan berhasil jika uang penjualan Pogba diinvestasikan dengan cerdas. Maka, kembali lagi, United harus punya rencana dan rambu-rambu dalam rencana itu tidak boleh dilanggar.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, yang terlihat sangat dibutuhkan United adalah bek tengah, bek kanan, kreator, serta penyerang sayap. Jika uang Pogba nantinya digunakan untuk membenahi area-area itu, barulah United punya kesempatan untuk keluar dari perangkap yang mereka buat sendiri ini.