Warna-warni Karier Totti

4 Mei 2017 14:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
25 tahun karier Totti yang hebat. (Foto: Reuters/Alessandro Bianchi)
Pada petang 11 September 2016 lalu, hujan deras yang disertai petir kencang mengguyur Stadion Olimpico, Roma. Jelas itu sebuah situasi yang amat buruk. Pasalnya, stadion megah itu akan menghelat sebuah laga Serie A antara AS Roma menghadapi Sampdoria.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, kendati badai menerjang, Olimpico tetap menghelat laga tersebut. Namun, 45 menit laga berjalan Roma justru tertimpa sial. Selain karena harus menjalani laga di tengah badai yang amat berisiko, Roma juga tertinggal dari tamunya itu dengan skor 1-2.
Luciano Spalletti panik. Pelatih berkepala plontos ini tak ingin para penonton yang telah menembus hujan dan petir untuk menyaksikan tim kesayangannya berlaga menjadi kecewa. Kemudian dimasukkanlah dua sosok penting di babak kedua. Pertama, sang striker andalan, Edin Dzeko. Kedua, Sang Pangeran, Francesco Totti.
Kedua pemain itu dimasukkan dengan tujuan jelas: untuk menjadi penyelamat I Giallorossi. Nyatanya, keputusan Spalletti berbuah manis. Menit 61, Totti mengirimkan umpan lambung first-time dari sisi sayap kiri ke kotak penalti. Bola melayang melewati dua bek Sampdoria dan mendarat dengan mulus di kaki Edin Dzeko. Kemudian, skor berubah menjadi 2-2.
ADVERTISEMENT
Peruntungan Roma belum selesai sampai di sini. Memasuki injury time, pemain belakang Sampdoria, Milan Skriniar, menjegal Dzeko di kotak penalti sendiri. Hasilnya, wasit menunjuk titik putih dan memberi hadiah penalti buat Roma. Kita tahu kemudian: Sang Pangeran maju menjadi algojonya.
Totti mengambil ancang-ancang, ia menarik napas dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya. Badai sudah mereda, pelangi menghiasi awan Olimpico. Langkah dan tendangannya begitu pasti. Bola meluncur ke sudut kanan gawang Sampdoria. Gol. Roma menang 3-2. Sang Pangeran benar-benar menjadi penyelamat.
Selebrasi khas sang pangeran. (Foto: Reuters/REUTERS/Phil Noble)
Tapi tahukah Anda, kalau itu adalah salah satu momen tersulit Totti saat berhadapan dengan sebuah tendangan penalti? Ya, saat itu, Totti mengaku jika itu adalah salah satu momen paling emosional dalam kariernya.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah pertama kalinya saya sedikit takut jika saya akan gagal. Terlalu penting untuk menghadiahi pertandingan ini dengan sebuah assist dan gol. Selain itu, saya berada di depan Curva Sud, jadi saya tidak boleh gagal," ujarnya.
Totti, mungkin sudah pernah menghadapi penalti dengan momen-momen yang lebih krusial. Saat menghadapi Australia di 16 besar Piala Dunia 2016, misalnya. Tapi, di depan Curva Sud, dua minggu sebelum hari ulang tahunnya yang ke-40, mencetak gol memang sebuah hadiah yang tak ternilai spesialnya.
Tapi, cerita-cerita Totti seperti itu sudah akan berakhir. Pasalnya, pada akhir musim ini sang maestro akan mengakhiri karier sebagai seorang pemain sepak bola. Totti akan pensiun. Sang Pangeran tak akan lagi membela dan memberikan kemenangan untuk Roma. Sang kapten merasa masa baktinya sudah cukup.
ADVERTISEMENT
Dan untuk mengenang kariernya yang sudah berlangsung lebih dari 25 tahun, kami dari kumparan (kumparan.com) mencoba memberi beberapa trivia menarik tentang Totti untuk Anda. Jangan khawatir, kami memberikannya cukup banyak, supaya Anda punya banyak kenangan akan dia yang bakal segera gantung sepatu ini.
Totti tatap garis akhir. (Foto: Paolo Bruno/Stringer)
- Totti lahir dari ayah bernama Lorenzo yang merupakan seorang pegawai bank dan ibu bernama Fiorella yang merupakan ibu rumah tangga. Dalam asuhan keduanya di sebuah apartemen sempit di Kota Roma, Totti tumbuh dengan cepat. Dia sudah bisa berjalan di usia sembilan bulan!
- Totti pertama kali menunjukkan bakat sebagai pesepak bola di usia empat tahun. Kala itu, dalam sebuah luburan keluarga ke sebuah pantai di pesisir Torvaianica, Totti bermain bola dengan anak-anak yang usianya dua kali lipat dibanding dirinya. Totti sempat ditolak kala itu.
ADVERTISEMENT
Segerombolan anak berusia delapan tahun menganggapnya terlalu kecil. Akan tetapi berkat bujukan sang ayah kepada segerombolan bocah tersebut, Totti akhirnya diperbolehkan bermain. Siapa sangka, bocah-bocah itu justru dibuat malu karena Totti mampu bermain lebih lincah dan lebih baik dari mereka.
- Totti memiliki tiga klub masa kecil: Fortitudo, Smit Trastevere, dan Lodgiani. Dan sosok yang membawa Totti berlatih bersama tiga klub itu adalah sang ibu. Sang ibu pula yang menolak tawaran Lazio yang kala itu ingin meminang Totti. Alasannya? Ya, karena seluruh keluarga Totti adalah pendukung Roma.
- Di usia 13 tahun, Totti akhirnya menjadi bagian Roma U-15. Saat bersama Roma junior, ia pernah menjadi ball boy dalam laga Final Piala UEFA 1991 menghadapi Internazionale Milan.
ADVERTISEMENT
- Totti pernah menjalani diet untuk tak makan roti, nutella, pizza, dan kentang goreng di usia remaja. Hasilnya ampuh, kondisi fisik dan performanya sebagai pesepak bola tumbuh cepat. Pada usia 15 tahun, Totti berhasil memenangi Scudetto untuk Roma U-17. Kala itu Totti bermain sebagai gelandang tengah serta berperan sebagai playmaker.
- 16 Maret 1993, di usia 16 tahun, ia mencatatkan debut bersama tim utama Roma dalam laga melawan Brescia. Tentu, ia memulai dari bangku cadangan. Kala itu Totti tampil untuk menggantikan Sinisa Mihajlovic ketika laga tinggal menyisakan lima menit. Totti sempat kaget ketika sang pelatih, Vujadin Boskov, menyuruhnya melakukan pemanasan.
Totti menyangka kalau pemain yang ditunjuk adalah Roberto Muzzi, striker potensial Roma kala itu. Akan tetapi, ternyata ia yang ditunjuk. Setelah menjalani pemanasan selama 10 detik, Totti masuk ke lapangan. Ia memang kemudian hanya menyentuh bola beberapa kali, tapi semangat membara terpancar dari wajahnya.
ADVERTISEMENT
Mural Totti di salah satu sudut kota Roma. (Foto: Wikimedia Commons)
Musim berikutnya, Totti telah menjadi pemain reguler di bawah asuhan Carlo Mazzone dan mencetak gol pertamanya ke gawang Foggia. Bahkan musim 1995/96, ia mampu menjadi pemain inti. Mazzone-lah yang kemudian memasang Totti sebagai second striker hingga ia kemudian mampu menjadi fantasista.
- Pada tahun 1996, Totti menjadi bagian dari skuat Italia yang berhasil menjadi kampiun Piala Eropa U-21. Totti adalah pemain inti, bersama pula para pemain dari generasi emas Italia lain seperti Gianluigi Buffon, Alessandro Nesta, hingga Christian Vieri.
- Pada tahun 1997, Totti hampir saja hengkang dari Roma. Kala itu Carlo Mazzone hengkang dan kemudian idolanya, Giuseppe Giannini, juga memutuskan hengkang dari Genoa untuk bergabung bersama klub Austria, Sturm Graz. Totti pun dilanda kebingungan. Ia sempat ingin hengkang dengan status pinjaman ke Sampdoria saat Tottenham Hotspur juga membidiknya. Tapi pada akhirnya, Totti tetap bertahan di Roma.
ADVERTISEMENT
- Di pengujung musim 2001, Totti mencetak satu gol ke gawang Parma yang dikawal Buffon. Kala itu, di akhir pertandingan Roma menang dengan skor 3-1. Kemenangan itu pun berhasil membuat I Giallorossi meraih gelar Serie A alias Scudetto. Gelar itu kemudian menjadi gelar Scudetto satu-satunya sepanjang karier Totti.
- Tahun 2002, nasib Totti cukup buruk. Selain gagal mempertahankan gelar juara bersama Roma, pada tahun tersebut juga ia gagal membawa Italia berprestasi pada ajang Piala Dunia. Bahkan, Totti adalah salah satu penyebab tersingkirnya Italia di babak 16 besar. Pasalnya, pada laga melawan tuan rumah Korea Selatan, Totti mendapat kartu merah karena dianggap melakukan diving. Kartu merah ini menjadi amat kontroversial karena Totti sebenarnya tak melakukan diving.
ADVERTISEMENT
- Totti mendapat puncak karier berikutnya di tahun 2006. Suami dari Ilary Blasi ini berhasil mengantarkan Italia menjadi kampiun Piala Dunia di Jerman, sekaligus menjadi sosok yang sangat diandalkan oleh sang pelatih, Marcelo Lippi. Bersama Roma pada musim 2006/07, Totti berhasil keluar sebagai top-skorer Serie A dengan raihan 26 gol. Perolehan itu juga membuatnya meraih gelar European Golden Shoe.
- Musim 2007/08, Totti meraih gelar terakhirnya bersama Roma. Gelar tersebut adalah gelar Coppa Italia yang diraih Roma setelah mampu mengalahkan Inter 2-1. Totti pada laga tersebut tak bermain karena sedang menderita cedera ligamen.
- Di usia yang semakin menua, Totti mengalami banyak perubahan posisi bermain. Dia pernah bermain sebagai target man, playmaker modern di era Luis Enrique, free forward di era Rudi Garcia, hingga sebagai penyerang sayap kiri di medio 2012/13 bersama Zdenek Zeman. Setelah itu, mulai tahun 2015, jam terbang Totti bersama Roma mulai menurun.
ADVERTISEMENT
- Golnya ke gawang Spartak Moskow dalam laga fase grup Liga Champions musim 2014/15 mampu menciptakan sejarah. Pasalnya gol itu membuat Totti menjadi pencetak gol tertua Liga Champions dengan saat itu ia tengah berusia 38 tahun 59 hari.
Ucapkanlah salam perpisahan untuknya. (Foto: Reuters/Alberto Lingria)
- Di Serie A, rekor Totti juga amat banyak. Saat ini, dengan raihan 250 gol, Totti merupakan pencetak gol terbanyak kedua sepanjang sejarah Serie A. Raihannya hanya kalah dari Silvio Piola yang mampu mencetak 274 gol. Selain itu, Totti juga menjadi penampil terbanyak ketiga Serie A dengan catatan 616 penampilan. Ia hanya kalah dari Buffon (617) dan Paolo Maldini (647).
Totti juga menjadi pencetak gol penalti terbanyak Serie A hingga saat ini dengan raihan 71 gol. Serta menjadi pencetak gol paling variatif di Serie A, dengan mencetak gol ke 38 tim berbeda.
ADVERTISEMENT
- Tepat pada Rabu (3/5) waktu Italia, Roma mengumumkan jika Totti akan pensiun pada akhir musim. Hingga akhir musim ini, Totti masih berpeluang menambah jumlah gol dan penampilannya. Perlu diketahui pula, pria kelahiran 27 September, 41 tahun silam, ini merupakan pemegang rekor pencetak gol terbanyak Roma dengan 307 gol di semua ajang, dan penampil terbanyak Roma di semua ajang dengan catatan 783 penampilan.