Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Untuk Lolos dari Lubang Jarum, Liverpool Berpegang pada Tuah Anfield
11 Desember 2018 2:29 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB

ADVERTISEMENT
Di dunia 'si kulit bundar', kekalahan maupun kegagalan adalah musuh yang tak bosan-bosannya mengintip dan menyerang. Manajer Liverpool, Juergen Klopp, memahami hukum tersebut.
ADVERTISEMENT
Posisi Liverpool tengah terjepit di Liga Champions. Kans The Reds lolos dari fase grup tergolong kecil setelah keok 1-2 dari Paris Saint-Germain (PSG) pada matchday kelima di Parc des Princes Stadium, Kamis (29/11/2018). Atas hasil minor tersebut, Liverpool bertengger di peringkat ketiga Grup C dengan enam poin. Terbentang jarak dua angka dengan PSG yang berada di posisi kedua dan tiga poin dari si pemuncak tabel, Napoli.
Untuk melaju ke babak 16 besar, Liverpool mesti menang bersyarat pada laga pamungkas fase grup melawan Napoli di Anfield Stadium, Rabu (12/12) dini hari WIB. Mengacu pada regulasi menyoal gol tandang, Liverpool bisa lolos dengan mencetak satu gol asalkan tak kebobolan. Jika kemasukan gol, pasukan Klopp harus menang dengan keunggulan minimal dua gol.
ADVERTISEMENT
Klopp tak memungkiri bahwa tuntutan tersebut bisa saja menyetop langkah Liverpool di kompetisi level teratas Eropa. Apabila Liverpool benar-benar gagal, suporter tak usah sibuk mencari pihak yang paling bersalah. Sebab, dalam pandangan Klopp, kepelikan 'Si Merah' hadir karena kelengahan tim, termasuk ia sendiri.

"Setelah (kalah 0-1) melawan Napoli (dalam partai kedua), situasi kami menjadi terhimpit. Terlebih, seusai pulang dari Belgrade (kalah 0-2 dari Crvena Zvevda)," ucap eks juru taktik Borussia Dortmund itu sebagaimana dilansir ESPNFC.
"Di Paris, kami tampil jauh lebih apik. Kamu dapat kalah dari PSG di stadion mereka sendiri. Kami sempat memberikan perlawanan sengit, tetapi pada akhirnya kami kehilangan segalanya."
"Kamilah yang menyebabkan situasi menjadi baik atau buruk. Karena grup ini sulit, setiap hasil imbang atau kalah akan diganjar dengan peluang yang semakin kecil. Tapi, kesempatan itu (lolos dari fase grup) masih ada. Dan kami harus memanfaatkan setiap peluang dengan sebaik-baiknya," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Optimisme yang diusung Klopp tak lepas dari tuah Anfield. Ya, stadion itu memang terkenal dengan keangkerannya, terutama dalam pertandingan Liga Champions. Misalnya, saat menjamu PSG dalam partai pembuka Grup C pada Rabu (19/9) lalu. Liverpool unggul 2-0 saat laga baru berusia 36 menit via gol Daniel Sturridge dan James Milner. Namun, menginjak menit 83, PSG mampu menyamakan skor melalui lesakan Thomas Meunier dan Kylian Mbappe.

Saat laga diprediksi akan berakhir imbang 2-2, Roberto Firmino keluar sebagai pahlawan kemenangan Liverpool berkat gol yang ia cetak pada masa injury time. Ada peran suporter di balik keberhasilan tersebut. Teriakan-teriakan yang terus mereka dentumkan di tribune menggoyahkan mental dan fokus PSG. Berangkat dari situ, Klopp menaruh asa.
ADVERTISEMENT
"Kami punya catatan baik di kandang, tapi kami harus lebih baik lagi saat menjamu Napoli besok. Saya menginformasikan kepada skuat bahwa kami akan mendapatkan apa yang kami inginkan dengan mengokohkan pertahanan dan mempertajam lini depan," katanya.
"Atmosfer Anfield harus dimaksimalkan. Saya benar-benar menantikan laga besok. Ini adalah kesempatan bagi kami--kesempatan untuk memperbaiki segalanya," tutup Klopp.