Tentang Rumput Buruk di National Olympic Stadium, Phnom Penh

21 Februari 2019 12:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Stadion Nasional Olimpiade Phnom Penh, Kamboja. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Stadion Nasional Olimpiade Phnom Penh, Kamboja. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
National Olympic Stadium di Kota Phnom Penh menuai kritik. Rumput sintetisnya sungguh buruk dan mengganggu jalannya bola.
ADVERTISEMENT
"Kayak lapangan futsal dekat rumah gue," ujar seorang kolega saat melihat secara langsung kualitas rumput National Stadium. Ya, seperti yang Anda lihat di layar kaca, rumput National Stadium Phnom Penh memang jauh dari kata baik.
Lebih banyak karet hitamnya dibandingkan dengan rumput hijaunya. Saat pertama kali datang, tak ada kemewahan yang diperlihatkan stadion dari luar. Tak hanya lapangan sepak bola yang berada di area ini. Ada juga lapangan basket dan gym.
Letaknya memang di tengah kota, tetapi secara bangunan terlihat tak modern. Hanya ada satu tribune, yaitu tribune VIP. Itu pun kursi biasa, bukan kursi lipat seperti yang ada di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Sisanya, bangku penonton menggunakan semen layaknya Stadion Benteng Tangerang. Uniknya lagi, tribune bersemen ini juga tak tertutup atap.
ADVERTISEMENT
Untuk parkiran, National Olympic Stadium tak kekurangan. Lahan parkir terhampar luas di luar stadion. Jajanan-jajanan khas kaki lima juga tersaji di area parkir stadion ini.
Stadion Nasional Olimpiade Phnom Penh, Kamboja. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Pintu masuk juga tergolong unik. Untuk tribune tak berkursi, penonton harus naik ke tangga yang cukup curam. Bunga-bunga dengan pot menghiasi tembok-tembok di samping-samping tangga.
kumparanBOLA yang hadir langsung di Kamboja mencoba untuk menginjak rumput National Olympic Stadium, Rabu (20/2/2019). Saat itu, kami datang tiga jam sebelum laga Indonesia vs Malaysia berlangsung.
Hawa panas langsung terasa di telapak kaki saat menginjak rumput stadion. Kami tak membayangkan bagaimana kondisi kaki bila jatuh di atas rumput stadion tersebut.
Uniknya, saat kami datang kondisi rumput sedang disiram. Agak membingungkan memang mengapa rumput yang tidak asli ini disiram.
ADVERTISEMENT
Kondisi rumput yang sangat berat dan sulit untuk mengalirkan bola ini dikritik oleh pemain-pemain Timnas U-22. Dimas Drajad dan Rafi Syaharil membeberkan bila dirinya harus lebih melakukan adaptasi terhadap lapangan.
Kami mencoba menemui pihak Federasi Sepak Bola Kamboja (FFC) dan menanyakan perihal lapangan. Beruntungnya, kami berjumpa dengan Ye Sovandhi, salah seorang staff media dari CNCC --semacam operator liga sepak bola Kamboja.
Sovandhi mengatakan cukup banyak lapangan bola yang ada di Kamboja. Namun, stadion yang ada di kota Phnom Penh hanya tiga.
"Ada satu stadion di sini yang memiliki rumput asli dan itu milik dari Phnom Penh Grown FC," ucapnya kepada kumparanBOLA.
Stadion Nasional Olimpiade Phnom Penh, Kamboja. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Pria yang kami temui di pinggir lapangan National Olympic Stadium itu juga menjelaskan soal rumput sintetis di stadion ini.
ADVERTISEMENT
"Lapangan ini tadinya menggunakan rumput asli lalu direnovasi dengan dana bantuan FIFA," ucap Sovandhi.
"Rumput sintetis itu bisa tahan hingga lima tahun. Ini merupakan tahun keempat penggunaan rumput sintetis, berarti tinggal setahun lagi harus ganti. Tapi, saya tidak tahu apakah nanti akan menggunakan rumput asli atau sintetis," lanjut Sovandhi.
Perihal protes yang dilancarkan oleh Timnas U-22, Sovandhi mewajarkannya. Pria bertubuh gempal itu mengaku tak cuma Indonesia saja yang melakukan protes perihal lapangan.
Well, meski kondisi lapangan tak memungkinkan untuk bermain pepepa (pendek-pendek panjang) khas Indra Sjafri, itu harusnya tak menjadi sebuah alasan. Seperti apa yang Indra Sjafri katakan, toh semua tim menggunakan lapangan yang sama juga saat bertanding.