Ter Stegen: Dari Mencetak Gol ke Menghentikan Gol

10 April 2018 18:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ter Stegen dalam sesi latihan Barcelona. (Foto: REUTERS/Albert Gea)
zoom-in-whitePerbesar
Ter Stegen dalam sesi latihan Barcelona. (Foto: REUTERS/Albert Gea)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak semua bocah yang bermimpi jadi pesepak bola ingin menjadi kiper. Kiper adalah posisi yang asing; dari sana kesempatan Anda untuk mencetak gol sangat-sangat kecil. Kiper juga jarang diberi lampu sorot dan, buruknya lagi, kerap disalahkan jika melakukan satu kesalahan sekecil apa pun.
ADVERTISEMENT
Dari situlah, bocah-bocah kerap meninggalkan posisi penjaga gawang dalam mimpi mereka. Mereka lebih memilih menjadi striker yang tentu saja mudah jadi bintang jika mencetak gol, jadi pemain tengah yang tak jarang mendapat lampu sorot, atau buruk-buruknya, ya, jadi pemain belakang.
Kiper-kiper hebat yang hadir di dunia sepak bola pun demikian. Biasanya, mereka tak sengaja menjadi kiper dan kiper bukanlah posisi favorit mereka di masa kecil. Gianluigi Buffon, misalnya. Kiper kawakan Italia itu tidak dari kecil bermain sebagai kiper.
Dia dulunya adalah seorang striker dan baru di usia 12 tahun --setelah menonton aksi kiper Tim Nasional (Timnas) Kamerun, Thomas N'Kono, di Piala Dunia 1990-- Buffon memutuskan berganti posisi menjadi kiper. Dan semua orang tahu keputusan itu adalah saah satu keputusan terbaik dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
Marc-Andre ter Stegen, kiper bagus lain di sepak bola saat ini, juga bernasib seperti Buffon. Di masa kecil, pria Jerman itu menghabiskan pertandingan sepak bola sebagai seorang pemain depan. Ter Stegen, lewat kolomnya di Player's Tribune, mengaku sangat suka mencetak gol dan karena itu posisi striker dia pilih.
Namun, pada satu siang di usia 10 tahun ketika penjaga gawang timnya tak bisa bermain, Ter Stegen mengubah posisinya menjadi penjaga gawang. Itu sebenarnya tidak sengaja; kala itu, selain dirinya, tak ada lagi yang mau menjaga gawang. Dan sejak itulah posisinya berubah.
"Jadi, saya menjadi kiper dan.... saya menyukainya. Tidak ada realisasi atau perubahan besar bagi saya. Saya tidak tiba-tiba jatuh cinta dengan posisi kiper, tapi... itu menyenangkan. Dan setiap kali saya bermain, saya merasa lebih nyaman," begitu tulis Ter Stegen.
ADVERTISEMENT
Aksi Ter Stegen saat bela Barcelona. (Foto: LLUIS GENE / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Ter Stegen saat bela Barcelona. (Foto: LLUIS GENE / AFP)
Perubahan posisi itu pada akhirnya menuntun Ter Stegen kepada karier sepak bola yang lebih baik. Dia mengaku masih amat menyukai mencetak gol, tapi sang pelatih di masa kecilnya menilai bahwa dia lebih bagus menjadi kiper ketimbang pemain depan; atau dia bisa jadi pemain depan di klub lain.
Ter Stegen bocah tak mau hengkang. Baginya Akademi Borussia Moenchengladbach, klub masa kecilnya, adalah segala-galanya. Dia adalah bocah asli Moenchengladbach dan bermain untuk klub kota kelahiran adalah hal yang membanggakan. Terlebih lagi, dia didukung oleh keluarga--terutama sang kakek--untuk tetap bertahan.
Ter Stegen menggantungkan kegemarannya mencetak gol di belakang pintu kamarnya dan tak pernah membawa hal itu lagi setiap kali latihan. Yang dia bawa adalah ambisi dan semangat untuk terus bermain bersama Gladbach di posisi mana pun.
ADVERTISEMENT
Semangat dan motivasi itu kemudian menuntun Ter Stegen menjadi kiper yang tangguh. 2009, ketika berusia 17 tahun, tim senior Gladbach datang memanggil. Namun kesempatan tak datang begitu saja, dia butuh bersusah-susah di tim cadangan dulu sampai kemudian di April 2011, dia mendapat debut bersama tim utama.
Musim-musim berikutnya, penampilannya bersama Gladbach menanjak. Dia sudah menjadi kiper utama, menyingkirkan kiper-kiper yang lebih senior. Performanya sebagai kiper apik mulai diakui dunia. Pada 2013, tawaran dari Barcelona datang, tapi Ter Stegen memutuskan masih ingin membela Gladbach, sampai akhir musim 2013/14.
5 Mei 2014, di laga kandang terakhirnya bersama Gladbach, Ter Stegen melakukan perpisahan dengan bergelimang air mata. Sesulit itu baginya untuk meninggalkan klub tanah kelahirannya dan kemudian hengkang ke negeri orang. Namun, yang memanggil adalah Barcelona dan dia sulit menolak.
ADVERTISEMENT
Musim 2014/15 kemudian jadi musim pertamanya bersama Barcelona. Musim itu bukanlah musim yang mudah baginya, sebab di musim itu dia adalah kiper kedua setelah Claudio Bravo. Namun, dia tak patah arang. Kesempatannya ketika jadi kiper utama di ajang Liga Champions dan Copa del Rey tak disia-siakan.
Ketika peluang Bale digagalkan Ter Stegen. (Foto: REUTERS/Paul Hanna)
zoom-in-whitePerbesar
Ketika peluang Bale digagalkan Ter Stegen. (Foto: REUTERS/Paul Hanna)
Di dua kompetisi itu, dia mampu tampil bagus dan pada akhirnya membawa Barcelona jadi kampiun. Ya, di dua kompetisi berbeda. Tapi itu juga tak lantas menjadikannya kiper utama. Pada musim berikutnya, Luis Enrique, pelatih Barca kala itu, masih percaya pada Bravo. Ter Stegen pun masih setia menunggu di bangku cadangan.
Barulah pada musim berikutnya, ketika Bravo hengkang ke Manchester City, Ter Stegen mendapat tempatnya di posisi utama. Dan ketika kesempatan itu akhirnya datang, penjaga gawang Tim Nasional (Timnas) Jerman itu membuktikan bahwa Barcelona tak perlu mencari kiper lain lagi.
ADVERTISEMENT
Musim itu berlalu dan saat ini, Ter Stegen adalah penjaga gawang nomor satu Barca. Dia adalah sosok yang tak tergantikan di kubu Blaugrana. Pelatih saat ini, Ernesto Valverde, begitu percaya kepadanya. Dia adalah salah satu sosok penting di balik begitu superiornya Barcelona musim ini.
Di La Liga, Barcelona baru kebobolan 16 kali--jadi tim dengan catatan kebobolan paling sedikit kedua. Di Liga Champions, Barcelona baru kebobolan tiga kali dan catatan itu adalah catatan terbaik dibanding kontestan-kontestan lainnya.
Catatan yang memukau, meski Ter Stegen 'hanya' punya statistik 2,4 penyelamatan per laga di La Liga dan 2,5 penyelamatan per laga di Liga Champions. Dia pula yang kemudian menjadi salah satu aktor di balik lancarnya build-up ciamik Barcelona dari lini belakang itu.
ADVERTISEMENT
Di musim ini pula, dia kerap menunjukkan penyelamatan-penyelamatan gemilang yang membuat penonton terbelalak. Ter Stegen benar-benar membuktikan diri bisa menembus jajaran elite penjaga gawang dunia. Dia bisa dibilang hampir bisa menyamai level seniornya, Manuel Neuer.
Dan jika pada akhir musim nanti Barcelona bergelimang gelar, pantaslah kredit juga diberikan setinggi mungkin kepadanya. Sebab, dia memang pantas untuk mendapatkannya. Pun jika dia tak kebobolan pada laga leg kedua semifinal Liga Champions kontra AS Roma di Stadion Olimpico, Rabu (11/4/2018) dini hari WIB nanti.
Itulah Ter Stegen. Si bocah asli Gladbach yang pernah menangis karena semasa kecil pernah diberi tahu pelatihnya bahwa dia kurang bagus itu, pada akhirnya berhasil membuktikan sebagus apa dirinya kepada dunia.
ADVERTISEMENT